Indonesia Gawat Rokok. Anak Incaran Produsen Rokok

By Gazali Solahuddin, Sabtu, 9 Desember 2017 | 15:12 WIB
Indonesia Gawat Rokok ()

Nakita.id - Tahukah Moms & Dads jumlah perokok aktif di Indonesia sekarang ini meningkat tajam.

Hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah perokok usia muda alias perokok pemula.

Prevalensi perokok usia anak (di bawah usia 18 tahun) meningkat, dari yang tadinya 7,2% pada 2013, menjadi 8,8% di 2016. 2017 kemungkinan besarnya akan meningkat lagi.

Kenapa angka perokok pemula terus meningkat? Tidak lain karena iklan rokok merajalela. "Bisa kita lihat sekarang ini, iklan rokok disajikan dimana-mana dan menggambarkan perokok itu keren, macho, gaul, hebat, pintar." Nah, karena iklannya semacam itu yang dikemas dengan hebat, papar Lenny N Rosalina, Deputi Menteri Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian PPPA, pengaruhnya besar sekali pada anak-anak yang masih labil.

Baca juga: Stop Merokok! Kebiasan Buruk Ini Bisa Menghambat Kehamilan Hingga Keguguran

Tak hanya itu, jelas Lenny, saat diwawancara nakita.id, iklan-iklan rokok sekarang ini mengepung sekolah-sekolah. "Silahkan cek, dimana ada sekolahan, disitu barnding rokok terlihat." paparnya prihatin.

Hal senada diutarakan oleh dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA, Kepala Subdirektorat Penyakit Paru Kronis dan Gangguan Imunologi. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Kementerian Kesehatan. Menurutnya, saat diwawancara nakita.id di tempat dan waktu yang berbeda, anak mengenal selain yang utama dari iklan, juga dari modelling. "Jika orang disekitarnya merokok, besar kemungkinan si anak akan menjadi perokok juga."

Maka dari itu, jelas Diah, perokok pemula itu mulai merokok sejak SD dan SMA. "Kalau dipersentase jumlahnya 67%. Terbanyak adalah pria."

Perlu diketahui, jumlah anak Indonesia sekarang ini 87 juta, sekitar 43 juta (49%) terpapar asap rokok atau perokok pasif, dari 43 juta tersebut sekitar 11,4 juta (27%) adalah anak usia di bawah 5 tahun (balita). "Kalau menurut saya sekarang ini Indonesia sedang dalam keadaan darurat rokok." tegas Lenny.

Baca juga: Memiliki Banyak Penggemar, Nyatanya Rokok Elektrik Memiliki Dampak Negatif Bagi Kesehatan

Untuk mengatasi hal tersebut, Menurut Fuad Baraja dari Komisi Pengendalian Temabakau, saat diwawancara nakita.id di tempat dan waktu yang berbeda, kuncinya persempit keleluasaan iklan rokok, jangan pernah sekalipun mencoba rokok.

Untuk hal itulah Kementerian PPPA, Kemenkes RI, mensosialisasikan gerakan bersama untuk "Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan" sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) menuju Indonesia Layak Anak (IDOLA) 2030.

Menurut Lenny hingga Oktober 2017 terdapat 346 kabupaten/kota yg telah/sedang menginisiasi dan berkomitmen menjadikan wilayahnya menjadi KLA.

Dengan KLA diharapkan bisa menekan lahirnya perokok muda. Ingat, Pesan Lenny, sasaran promosi produsen rokok sekarang adalah anak-anak.