Nakita.id - Kelainan bayi yang kini marak menjadi perhatian masyarakat Indonesia ialah bibir dan lelangit sumbing.
Kondisi ini merupakan bawaan yang menyebabkan ketidaksempurnaan pada struktur bibir atau bagian lelangit mulut.
Perlu Moms ketahui, pembentukan bibir dan lelangit sumbing ini hasil dari gagalnya proses penyatuan bibir pada masa perkembangan janin, sedangkan lelangit sumbing terjadi akibat lelangit mulut yang tidak menyatu pada saat perkembangan janin, sehingga terdapat celah antara rongga mulut dan rongga hidung.
“Jadi kalau ada pasien sumbing itu kadang-kadang hidungnya pasti miring sebelah, celahnya lebar jaraknya. Untuk mengoperasi jarak celah yang jauh agak susah nih, ini harus sebaiknya didekatkan terlebih dahulu,” tutur dr. Kristaninta Bangun, SpBP-RE (K) dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Ia menjelaskan, langkah operasi bibir dan lelangit sumbing hanya bisa dilakukan pada saat pasien berusia 3 bulan atau 6 bulan. Nah, pada saat bayi berusia 0-3 bulan, apa yang bisa dikerjakan?
Yang dikerjakan adalah Nasoalveolar Molding (NAM). Alat bantu ini dipasangkan oleh ortodontis yang fungsinya untuk mendekatkan bibir dan menaikkan hidung pasien.
Baca juga : Ini Penyebab Bibir Sumbing pada Anak yang Perlu Diketahui
NAM dipasang pada bayi di usia rata-rata 3 bulan, lalu saat usianya menginjak 7 bulan, bayi harus sudah dioperasi. “Jadi selama 3 bulan NAM dipasang baru akan dioperasi.”
Misalnya, ada salah satu pasien sumbing yang datang ke rumah sakit dengan celah bibir yang lebar, hidungnya juga jatuh.
Kemudian NAM akan segera dipasangkan pada bibir pasien. Nah, setelah dipasang 3 bulan, celahnya akan mendekat dan hidungnya akan lebih tinggi.
“Untuk operasi tentu saja keuntungannya akan mendekatkan jaringan sebelah kiri dan kanan, dijadikan ke tengah. Kalau semakin jauh jaraknya, maka semakin besar tensi, semakin tegang dia. Jadi hasilnya kurang baik. Parutnya akan jelek, kemudian kemungkinan jebol juga.”