Nakita.id – Moms, kabar melutusnya Gunung Galunggung yang sempat viral di media sosial ternyata terbukti hoax alias tidak benar.
Kabar itu sendiri dikonfirmasi oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Human BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam akun twitternya.
Di sisi lain Gunung Galunggung, aktivitas Gunung Agung, Bali masih menjadi sorotan warganet.
Bukan tanpa sebab Moms, sejak aktivitasnya signifikan pada bulan september hingga sekarang, G. Agung telah dinaikan statusnya menjadi “Awas”.
Menurut Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, status G. Agung pada tanggal 27 November 2017 pukul 06.00 WITA status G. Agung dinaikkan dari Level III (Siaga) ke Level IV (Awas). Sehingga warga dihimbau untuk tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu dalam radius 8 km dari kawah G. Agung.
Ini pertanda bahwa warga disekitar kaki G. Agung harus mewaspadai terjadinya letusan gunung api dahsyat.
Kewaspadaan ini sejatinya perlu diabrengi dengan ilmu mitigasi bencana, Moms.
Yakni tindakan yang mampu mengurangi dampak bencana. Artinya, sebelum terjadinya bencana, kita harus mengurangi dampak bahaya seperti jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, rusaknya lingkungan dan terganggunya roda perekonomian masyarakat.
Untuk itu, perlu adanya bimbingan dan informasi mengenai dampak itu dan bagaimana pencegahannya.
Mitigasi bencana dibagi menjadi 3 proses, Moms. Mitigasi sebelum terjadi, saat terjadi dan setelah terjadinya bencana.
Mitigasi sebelum terjadi bencana
Memperhatikan arahan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait dengan perkembangan aktivitas gunungapi, persiapkan masker dan kacamata pelindung untuk mengantisipasi debu vulkanik, mengetahui jalur evakuasi dan pengungsian yang telah disiapkan oleh pihak berwenang.