Bila anak Hiperaktif Ini yang Harus Orangtu Lakukan Untuknya

By Gazali Solahuddin, Kamis, 5 April 2018 | 16:51 WIB
Anak hiperaktif harus diberikan sarana yang bisa memuaskannya ()

Nakita.id – Saat anak kita dideteksi hiperaktif tentu orangtua akan sedih.

Sedih boleh Moms, tapi orangtua harus melakukan sesuatu demi kebaikannya.

BACA JUGA: Tambah Cantik, Begini Transformasi Angel Lelga Sebelum Bersama Vicky!

Seperti yang telah di ulas di artikel sebelumnya mengenai anak aktif dan hiperaktif, dengan judu Anak Hiperaktif dan Aktif itu Berbeda, Harus diobati dan Disyukuri, berikut adalah bagimana yang harus orangtua perbuat jika memang anak kita hiperaktif:

Terimalah kondisi anak

Inilah hal pertama dan terpenting yang perlu dilakukan orang tua.

Bila sudah dapat menerima kondisi anak, orang tua akan lebih baik dalam melakukan penanganan selanjutnya.

"Sadari bahwa anak bukan ingin seperti itu melainkan kondisi otaknya yang sudah demikian sehingga muncul perilaku yang kurang positif," tutur Sani Budiantini Hermawan, Psi, dari Klinik Empati Development Center, Jakarta, kepada nakita.

Orang tua penderita pun disarankan untuk tidak menyimpan permasalahannya sendiri.

Curhat pada seseorang yang dianggap bisa membantu, meski sekadar untuk mendengarkan cerita, sedikit banyak dapat meringankan beban masalah.

"Curhat terkadang bisa menjadi sarana cooling down bagi orang tua sehingga tindakan yang dilakukan lebih lanjut bisa berjalan dengan lebih baik," jelas Sani.

BACA JUGA: Mirip Siapa Ya? Ekspresi Lucu Bayi Artis Saat Pakai Minyak Kemiri

Kerja sama antara suami-istri harus dijalin dengan baik agar anak dapat tertangani dengan baik. Akan sangat membantu bila anggota keluarga lain, seperti kakek-nenek atau kerabat lainnya memahami apa yang kita hadapi.

Perbaiki perilaku anak

Hal lain yang perlu penanganan segera adalah perilaku anak yang destruktif agar perilakunya lebih terarah.

Untuk ini tentu diperlukan bantuan ahli seperti psikolog.

Pada umumnya, saran yang diberikan ahli adalah menyalurkan energi anak pada kegiatan-kegiatan positif yang ia sukai.

BACA JUGA: Awas, Jangan Pamer Hal Ini di Media Sosial Bila Tak Ingin Celaka!

Bila bosan, ganti dengan yang lain lagi. Intinya, usahakan energinya habis untuk kegiatan yang positif.

Terapi

Bila gangguan yang dialami tergolong parah, biasanya akan dilakukan terapi perilaku, seperti terapi psikososial, educational therapy, occasional therapy, dan psikoterapi.

Dalam terapi seperti itu anak akan diajarkan perilaku mana yang boleh dan tidak.

Obat-obatan sedapat mungkin dihindari karena memiliki efek samping, seperti mengantuk, nafsu makan berkurang, sulit tidur, tik (semacam kedutan), nyeri perut, sakit kepala, cemas, perasaan tidak nyaman, serta menghambat kreativitas.

BACA JUGA: Jangan Beri Bayi Madu Karena Bisa Terkena Penyakit Berbahaya Ini

Pemberian obat dalam jangka panjang juga bisa menimbulkan efek negatif pada sistem saraf, yakni menyebabkan ketergantungan obat, bahkan sampai ia dewasa.

"Obat baru digunakan bila dalam kondisi terpaksa," tandas Sani.

Sediakan sarana

Untuk mengantisipasi gerakan-gerakan anak dengan gangguan hiperaktivitas yang tidak bisa diam, sebaiknya ruangan untuk anak bermain dirancang sedemikian rupa agar tidak terlalu sempit serta tidak dipenuhi banyak barang dan pajangan.

Hal ini untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, seperti anak terbentur, tersandung, atau bahkan memecahkan barang-barang berharga.

Bila memang tersedia, halaman luas sangat baik untuk memberikan kebebasan bergerak bagi penderita.

LAKUKAN OBSERVASI SEDERHANA

BACA JUGA: Unggah Foto Ini, Warganet Soroti Cara Ridwan Ghany Menjemur Bayinya

Diagnosa pasti apakah seorang anak termasuk hiperaktif atau tidak, harus melalui pemeriksaan ahli seperti dokter atau psikolog.

Namun, orang tua bisa melakukan prediksi melalui observasi sendiri.

"Ciri-ciri gangguan hiperaktivitas sebenarnya baru terdeteksi jelas saat anak berusia empat tahun atau di usia-usia awal sekolah. Namun, tak masalah bila orang tua sudah melakukan observasi sejak si kecil berusia batita," jelas Sani.

Jika orang tua memiliki kecurigaan si kecil mengalami gangguan hiperaktivitas, saran Sani, jangan buru-buru mengambil kesimpulan.

Sebaiknya amati terus perkembangannya dan bandingkan dengan anak sebayanya.

BACA JUGA: Turuni Bakat Ayahnya, Inilah Hobi Anak Nazril Irham atau Ariel Noah

"Sangat baik bila kita berkonsultasi pada psikolog anak.

Kalau didiamkan, anak dengan gangguan hiperaktivitas bisa tumbuh menjadi pribadi yang cepat bosan, jenuh, pencemas, tidak pernah menyelesaikan tugas, antisosial, dan sebagainya."