Hampir Semua Virus Mematikan Seperti Corona, SARS, Flu Burung Berasal dari China! Peneliti Ungkap Kebiasaan ini Jadi Penyebabnya

By Saeful Imam, Sabtu, 25 Januari 2020 | 13:18 WIB
Perempuan di China kesulitan mencari suami, ini alasannya (Pixabay/sasint)

Nakita.id - Saat ini masyarakat dunia sedang heboh dengan virus korona yang mematikan.

Virus ini gejalanya mirip flu seperti bersin, demam, sesak napas, pusing, dan lainnya. 

Hanya saja, berbeda dengan flu yang bisa sembuh sendiri, gejala penyakit akibat virus korona sangat berat dan mematikan.

Di kota Wuhan, China, asal mula virus ini berada, korban sudah berjatuhan. Hingga saat ini sudah 25 orang meninggal dan infeksnya menyebar dan meluas hingga ke Amerika Serikat, Jepang, Thailand, Filipina, Singapura, Korea Selatan, bahkan di Indonesia.

Baca Juga: Warganet Rekam Video Mengerikan di China Akibat Virus Mematikan: "Berjatuhan di Trotoar Jalan! Mereka Batuk-batuk, sesak napas, lalu pingsan" 

Baca Juga: Sampai Buat Kota Wuhan Ditutup, Ternyata Virus Corona Datang dari Kebiasaan Orang Tiongkok Makan Hewan Berbahaya Ini

Memang, di negara itu, status pasien baru dugaan terinfeksi virus korona.

Tapi, setidaknya empat negara di Asia Tenggara telah mengumumkan kasus positif virus corona.

Di Vietnam, dua orang asal Negeri Tirai Bambu dirawat di rumah sakit setelah hasil tes menunjukkan mereka mengidap virus itu.

Dilansir nakita.id dari kompas.com, sebelum ramai ditemukannya virus corona ini, China pernah digegerkan oleh SARS pada 2003-2004.

Saat itu epidemi SARS disebabkan oleh kebiasaan orang China memakan musang.

Kasus pertama SARS di dunia tercatat di Guangdong pada November 2002.

Hal itu sebagaimana diberitakan Harian Kompas, 3 Januari 2004.

Dilansir dari Organisasi Kesehatan Dunia, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), SARS membunuh hampir 800 orang di dunia.

Tidak hanya itu saja, virus H5N1, flu burung juga muncul di China pada 1997.

Pertama kali terdeteksi pada angsa di Cina dan bermutasi ke manusia dari unggas yang terinfeksi.

Menurut catatan CDC, flu burung menewaskan sekitar 455 orang dari seluruh dunia.

Lantas mengapa sejumlah virus berbahaya muncul di China?

Konsultan infeksi RS Dr. Soetomo, Dr. dr. Dominicus Husada SpA.K. menjelaskan berbagai virus mematikan bisa muncul di China antara lain karena sejumlah hal.

Baca Juga: Atta Halilintar 100 Persen Bantah Diagnosis Paranormal Soal Penyakit Ashanty yang Disebabkan oleh Serangan Ilmu Hitam, Ada Apa?

Pertama mulai dari luasnya wilayah China, populasi China yang sangat besar, hingga pola hidup dan pola makannya tidak umum. "Pola hidup dan pola makan makanan eksotik itu populer di China," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (24/01/2020).

Dominicus juga membenarkan bahwa beberapa virus yang mewabah berawal dari kebiasaan makan makanan yang tidak lazim.

Bahkan beberapa hewan menjijikkan seperti tikus atau kelewar pun disantap. 

"Tepat. Itu yang dilakukan di Wuhan. Sempat menurun sejenak, lalu naik lagi (kasusnya)," kata dia.

Dugaan sementara coronavirus di Wuhan berasal dari kelelawar. "Selama ini salah satu sumber utama penular virus-virus tak dikenal termasuk coronavirus adalah kelelawar," imbuhnya.

Tak hanya hewan yang disantap sangat menjijikkan, proses pengolahan makanan pun konon jauh dari kata aman dan sehat.

Seorang netizen bernama Michelle Natalia membagikan postingan agar berhati-hati saat makan makanan jalanan di China.

Berikut postingannya: 

Tahu kenapa China itu hampir selalu jadi sarang virus atau penyakit berbahaya?

Ingat bersih pangkal sehat ya guys.Disana kebersihan itu...........kayaknya di urutan prioritas kesekian.

Mereka makan segalanya, dan diprosesnya itu dengan jorok banget, meski ga disemua tempat.Coronavirus, berdasarkan studi sejauh ini, ditemukan dari mereka yang mengonsumsi kelelawar dan ular.

Tidak hanya itu, beberapa hewan yang tidak boleh dimakan mentah pun tetap dimakan. Kalau disana, mending jangan ambil risiko makan streetfood, terlebih di mainland. Masih banyak banget penjual streetfood nakal yang minyak penggorengannya tidak diganti, atau bahkan diambil dari got bekas mereka goreng. Sadis kan? Bayanginnya aja udah bergidik.

 

Baca Juga: Akui Beruntung Memiliki Suami Seperti Pasha 'Ungu', Adelia Wihelmina Ungkap Kebiasaan Sang Suami yang Suka Melarangnya untuk Masak, Kenapa?

 

PASAR MAKANAN LAUT JADI WABAH

Wabah virus Dilansir dari South China Morning Post (22/01/2020), Pasar Makanan Laut Huanan adalah pasar yang menjadi sumber wabah virus ini.

Di sana dijual 100 varietas hewan dan unggas hidup, mulai dari rubah hingga serigala, musang bertopeng, kepiting, udang, kura-kura, ular, tikus, landak, burung, dan banyak lagi.

Ada juga hewan hidup seperti katak harimau, ular, landak, dan satwa liar lainnya.

Lebih lanjut, Dominicus mengatakan di China banyak yang langsung makan daging mentah.

Cara makannya pun lebih brutal daripada Thailand.

"Kalau (dagingnya) matang, risiko jauh lebih rendah," katanya lagi.

Di Indonesia, lanjutnya, juga ada pasar yang menjual berbagai hewan tidak lazim untuk dikonsumsi, seperti di Tomohon, Sulawesi Utara.

Baca Juga: Dituding Alasan Menggugat Cerai Sang Suami Karena Moge Harley Davidson, Jenita Janet Membantah Keras:

Namun menurutnya di sana belum pernah ada laporan kasus aneh.

Di Tomohon itu juga dagingnya ada yang matang, tidak mentah seperti di Wuhan.

"Saya kira kasus Wuhan ini lebih rumit karena ada penularan dari orang ke orang. Seandainya hanya dari hewan ke orang maka menutup pasar itu sangat membantu," kata dia.

Isolasi pemerintah China Kendati tengah ramai menjadi perhatian dunia, dirinya mengingatkan masyarakat tidak perlu terlalu takut.

Juga jangan salah fokus, karena sebenarnya masalah kesehatan di Indonesia banyak yang lebih serius daripada soal Wuhan.

"Kalau bisa jangan makan yang enggak biasa dimakan," lanjutnya. Saat disinggung terkait kemungkinan virus corona di Wuhan sampai ke Indonesia, imbuhnya sangat mungkin terjadi.

Hal itu karena adanya pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya.

Meskipun Pemerintah China sudah melakukan isolasi, terbukti sejumlah negara telah mengumumkan akan adanya kasus penyebaran virus corona tersebut.

"Yang tertular tapi enggak berat gejalanya kan enggak kelihatan. Mereka tetap bisa menularkan. Tapi isolasi adalah jalan terbaik dari segi pencegahan penyebaran," kata Dominicus.