9 dari 1000 Bayi Baru Lahir di Indonesia Idap Penyakit Jantung

By Nia Lara Sari, Jumat, 20 April 2018 | 11:03 WIB
2015 tercatat 40.000 bayi lahir dengan PJB di Indonesia (iStock)

Nakita.id - Kesehatan organ tubuh merupakan hal yang sangat penting.

Terutama kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Bagaimana tidak, jantung merupakan organ yang berperan sangat vital bagi tubuh manusia.

Pada tubuh manusia hanya jantung yang tidak pernah sedetik pun berhenti berkerja.

BACA JUGA: Ini Cara Jaga Kesehatan Jantung Menurut Ahli, Penting Untuk Diketahui!

Jantung merupakan organ yang berperan dalam sirkulasi darah, salah satunya berfungsi sebagai pengangkut oksigen ke seluruh bagian tubuh.

Jika jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) ini terganggu, maka akan berkibat pada kesehatan organ tubuh lain.

Menurut WHO, penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah.

BACA JUGA: Tak Kalah Cantik dengan Ibu dan Kakaknya, Ini Potret Anak Kedua Wulan Guritno

Dimaksud dengan penyakit kardiovaskularl Cardiovascular Disease (CVD) adalah penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, gagal jantung, aritmia dan penyakit katup, thrombosis vena dalam dan emboli paru.

Naasnya, penyakit jantung ini juga bisa terjadi pada bayi baru lahir akibat faktor bawaan lahir.

Penyakit jantung bawaan lahir ini biasa disebut Penyakit Jantung Bawaan (PJB).

BACA JUGA: Lama Tak Terlihat, Begini Keadaan Bu Sisca Koki Legendaris Acara Masak

Menurut dr. Oktavia Lilyasari, SpJP(K), FIHA, ditemui dalam acara Press Conference Pencitraan Kardiovaskular oleh ASMIHA (20/4), PJB adalah penyakit akibat kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa sejak lahir.

Gangguan ini terjadi akibat adanya kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.

Gejala dan tanda PJB dapat dikenali sejak lahir atau sebaliknya hanya menimbulkan gejala minimal, seperti berat badan sulit naik atau infeksi saluran napas berulang.

Masalahnya, sering kali PJB tidak memberikan gejala/tanda yang khas saat bayi baru lahir, mengingat sirkulasi darah dan sistem pernapasan masih mengalami transisi dari masa janin ke periode pascalahir.

BACA JUGA: Nasi Isi Tuna, Alternatif Bekal Buat Si Kecil yang Pasti Disuka

Pada sebagian besar kasus, penyebab PJB tidak diketahui.

Berbagai jenis obat, dan paparan radiasi pada ibu hamil diduga merupakan penyebab PJB.

Penyakit rubela yang diderita ibu pada awal kehamilan pun dapat menyebabkan PJB pada bayi.

Di samping faktor di atas (eksogen), terdapat pula faktor endogen yang berhubungan dengan kejadian PJB.

Berbagai jenis penyakit genetik dan sindrom tertentu berkaitan erat dengan kejadian PJB seperti sindrom Down, Turner, dan lain-lain.

BACA JUGA: Lama Tak Terlihat, Begini Keadaan Bu Sisca Koki Legendaris Acara Masak

Angka kejadian PJB di Amerika sekitar 8-10 dari 1000 kelahiran hidup, sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan.

Di Indonesia diketahui dari 1000 kelahiran hidup, ditemui 9 di antaranya mengidap PJB.

Pada 2015 sendiri tercatat 40.000 bayi lahir dengan PJB di Indonesia.

Dokter biasanya mencurigai adanya PJB bila mendeteksi adanya tanda/gejala gagal jantung, kebiruan, ataupun mendengar kelainan bunyi atau bising jantung saat bayi baru lahir.

BACA JUGA: Alih-alih Menjaga Kesehatan, Pembersih Miss V Ini Justru Berbahaya