Terlahir dengan Nama Dionisius Prasetyo, Begini Awal Mula The God Father of Broken Heart Temukan Nama Panggung yang Hingga Akhir Hayat Menemani Karier Bermusiknya

By Aullia Rachma Puteri, Selasa, 5 Mei 2020 | 12:50 WIB
Didi Kempot meninggal dunia karena penyakit jantung (Kompas.com/M Lukman Pabriyanto)

"Ngamen di jalanan sebelum saya kenal rekaman, saya ngamen di Keprabon dulu pertama kali. Di Solo ada tempat nasi liwet Keprabon, habis itu kami hijrah ke Jakarta coba-coba nasib kumpul di Bundaran Slipi dulu. Di situlah kami buat komunitas, timbullah Kelompok Penyanyi Trotoar," ungkap Didi Kempot.

'Kempot' di sini memiliki kepanjangan Kelompok Pengamen Trotoar.

Karena mengawali bermusik dari trotoar, Didi Kempot akhirnya menyematkan Kempot di belakang namanya.

Dari trotar Jakarta, Didi Kempot akhirnya bisa menciptakan 800 lagu selama ia berkarier.

Baca Juga: Berhasil Gelar Konser Amal Sebelum Meninggal Dunia, Begini Curhatan Didi Kempot yang Menyayat Hati Menjelang Akhir Hayatnya, 'Tenaga dan Talenta yang Diberikan Allah'

"Saya sudah menciptakan sekitar 700 sampai 800 lagu," kata Didi Kempot.

Bahkan, Didi Kempot "dinobatkan" oleh penggemarnya sebagai Bapak Patah Hati Nasional atau lebih dikenal dengan sebutan The God Father of Broken Heart.

Julukan ini muncul karena hampir sebagian lagu yang diciptakan olehnya bertemakan patah hati, kesedihan, penantian, dan kehilangan.

Sebut saja lagu lawas Stasiun Balapan yang menceritakan sepasang kekasih yang berpisah di Stasiun Balapan Kota Solo, atau lagu Cidro yang menceritakan seseorang yang patah hati karena beda kasta.

Serta sederet lagu lainnya yakni, Sewu Kuto, Suket Teki, Pamer Bojo, Banyu Langit, Pantai Klayar, Layang Kangen, serta ratusan lagu lainnya yang sebagian besar menggunakan bahasa Jawa.

Hal ini membuat karya-karyanya tidak hanya enak didengarkan, tetapi juga terasa dekat di hati banyak orang yang mengalami kisah serupa.