Bukan Cuma Panas Tinggi dan Batuk, Pasien Positif Corona Ini Ceritakan Gejala Aneh yang Timbul Berlarut-larut

By Ela Aprilia Putriningtyas, Minggu, 17 Mei 2020 | 20:45 WIB
Ilustrasi virus corona (Pixabay.com)

Ada bukti yang berkembang bahwa virus menyebabkan serangkaian gejala yang lebih besar daripada yang dipahami sebelumnya, serta efek yang dapat bersifat panjang dan berkelanjutan. Dalam kasus Garner, ia mengalami gejala selama lebih dari 7 minggu. Garner mengatakan, pengalamannya terpapar Covid-19 menunjukkan gejala baru dan mengganggu setiap harinya.

Kepalanya terasa panas dan perutnya pun terasa sakit. Selain itu, Garner juga mengaku sesak napas, pusing, dan mengalami radang sendi pada tangan. Setiap kali ia berpikir bahwa penyakitnya akan segera sembuh, gejala-gejala tersebut kembali muncul. "Ini sangat membuat frustasi. Banyak orang mulai ragu pada dirinya sendiri," tambah dia.

Baca Juga: Viral Kasus Indira Kalistha yang Abaikan Virus Corona, Selebram Awkarin Sebut Sang YouTuber Tak Tahu Keadaan: 'Enggak Ngerti di Mana Lucunya, Menurut Gue Take Down!' Garner menyebut bahwa virus menyebabkan banyaknya perubahan imun dalam tubuh, banyak patologi aneh yang belum dapat dipahami. Penelitian terbaru: gejala yang muncul dan hilang dalam waktu lama Berdasarkan penelitian terbaru, sekitar 1 dari 20 pasien Covid-19 mengalami gejala yang muncul dan hilang dalam waktu yang lama.

Waktunya beragam, bisa dua bulan, tiga bulan, atau bahkan lebih.

Baca Juga: Kini Banting Setir Jualan Cireng Akibat Sepi Job Imbas Corona, Dede Sunandar Ungkap pada Raffi Ahmad Dirinya Bahkan Siap Lakukan Pekerjaan Ini Demi Sambung Hidup Keluarga Garner mengatakan, salah satu penyakit yang menunjukkan kesamaan pola ini adalah DBD. "Demam berdarah memiliki gejala yang datang dan pergi," ujar dia. Sementara itu, Profesor Tim Spector dari King's College London, memperkirakan, ada sejumlah kecil orang tetapi signifikan, yang mengalami bentuk gejala panjang atau long tail dari virus. Spector sendiri merupakan kepala tim penelitian King's College London yang mengembangkan aplikasi pelacak Covid-19.