Nakita.id - Sejak adanya masa pandemi Covid-19, berbagai negara memberlakukan karantina wilayah bahkan lockdown.
Hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Di Indonesia, meski lockdown secara langsung tak ditetapkan oleh pemerintah pusat, akan tetapi setiap wilayah mengambil langkah melakukan karantina wilayah.
Baca Juga: Kabar Bahagia, Masyarakat Bisa Lakukan Langkah Ini Agar Iuran BPJS Batal Naik
Selama hampir 3 bulan menjalani karantina wilayah, ternyata angka kehamilan meningkat lebih dari 100 persen.
Melansir dari Kompas.com, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan angka kehamilan selama pandemi corona mengalami kenaikkan.
Diperkirakan dalam tiga bulan terakhir ada sekitar 420.000 kehamilan.
Tak hanya di Indonesia, rupanya angka kenaikan kehamilan juga meningkat di seluruh dunia.
Kembali mengutip dari Kompas.com, di seluruh dunia, sebanyak 7 juta kehamilan tidak diinginkan akan terjadi jika karantina wilayah (lockdown) berlangsung hingga 6 bulan dan adanya gangguan pelayanan kesehatan.
Di mana untuk setiap rentang 3 bulan karantina wilayah, akan bertambah sekitar 2 juta perempuan yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi modern.
Baca Juga: Mencegah Stres Pada Ibu Hamil Selama Pandemi Covid-19, Ini Kiat dan Tipsnya
Padahal, berdasarkan data penelitian yang dikeluarkan United Nations Population Fund (UNFPA), badan PBB di bidang kesehatan seksual dan reproduksi, mengungkapkan dampak Covid-19 dalam skala besar terhadap perempuan.
Kondisi ini dikarenakan sistem kesehatan mengalami kelebihan beban, penutupan fasilitas atau hanya tersedianya pelayanan terbatas kepada perempuan dan anak perempuan.
Sebagian perempuan juga akan memilih untuk melewatkan pemeriksaan medis yang penting karena ketakutan akan tertular virus corona yang tengah mewabah ini.
Gangguan pada rantai pasok global juga dapat berakibat pada keterbatasan ketersediaan alat kontrasepsi.
Serta kekerasan berbasis gender berpotensi meningkat karena perempuan tertahan di dalam rumah dalam jangka waktu yang lama.
Tak hanya itu, rupanya BKKBN juga menyayangkan adanya pengingkatan kehamilan secara pesat.
Selain karena meningkatnya intensitas suami-istri berada di rumah, juga karena adanya penurunan penggunaan alat kontrasepsi selama pandemi.
BKKBN mendapat laporan, jumlah pengguna alat kontrasepsi menurun sekitar 40 persen. Padahal apabila angka kehamilan mengalami pelonjakkan tentu akan berdampak pada populasi dan demografi masyarakat.
Karena itu BKKBN meminta masyarakat untuk menunda kehamilan di masa-masa sulit ini.
"Kita terus sosialisasi. Kalau bisa, bagi yang belum hamil jangan hamil dulu di masa pandemi. Hamilnya ditunda dulu," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (8/5/2020) malam.
Hasto menjelaskan alasan mengapa sebaiknya masyarakat menunda kehamilan terutama pada masa-masa pandemi corona saat ini.
Di antaranya pertimbangan mengenai kesehatan perempuan yang hamil dan kondisi fasilitas kesehatan selama pandemi.
Baca Juga: Selain Olahraga, Ini Cara Ampuh Menjaga Daya Tahan Tubuh Saat Puasa di Tengah Pandemi Corona
"Karena orang hamil, terutama hamil muda, kan daya tahan tubuhnya turun. Kalau daya tahannya turun itu kan mudah terkena infeksi. Yang kedua, orang hamil muda itu kan mual-munta," jelas Hasto.
"Kalau dalam keadaan tidak musim pandemi, kalau muntahnya berlebih itu ke dokter, terus kadang-kadang diinfus.
Nah, sekarang ini kan tidak mudah, mau mondok juga belum tentu dapat tempatnya, kadang-kadang takut juga," lanjutnya.
Alasan lain, ibu hamil muda berisiko mengalami keguguran.
Berdasarkan formula yang digunakan BKKBN, setidaknya 5 dari 100 kehamilan yang terjadi dapat mengalami keguguran.
Oleh karena itu, kehamilan di masa sulit ini sebisa mungkin untuk ditunda, karena apabila mengalami keguguran atau pendarahan, ibu hamil harus dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapat penanganan terbaik.
"Kita tidak mau terjadi pendarahan, sehingga kematian ibu-kematian bayi meningkat. Kan itu yang harus kita cegah betul," sebut Hasto.
Baca Juga: Puasa Saat Pandemi Covid, Ini Menu Sahur dan Berbuka Puasa yang Buat Tubuh Tidak Gampang Sakit