Nakita.id - Mau tidak mau, masyarakat diminta untuk bisa hidup berdampingan dengan virus corona.
Seperti kita tahu, sejak pertama kemunculannya di akhir tahun 2019 lalu, virus corona sudah menelan ratusan ribu nyawa.
Berbagai negara menerapkan lockdown atau penguncian sebagai bentuk usaha memerangi Covid-19.
Di Indonesia sendiri, sejumlah daerah menerapkan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan harapan roda ekonomi masih bisa berjalan.
Mengutip dari Kompas.com, pemerintah kini mulai menggodok wacana menerapkan tatanan baru kehidupan normal atau new normal.
Sampai hari ini, masih banyak hal yang belum diketahui ilmuwan soal seluk beluk virus corona.
Hanya saja dengan memahami cara penularannya, publik bisa sedikit membantu dalam upaya pencegahan.
Para peneliti di Guangzhou, China meneliti bagaimana virus corona bisa berpindah di antara 347 orang.
Ditemukan bahwa risiko penularan di rumah atau berkontak dengan orang yang terinfeksi 10 kali lebih besar ketimbang risiko penularan di rumah sakit, dan 100 kali lebih besar ketimbang lewat transportasi umum.
Baca Juga: Makan Almond Setiap Hari dengan Rutin, Perubahan Tak Terduga Ini Akan Dirasakan Oleh Tubuh
Tempat umum
Tempat umum menjadi lokasi yang paling berisiko menyebarkan virus corona karena dilewati banyak orang.
"Penyebaran SARS-CoV-2 cenderung lebih tinggi di tempat umum, di mana ada banyak orang yang melewati kawasan itu," kata Seema Jasid, Pusat Penelitiasn Virus MRC Universitas Glasgow, Inggris.
Barang yang banyak dipegang
Tak cuma itu, ia meminta publik untuk menghindari barang yang sering dipegang orang lain.
"(Penularan juga terjadi) di daerah yang sering dipegang orang. Misalnya pegangan pintu, meja, keyboard komputer, dan lain-lain," imbuh Jasim.
Fasilitas olahraga indoor
Risiko tertular juga tampaknya lebih tinggi ketika orang lebih aktif secara fisik.
Investigasi terhadap sekelompok kasus di kota Cheonan, Korea Selatan, mengungkap bahwa delapan instruktur kebugaran terinfeksi virus corona setelah menghadiri lokakarya Zumba selama 4 jam.
Beberapa dari mereka kemudian memberikan kelas yang melibatkan latihan dengan intensitas tinggi di studio indoor berukuran kecil.
"Suasana lembap dan hangat, ditambah dengan aliran udara turbulen yang dihasilkan oleh latihan fisik yang intens dapat menyebabkan penularan," tulis tim peneliti yang melakukan penelitian dan laporannya terbit di jurnal Emerging Infectious Diseases.