Aneka Kelainan Plasenta yang Perlu Mama Tahu

By Ipoel , Rabu, 29 Juni 2016 | 04:00 WIB
Aneka Kelainan Plasenta yang Perlu Mama Tahu (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com- Sebelum membahas aneka kelainan plasenta, Mama perlu mengetahui lebih dalam tentang plasenta dan fungsinya. Saat menjalani kehamilan, Mama mungkin penasaran dengan apa itu plasenta, apa fungsinya, dan faktor-faktor apa yang dapat memengaruhi peran plasenta dalam kehamilan.

          Plasenta atau ari-ari terbentuk sejak usia kehamilan memasuki minggu pertama dan mulai berfungsi pada minggu ke-12 kehamilan. Plasenta berfungsi menyuplai oksigen dan nutrisi dari tubuh Mama ke plasenta, selanjutnya disalurkan ke janin melalui  tali pusat. Sebaliknya, plasenta juga menjadi organ yang berfungsi dalam proses pembuangan sisa-sisa metabolisme dari janin seperti CO2, melalui tali pusat dan selanjutnya ke tubuh Mama untuk dibuang.

          Selain itu, fungsi plasenta bermacam-macam. Misalnya saja, menghasilkan berbagai hormon yang membantu pertumbuhan janin, melawan infeksi berbagai bakteri, dan menyalurkan antibodi dari tubuh Mama ke janin, untuk membangun sistem kekebalan tubuh janin hingga tiga bulan pascadilahirkan. Tapi plasenta tidak dapat melawan infeksi yang disebabkan virus.

Baca lebih lanjut: Ini dia manfaat plasenta lainnya bagi janin dan kehamilan

          Nah, saat kehamilan Mama masuk trimester 2, coba tanyakan pada dokter obsgin mengenai posisi plasenta. Normalnya, posisi plasenta berada di dinding depan, belakang atau puncak rahim. Sedangkan yang tidak normal biasanya mendekati mulut rahim (plasenta letak rendah) dan menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim (plasenta previa).

DETEKSI ANEKA KELAINAN PLASENTA

Aneka kelainan plasenta dapat dideteksi pada trimester 2 ini:

Kondisi ini terjadi ketika plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. “Semestinya plasenta tumbuh di bagian atas rahim, namun karena sejumlah faktor, plasenta tumbuh di bagian bawah rahim,” terang dr. Yassin Yanuar, SpOG. Misalnya, Mama pernah operasi sesar, kuret, operasi untuk membuang mioma atau operasi lain yang membuka rahim. Bekas luka akan membuat jaringan baru. ini akan meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa karena plasenta lebih menyukai rahim yang masih “mulus”.

Plasenta previa dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG setelah minggu ke-12 kehamilan. Adakalanya plasenta dapat bergeser kembali ke bagian atas rahim sesuai dengan pembesaran rahim menuju trimester 3 kehamilan. Namun, sering juga plasenta previa tidak terdeteksi.

“Bila Mama mengalami perdarahan melalui vagina tapi tanpa rasa nyeri, bisa jadi itu salah satu gejalanya,” ujar Yassin. Biasanya dokter akan meminta Mama beristirahat total agar mencegah perdarahan terjadi kembali. Apabila plasenta previa masih terjadi saat persalinan, dokter akan melakukan operasi sesar agar tidak berakibat fatal bagi Mama dan janin.

Baca juga: Plasenta menutup jalan lahir, bisa melahirkan normal. Begini caranya

Dalam kondisi tertentu, pembuluh darah dan jaringan plasenta dapat tumbuh terlalu dalam menembus dinding rahim, disebut plasenta adhesiva atau plasenta lengket.

          Plasenta adhesiva ada derajatnya sesuai kedalaman invasinya ke dalam dinding rahim, dari plasenta akreta, inkreta, sampai perkreta. “Yang paling parah adalah plasenta perkreta, dalam kondisi ini plasenta bisa sampai menempel ke kandung kemih,” beber Yassin.

          Seiring dengan pertumbuhan plasenta, kondisi plasenta adhesiva dapat dideteksi mulai minggu ke-20 kehamilan melalui pemeriksaan USG. “Tapi lebih sering terdeteksi setelah minggu ke-30 kehamilan ketika plasenta semakin besar,” ujar Yassin.

          Bila sudah terdeteksi, biasanya dokter obsgin akan merencanakan tindakan sesar untuk melahirkan bayi sekaligus melepaskan plasenta yang melekat tersebut. Pasalnya, plasenta adhesiva akan meningkatkan risiko perdarahan yang membahayakan Mama saat persalinan.

          “Kita lihat sedalam apa derajat kedalaman pertumbuhannya. Kalau sudah sangat dalam, bahkan menempel pada kandung kemih, bisa saja dilakukan tindakan pengangkatan rahim. Biasanya operasinya cukup sulit, sehingga ditangani lebih dari satu dokter obsgin dan dokter spesialis lain seperti bedah urologi,” papar Yassin.

Baca juga: Bisakah plasenta digeser agar dapat melahirkan normal

Plasenta normal beratnya sekitar 500 g. Jika plasenta mencapai berat 700 g atau lebih, maka sudah mengalami kondisi plasentomegali alias pembesaran plasenta. Kondisi ini umumnya disebabkan pembengkakan jonjot plasenta, Mama mengidap penyakit diabetes melitus, anemia akut, anemia pada janin, hingga sifilis. Mama yang merokok pun akan berpotensi mengalami pembesaran plasenta karena plasenta “berjuang” mencari oksigen akibat pasokan oksigen yang rendah dalam darah.

          Plasentomegali mulai dapat dideteksi sejak minggu ke-20 kehamilan. Dokter akan memantau terus kondisi ini dan pengaruhnya pada janin. “Jika sudah mengganggu pertumbuhan janin, biasanya diambil tindakan untuk mengeluarkan janin lebih cepat,” kata Yassin.

          Bila plasentomegali disebabkan oleh virus seperti TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus, herpes), kondisi ini dapat berdampak buruk pada janin. “Pemberian obat tidak akan berpengaruh banyak untuk mengurangi dampaknya, tapi kasus seperti ini sangat jarang. Sering kali juga plasentomegali tidak berdampak apa pun pada kehamilan,” tandas Yassin.

Baca juga: Duh, letak plasenta ada di bawah.

Pengapuran plasenta merupakan tanda “penuaan” plasenta. Umumnya, hal ini terjadi pada minggu ke-37 hingga minggu ke-42 kehamilan. Dalam pemeriksaan USG, pengapuran ditandai dengan bintik-bintik putih pada plasenta. Bintik putih tersebut adalah deposit kalsium yang ada pada plasenta.

Bila pengapuran plasenta terjadi pada trimester 2, Mama perlu waspada. Pasalnya, pengapuran dapat menyebabkan plasenta “mati” atau berubah menjadi jaringan ikat dan menurunkan fungsinya. “Akibatnya, pasokan oksigen dan nutrisi ke janin bisa berkurang sehingga memengaruhi pertumbuhan janin,” terang dr. Yassin.

Pengapuran plasenta sering dikaitkan dengan penyakit yang diidap Mama, seperti diabetes dan darah tinggi. Jadi, tegas Yassin, “Penyakitnya harus diobati dulu supaya pengapuran plasenta dapat dikurangi.”

 Jika dalam pemantauan, ternyata kondisi ini sudah membahayakan janin, maka akan dilakukan tindakan melahirkan janin lebih cepat.

Baca juga: Mengonsumsi Plasenta Berbahaya Bagi Kesehatan

ABRUPSIO PLASENTA (Plasenta Lepas)

Disamping kelainan plasenta yang sudah dijelaskan di atas, masih ada lagi kelainan yang disebut abrupsio plasenta, yakni jika plasenta melepaskan diri dari dinding rahim sebelum saat persalinan, baik sebagian maupun seluruhnya.

          “Kalau Mama memiliki riwayat penyakit darah tinggi, preeklamsia atau kebiasaan merokok dan minum alkohol, dapat meningkatkan risiko abrupsio plasenta. Sebab, hal-hal tersebut merusak pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada pada plasenta sehingga membuat plasenta terlepas dari dinding rahim,” ujar dr. Yassin.

          Sayangnya, kelainan plasenta yang satu ini tak dapat dideteksi karena bersifat spontan dan dapat terjadi kapan pun, namun bisa dikenali lewat gejalanya, antara lain: perdarahan melalui vagina serta rasa nyeri pada perut dan kontraksi rahim yang hebat. Bila kondisi ini terjadi, dokter obsgin akan mengeluarkan janin sesegera mungkin agar tidak berakibat fatal pada janin maupun Mama.

          “Enam hingga 12 jam setelah abrupsio plasenta terjadi, janin harus segera dilahirkan!” tegas Yassin. “Kalau sudah ada pembukaan jalan lahir, kita lihat kondisi janin dan Mama apakah memungkinkan melahirkan secara alami. Tapi kalau kondisinya sudah buruk akan diambil tindakan operasi,” tambahnya.

GAYA HIDUP SEHAT CEGAH ANEKA KELAINAN PLASENTA

Untuk mencegah terjadinya aneka kelainan plasenta saat kehamilan dan persalinan, Yassin menyarankan Mama mempraktikkan gaya hidup sehat. Selain itu komunikasikan riwayat kesehatan selengkap-lengkapnya saat berkonsultasi dengan dokter kandungan.

          “Misalnya, ada riwayat hipertensi atau diabetes. Kalau dokter sudah tahu, akan lebih intens memonitor perkembangan kehamilan pasien. Kontrol rutin dengan pemeriksaan USG pun akan mendeteksi kelainan plasenta dengan segera. Jika sudah terdeteksi dini, tentu akan lebih cepat dapat ditangani,” pungkas Yassin.

Theresia Widiningtyas

Aneka Kelainan Plasenta yang Perlu Mama Tahu
 

Narasumber:

dr. Yassin Yanuar, SpOG

RSPI Pondok Indah, Jakarta