Mendeteksi Kecacatan pada Janin

By Gazali Solahuddin, Rabu, 8 Maret 2017 | 21:15 WIB
Mendeteksi Kecacatan pada Janin (Dini)

Nakita.id - Setiap orangtua tentu ingin memiliki anak yang sehat dan sempurna. Untuk itu, penting sekali bagi ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Karena, dengan melakukan pemeriksaan kehamilan teratur sesuai yang disarankan dokter, maka jika ada sesuatu hal yang tak diinginkan pada janin, misal adanya kecacatan/kelainan bawaan (congenital disorder), bisa segera dideteksi dan bisa segera dilakukan tindakan dengan langkah terbaik.

Sebanyak 3?5% congenital disorder atau kelainan kongenital, adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir. Penyebabnya bisa faktor genetik maupun nongenetik. Ironisnya, terkadang kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tapi baru ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi.

Kecacatan lainnya adalah defek lahir, yang dapat berwujud dalam bentuk berbagai gangguan tumbuh kembang bayi baru lahir, mencakup aspek fisis, intelektual, dan kepribadian.

Cara mendeteksi kecacatan pada janin Memang, tak mudah mendeteksi kecacatan pada janin, tapi bisa dilakukan. Ada beberapa teknik deteksi prenatal yang bisa dilakukan, di antaranya: pemeriksaan USG (non-invasive), amniosentesis, dan kordosentesis (invasive).

Deteksi yang dilakukan dengan USG cukup bermakna dalam menegakkan diagnosis kelainan bawaan pada janin, karena USG merupakan alat yang penggunaannya sederhana, tidak invasif (tidak menimbulkan perlukaan), aman, murah, dan cukup akurat.

Dalam mendeteksi kecacatan janin di trimester 2 ini, pemeriksaan USG yang dilakukan mencakup seluruh organ janin mulai kepala, jantung, paru paru, ginjal, tulang, dan lain lain. Pemeriksaan ini sebaiknya pada usia kehamilan 18?24 minggu, di mana tulang janin belum terlalu padat, sehingga gelombang USG masih dapat mencapai organ yang akan diperiksa. Nah, pemeriksaan ini disebut dengan pemeriksaan detail scan.

Sedangkan pemeriksaan amniosentesis adalah tindakan pengambilan cairan ketuban pada janin di usia kehamilan 15?20 minggu. Cairan ketuban akan dianalisis di laboratorium untuk mengetahui apakah ada kelainan kromosom dan juga tipe kelainan kromosom.

Adapun pemeriksaan kordosentesis, yaitu tindakan yang dilakukan untuk pengambilan darah janin melalui vena tali pusat. Tujuannya untuk mengetahui kelainan kromosom dan tipe kelainan kromosom pada janin di usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

Pemeriksaan ini juga diperlukan untuk mengetahui apakah janin mengalami anemia. Yang diperiksa adalah Hb janin dan hematokritnya. Nilai hematokrit dipakai sebagai acuan berapa jumlah darah yang diperlukan untuk ditransfusikan pada janin.

Untuk mendeteksi kecacatan pada janin, ada juga yang namanya pemeriksaan unconjugated estriol (UE3), yaitu pemeriksaan dengan mengambil darah ibu, sehingga janin di dalam kandungan relatif aman.

Mendeteksi Kecacatan pada Janin

Narasumber: Dr. Irman Christiono, SpOG, Siloam Hospitals Simatupang, Jakarta