Kemampuan Filter Rendah, LIPI Kembangkan Masker Kain Lapis Tembaga Punya Potensi Lawan Covid-19

By Cecilia Ardisty, Sabtu, 6 Juni 2020 | 05:45 WIB
Ilustrasi Masker Kain ()

Nakita.id - Beberapa waktu lalu badan kesehatan dunia menghimbau masyarakat menggunakan masker kain untuk mengurangi risiko terdampak Covid-19.

Meskipun mengurangi risiko terdampak Covid-19, kemampuan filter masker kain rendah maka dibutuhkan inovasi pelapisan.

Lantas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggarap riset membuat masker kain lapis tembaga.

Baca Juga: Bukan Bisa Cegah Covid-19 Masuk ke Tubuh, Kesalahan Dalam Penggunaan Masker Ini Justru Bisa Membuat Virus Masuk

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan riset pada masker kain sebagai upaya penanganan Covid-19 di Indonesia.

Inovasi masker ini diperuntukan bagi masyarakat umum, bukan tenaga medis.

Peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI Deni Shidqi Khaerudini menyatakan, timnya sedang mengembangkan masker kain disinfektor berbasis lapisan tembaga yang diyakini anti Covid-19.

Baca Juga: Perhatian! Ternyata Jenis Kain Seperti Ini Dinobatkan Jadi Masker Kain Terbaik untuk Melindungi Diri dari Virus Corona

Ini berdasarkan beberapa penelitian terkait tembaga sebagai anti-microbial agent.

Penelitian tersebut di antaranya menunjukkan bahwa tembaga telah dikenal sebagai anti-microbial agent (agen anti mikroba) sejak zaman Mesir dan Yunani kuno, seperti untuk perawatan luka dan sterilisasi air.

Selain itu, ditemukan terjadinya perusakan bakteri maupun virus akibat kontak dengan tembaga (contact killer), meski berbeda-beda tergantung jenis mikroorganisme.

Secara umum, mekanisme perusakan terjadi dengan ion-ion tembaga yang mudah terlepas setelah bakteri atau virus menempel pada lapisan tembaga.

Baca Juga: Ikut Buat Challenge Baru, Sandra Dewi Ajak Rekan Artis Lainnya Ikut Kenakan Masker Kain Lewat #PassTheMaskChallenge

Hal ini mengakibatkan kerusakan pada dinding sel dan degradasi DNA atau RNA, sehingga mikroba tidak mampu reproduksi yang berujung pada kematian sel tersebut.

Terkait SARS-CoV-2 atau virus corona penyebab Covid-19, penelitian terbaru menunjukkan bahwa virus corona hanya mampu bertahan selama 4 jam di permukaan tembaga.

Ini jauh lebih cepat ketimbang pada permukaan kardus yang 24 jam, stainless steel 48 jam, dan plastik 72 jam.

"Hal ini menunjukkan bahwa efek contact killer tembaga masih cukup signifikan untuk virus SARS-CoV-2.

Tapi tentu saja harus memodifikasi tekniknya untuk bisa diaplikasikan ke benda-benda yang kontak langsung dengan manusia, contohnya masker," ujar Deni dalam webinar Riset Kimia dan Fisika LIPI Antisipasi Covid-19, Kamis (4/6/2020).

Efektifitas penyaringan masker kain biasa

Riset ini juga didasari efektivitas penyaringan (filter) mikroorganisme terhadap masker kain yang selama ini umum digunakan masyarakat untuk mencegah penularan Covid-19.

Diketahui, virus corona berdiameter 0,065-0,125 mikron.

Penelitian efektivitas filter masker kain didasarkan pada mikroorganisme B.

Atrophaeus yang berdiameter 0,9-1,25 mikron. Hasilnya, masker kain satu lapis memiliki kemampuan filter 69,42 persen dan yang dua lapis sebesar 70,66 persen.

Baca Juga: Jangan Salah Kaprah, Penggunaan Masker Kain Ternyata Bukan Untuk Melindungi Diri Agar Tidak Tertular Covid-19, Ini Fungsi Sebenarnya Menurut Ahli

Dengan demikian, jika dibandingkan dengan virus corona yang memiliki diameter 10 kali lipat lebih kecil dari bakteri B.

Atrophaeus, maka kemampuan filter masker kain terhadap virus corona jauh lebih rendah.

Oleh sebab itu, Deni menilai tidak cukup hanya dengan ukuran pori yang kecil, tapi diperlukan lapisan aktif pada masker yang bersifat mematikan atau memutus RNA virus dengan efektif.

Ini dilakukan dengan inovasi pelapisan tembaga pada masker.

"Pelapisan tembaga bisa dilakukan dengan disisipi diantara kain masker, atau menutupi permukaan depan masker kain dengan lapisan tembaga," kata dia.

Deni menjelaskan, timnya melakukan penelitian pada masker kain yang ada di pasaran dan hasilnya, masker kain biasa memiliki pori-pori berdiameter 100 mikron.

Ketika dilapisi oleh tembaga, pori-pori tersebut menjadi lebih kecil, meski tetap dipastikan bahwa ada ruang untuk sirkulasi udara. Uji coba secara fisik juga dilakukan tim dengan mencuci masker pada suhu ekstrem 80-100 derajat celsius dan mendinginkannya.

Hasilnya, kondisi air tetap jernih dan tingkat keasaman (pH) tetap normal di angka 7. "Artinya memang tidak mudah rontok (lapisan tembaganya)," ungkap dia.

Baca Juga: Kini Masyarakat Diwajibkan Pakai Masker Nonmedis, Ternyata Masker Kain Berbahaya Kalau Dipakai Lebih dari 4 Jam

Perlu diuji lebih lanjut

Meski demikian, terkait efektivitas lapisan tembaga merusak virus corona masih akan dilakukan penelitian lebih lanjut oleh pihak LIPI dengan melibatkan fasilitas biosafety level (BSL) 3.

Tahap ini akan dilakukan dalam waktu dekat. "Setelah mendapat assessment dari BSL 3 baru kami berani launching produknya," katanya.

Ia mengatakan, inovasi masker ini juga memiliki keunggulan lainnya yakni terbuat dari material yang aman, baik pada bahan kain maupun lapisan tembaganya.

Lalu, metode pembuatannya sederhana sehingga bisa diproduksi lokal pada skala rumah tangga atau industri.

Selain itu, masker ini juga ramah lingkungan karena dapat digunakan berkali-kali.

"Sekaligus tidak akan menggangu suplai masker medis yang saat ini sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan," ujar Deni.

Artikel ini telah tayang di GridHITS.id dengan judul "Angin Segar dari LIPI, Mereka Kembangkan Masker Kain Lapis Tembaga Punya Potensi Lawan Covid-19"