Jadi Negara Pertama di Dunia, Rusia Sudah Ancang-ancang Rilis Vaksin Virus Corona yang Hanya Tinggal Hitungan Hari

By Diah Puspita Ningrum, Kamis, 30 Juli 2020 | 17:05 WIB
Ilustrasi vaksin virus corona (pixabay.com)

Para kritikus mengatakan desakan negara itu untuk vaksin datang di tengah tekanan politik dari Kremlin, yang ingin menggambarkan Rusia sebagai kekuatan ilmiah global.

Ada juga kekhawatiran luas pengujian manusia terhadap vaksin itu tidak lengkap. Lusinan uji coba vaksin sedang berlangsung di seluruh dunia dan sejumlah kecil dalam uji coba kemanjuran berskala besar, tetapi sebagian besar pengembang telah memperingatkan masih banyak pekerjaan yang tersisa sebelum vaksin mereka dapat disetujui.

Beberapa vaksin global sedang dalam tahap uji coba ketiga, vaksin Rusia belum menyelesaikan fase kedua.

Pengembang berencana untuk menyelesaikan fase tersebut pada 3 Agustus, dan kemudian melakukan pengujian fase ketiga secara paralel melalui vaksinasi pekerja medis.

Baca Juga: Besok Sudah Iduladha, Warga di 33 RW Jalur Merah DKI Jakarta Ini Diimbau Tidak Salat Ied di Masjid, Moms Termasuk?

 

Ilmuwan Rusia mengatakan vaksin ini cepat dikembangkan karena merupakan versi modifikasi dari yang sudah dibuat untuk memerangi penyakit lain. Itulah pendekatan yang diambil di banyak negara lain dan oleh perusahaan lain.

Moderna, vaksin yang didukung oleh pemerintah AS dan yang memulai pengujian fase 3 pada Senin (27/7), telah membangun vaksin Covid-19 pada vaksin yang telah dikembangkannya untuk MERS.

Sementara ini telah mempercepat proses pengembangan, regulator AS dan Eropa membutuhkan uji keamanan dan kemanjuran yang lengkap untuk vaksin.

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan tentara Rusia bertugas sebagai sukarelawan terkait uji coba terhadap manusia. Alexander Ginsburg, direktur proyek, mengatakan dia ikut menjadi sukarelawan uji coba vaksin itu.

Para pejabat Rusia mengatakan obat itu dipercepat persetujuannya karena pandemi global dan Rusia mengalami serangan parah.

Negara itu saat memiliki lebih dari 800.000 kasus Covid-19. "Ilmuwan kami fokus bukan pada menjadi yang pertama tetapi pada melindungi orang," kata Dmitriev.