Tabloid-Nakita.com - Mama Papa hebat, kita jumpa lagi dalam Sharing Moment with nakita bersama Ultra Mimi. Acara yang berlangsung di Ruang Doctor’s Club RS Husada Utama (RSHU), Surabaya, pada Minggu, 29 Mei 2016 ini, diawali dengan penjelasan Maria Fransiska, Brand Manager Ultra Mimi, mengenai jenis-jenis susu, yakni susu UHT (Ultra High Temperature), susu bubuk, susu sterilisasi, dan susu pasteurisasi.
Pada proses produksinya, keempat jenis susu tersebut dipanaskan dalam suhu yang tinggi dengan waktu berbeda-beda. Nah, waktu atau lamanya pemanasan ini akan memengaruhi keberadaan bakteri, dan nilai gizi, dan ketahanan susu tersebut. Susu UHT yang dipanaskan dalam suhu 135—140 °C selama 2—4 detik membuat semua spora dan bakteri mati, sementara kandungan gizinya tetap terjaga baik.
Lain halnya dengan susu bubuk (180 °C dalam 2 jam) dan susu sterilisasi (100 °C dalam 30 menit), bukan hanya semua bakteri yang mati, begitu juga dengan nutrisi alaminya, sehingga dibutuhkan penambahan vitamin dan mineral pengganti. Sementara susu pasteurisasi yang dipanaskan pada suhu 72 °C selama 72 detik, kandungan gizinya masih lengkap, hanya saja bakteri yang merugikan cuma dilumpuhkan, sehingga harus disimpan dalam kulkas dan hanya bertahan tiga hari.
Susu UHT dan susu sterilisasi tahan hingga 10 bulan selama kemasan belum dibuka, sedangkan susu bubuk tahan dua tahun selama kemasan belum dibuka. Meski bertahan sampai dengan 10 bulan, susu UHT tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali karena dikemas dengan kemasan aseptik 6 lapis.
Nah, Ultra Mimi merupakan susu UHT. “Kandungan nutrisinya terjaga baik untuk menunjang pertumbuhan alami anak usia 2—6 tahun. Mengapa mulai 2 tahun? Karena Ultra Mimi mendukung program pemerintah untuk memberikan ASI eksklusif selama enam bulan yang dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun. Akan tetapi, jika karena satu dan hal lain, Ibu mau memberikan susu UHT kepada anaknya yang berumur setahun, juga tak masalah. Namun, harus juga dengan memerhatikan kondisi anak tersebut, semisal punya alergi susu sapi, sehingga pemberiannya harus disesuaikan,” papar Maria.
Ultra Mimi hadir untuk mendukung proses pertumbuhan alami anak secara optimal, membantu pembentukan sel-sel otak, tulang, dan gigi yang kuat, serta meningkatan daya tahan tubuh.
Dimulai dari rumahSharing Moment with nakita bersama Ultra Mimi di Surabaya ini juga menghadirkan pakar kesehatan anak, yakni dr. Laksmi Suci Handini, SpA, dengan makalahnya berjudul “Pengaruh Pola Makan Sehat Sejak Dini Terhadap Perkembangan Anak Dan Pembentukan Karakter Positif Sejak Dini”. Menurut dokter dari RSHU Surabaya ini, nutrisi yang baik dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik.
“Bila sampai terjadi kekurangan gizi pada anak akan memengaruhi tumbuh kembang fisik dan mentalnya secara keseluruhan. Masalah pertumbuhan pada masa anak ini akan berpengaruh terus seumur hidup. Karena itulah, dari kecil harus sehat,” paparnya.
Anak-anak yang kekurangan gizi, terang Laksmi, akan mengalami gangguan pertumbuhan, gangguan kognisi, perkembangan otot yang kurang baik, kapasitas kerja yang kurang, perkembangan sosial terganggu, dan juga sering sakit. “Bila anak sering sakit, tentu akan memengaruhi tumbuh kembangnya juga. Untuk itu, anak butuh nutrisi yang optimal supaya sistem imunnya baik, sehingga kalau sakit bisa cepat sembuh, pertumbuhan fisik dan mentalnya juga baik,” terangnya.
Nah, agar anak bisa mendapatkan nutrisi yang baik/optimal, maka harus memiliki pola makan yang sehat sejak dini. Bagaimana caranya? “Ada istilah, healthy habits start at home, yakni kebiasaan baik dan sehat dimulai dari rumah. Jadi, berawal dari orangtua. Kalau kita seneng jajan di luar, anak juga suka jajan di luar. Kalau kita enggak pernah ngunyah sayur, jangan harap anak juga suka sayur,” ujar Laksmi.
Jadi, kuncinya pada orangtua, ya, Ma, untuk menerapkan pola makan sehat sejak dini. Dimulai dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi, dilanjutkan MPASI yang tepat (pemberian ASI diteruskan hingga dua tahun atau lebih) pada usia 6 bulan, kemudian usia 18—24 bulan mengonsumsi makanan keluarga yang lebih lembut dengan potongan kecil, selanjutnya makanan keluarga yang bervariasi agar anak juga terbiasa dengan jenis makanan bervariasi.