Hari Peduli Sampah Nasional 2021: Berawal dari Sampah Bisa Berikan Dampak Ekonomi yang Nyata

By Nita Febriani, Jumat, 19 Februari 2021 | 10:30 WIB
Hari Peduli Sampah Nasional 2021 (freepik)

Nakita.id - Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap tahun ini jatuh pada 21 Februari 2021.

Seperti diketahui bersama, masalah sampah masih menjadi hal yang sangat pelik di Indonesia.

Pola konsumsi masyarakat Indonesia yang cukup tinggi juga berimbas pada volume sampah harian yang dihasilkan menjadi sangat besar.

Selain itu, masyarakat juga belum terbiasa untuk melakukan 3R atau Reuse, Recycle, dan Reduce.

Baca Juga: Punya Seafood Sisa? Jangan Dibuang Dulu, Ini 2 Teknik Memanaskan Makanan Itu Supaya Tak Meracuni Keluarga

Oleh sebab itu, untuk mengurangi permasalahan sampah, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan kolaborasi yang lebih erat dengan para pelaku rantai nilai sampah.

Dr. Ir. Novrizal Tahar, IPM selaku Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal PSLB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia mengatakan, potensi pengelolaan sampah untuk mendukung perekonomian pun kian terlihat nyata selama pandemi.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, dan limbah merupakan tiga dari tujuh sektor yang masih bertumbuh secara positif, yaitu 6,04%.

"Fakta ini merupakan kabar baik bagi pengelolaan sampah di Indonesia karena menggambarkan bahwa bidang pengelolaan sampah adalah sektor usaha yang terus menggeliat," ujarnya dalam acara Konferensi Pers Virtual Unilever Indonesia Kembali Mengajak Masyarakat Untuk Mewujudkan Ekonomi Sirkular dalam Peringatan Hari Sampah Nasional 2021, Kamis (18/2/2021).

Oleh karena itu, melalui peringatan HPSN 2021 yang mengusung tema ‘Sampah Bahan Baku Ekonomi di Masa Pandemi’, Pemerintah mendorong kolaborasi dari seluruh pelaku rantai nilai sampah menuju terciptanya ekonomi sirkular sebagai babak baru pengelolaan sampah di Indonesia.

Senada dengan hal tersebut, Dr. Alin Halimatussadiah, Ph.D selaku Ketua Kajian Ekonomi Lingkungan, LPEM FEB UI berpendapat, agar mampu memberikan dampak ekonomi yang nyata, perwujudan ekonomi sirkular harus melibatkan peran dan fungsi setiap pelaku rantai nilai sampah.

Baca Juga: #AyahSIAP Edukasi Si Kecil Agar Lebih Peka Terhadap Lingkungan dengan Mengelola Sampah di Rumah

Hal ini terdiri dari begitu banyak pihak, mulai dari pemerintah, dunia usaha/industri, sektor informal, hingga masyarakat pada setiap siklus tahapan pengelolaan sampah.

Adapun tahapan pengelolaan sampah itu meliputi upaya pemilahan, pengumpulan, pengolahan dan pemrosesan akhir.

"Pemulung memiliki peran sentral yang patut diperhatikan karena merekalah yang berjasa mengumpulkan sampah sebagai bahan baku yang mendukung industri daur ulang," jelas Dr. Alin.

"Oleh karena itu, sudah saatnya kita melekatkan para pemulung ke dalam kesatuan rantai nilai pengelolaan sampah yang lebih utuh,” lanjutnya.

Ilustrasi Rantai Nilai Sampah

Hal ini sejalan dengan hasil studi Unilever Indonesia dan Sustainable Waste Indonesia (SWI).

Terungkap bahwa lebih dari 80% sampah plastik yang terkumpul di Pulau Jawa berasal dari pemulung, sedangkan 20% sisanya berasal dari bank sampah, TPS3R dan penampung sampah plastik lainnya.

Namun sayangnya, sebagian masyarakat kerap menyematkan stigma negatif kepada pemulung sebagai masalah sosial yang mesti segera diatasi sehingga kehadiran mereka kerap mendapatkan tentangan.

Baca Juga: Dengan Bantuan Pemulung, Aplikasi Ini Membantu Masyarakat Membuang Sampah Plastik Secara Mudah

“Tantangan yang dihadapi oleh para pemulung semakin berat ketika pandemi. Mereka seringkali dianggap sebagai pembawa penyakit sehingga pekerjaan pun jadi terhalang," jelas Prispolly Davina Lengkong selaku Ketua Umum PPIM.

Tak hanya itu, banyaknya pembatasan juga membuat para pemulung sulit bermobilisasi.

Belum lagi sebagian besar perumahan masih ditutup untuk mencegah penyebaran COVID-19.

"Untuk dapat terus menyambung hidup dan berkontribusi dalam mengurai permasalahan sampah, mereka membutuhkan dukungan dari kita semua,” tambah Prispolly.

Untuk itu, Unilever Indonesia dan PPIM luncurkan kerjasama baru yang menargetkan 3.000 pemulung sebagai penerima manfaat dari rangkaian program edukasi dan pemberdayaan masyarakat.

Program edukasi antara lain meliputi: pelatihan literasi keuangan, keterampilan berkomunikasi, hingga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi para pemulung untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Program Unilever Indonesia dan PPIM ini melanjutkan kerjasama kedua institusi yang berawal di tahun 2020 melalui penyerahan sarana mesin press sampah plastik untuk membantu meningkatkan nilai ekonomis sampah plastik yang kemudian dijual oleh para pemulung kepada para pengepul sampah.

“Kita semua memiliki peranan masing-masing untuk mewujudkan ekonomi sirkular. Dari mulai ruang lingkup terkecil yaitu keluarga dengan bijak menggunakan plastik dan memilah sampah dari rumah, para pemulung dan pelapak dengan mengumpulkan sampah, hingga Pemerintah pada tatanan regulasi.

Sebagai pelaku industri, hingga tahun 2020, Unilever Indonesia bersama dengan para mitra telah berbagi peran dalam membantu pengumpulan dan pemrosesan lebih dari 13.000 ton sampah plastik di seluruh Indonesia. Perjalanan kita masih panjang, untuk itu, #MariBerbagiPeran sayangi bumi,” tutup Nurdiana.

Baca Juga: Nasibnya Sering Berakhir di Tempat Sampah, Mulai Sekarang Taburkan Ampas Teh di Dekat Tanaman Hias, Ini yang Terjadi