Waspada! Ternyata Tantrum Seperti Ini yang Dianggap Tidak Normal Pada Anak dan Harus Segera Pergi ke Dokter

By Shinta Dwi Ayu, Sabtu, 22 Mei 2021 | 19:00 WIB
Tantrum yang dianggap tidak normal. (Nakita.id)

Nakita.id - Tantrum pada anak memang memiliki beberapa jenis Moms.

Mulai dari manipulatif dimana anak tantrum hanya demi mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.

Selain manipulatif ada pula anak yang tantrum hanya demi mendapatkan perhatian dari para orang dewasa yang berada di sekitarnya.

Namun, ada pula anak yang tantrum saat merasakan tidak nyaman atau sakit pada tubuhnya.

Baca Juga: Terapi Apa yang Bisa Dilakukan Untuk Mengatasi Anak Sering Tantrum? Begini Penjelasan Dokter Spesialis Anak

Ketika tantrum biasanya anak akan menangis, berteriak, menghentakan kaki, diam dan menahan napan, malas bergerak, dan bersikap agresif.

Anak yang bersikap agresif saat sedang tantrum wajib Moms waspadai pasalnya Si Kecil bisa menyakiti diri sendiri, ataupun orang lain.

Bisa juga saking tak mampu menahan emosinya Si Kecil kemungkinan besar merusak lingkungan di sekitarnya.

Tantrum memang merupakan salah satu bagian dari perkembangan anak yang dapat dikatakan wajar.

Namun, Moms juga kini wajib tahu! Ada pula tantrum yang dianggap tidak normal dan harus segera membawa Si Kecil pergi ke dokter.

Untuk melihat apakah tantrum yang dialami Si Kecil normal atau tidak bisa dilihat dari usia, dan durasinya.

"Tentunya kita bisa lihat kalau misalkan tantrum itu lebih dari usia 4 tahun misalkan masih sering tantrum di atas usia normal tadi, lalu kemudian tantrumnya itu sering ya lebih dari tiga kali sehari dan durasinya lama misal 15 menit lebih," ungkap dr. Vicka Farah Diba, M. Sc, Sp.A, Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit JIH dan Penulis Buku 'Panduan Ortu Kekinian' dalam peliputan khusus yang dilakukan Nakita.id, Minggu (16/05/2021).

dr. Vicka Farah Diba, M. Sc, Sp.A, Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit JIH dan Penulis Buku

Moms juga wajib waspada apabila Si Kecil mengalami tantrum namun tidak ada penyebabnya yang jelas.

Baca Juga: Bukan Berarti Sakit atau Lapar, Ternyata Ini Faktor Penyebab Anak Balita Sering Kali Tantrum

"Kemudian missal kita sudah mengidentifikasi penyebab tantrum mungkin dari fisik, psikis, atau lingkungan, akan tetapi tidak ada Si Kecil tantrum tanpa sebab gitu itu bisa jadi indikasi bahwa itu bermasalah," tambahnya.

Vicka Farah Diba, M. Sc, Sp.A, juga menegaskan tantrum yang dianggap tidak normal adalah ketika anak yang sudah masuk usia sekolah.

"Kemudian tantrum yang terjadi pada usia sekolah kenapa gitu? Karena di sekolah itu dengan usianya di atas lima tahun seharusnya sudah tidak tantrum lagi.

Seharusnya dia sudah bisa mengendalikan emosinya, penguasaan verbalnya juga baik, nah kita mulai lihat nih ciri-cirinya bahwa anak ini apakah relate dengan gangguan-gangguan tertentu seperti gangguan bicara, gangguan sosial, nah itu berarti tantrumnya itu relate dengan hal khusus perkembangan anak," jelas Vicka Farah Diba, M. Sc, Sp.A, dalam wawancara mendalam bersama Nakita.id.

Sedangkan menurut dr. Catharine Mayung Sambo Sp. A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Anak dan Pediatri Sosial, dari Rumah Sakit Pondok Indah – Pondok Indah, mengatakan Moms bisa membawa anak yang sering tantrum ke dokter apabila menemui hal-hal berikut ini:

dr. Cathrine Mayung Sambo, Sp.A (K) Rs. Pondok Indah, Pondok Indah.

- Curiga ada masalah atau keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Orangtua dapat memantau sendiri pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan Buku KIA. Apabila ragu, sebaiknya berkonsultasi.

- Apabila anak sudah berusia lebih dari 5 tahun dan masih tantrum berulang-ulang untuk hal yang sama atau dengan pola tertentu

- Apabila anak sering tantrum lebih dari 15 menit

- Apabila anak sering menunjukkan episode tantrum terjadi lebih dari lima kali dalam sehari

- Perilaku agresif bersifat ekstrem, seperti menghancurkan benda atau terjadi cedera baik pada anak maupun orang lain

Baca Juga: Wajib Dipahami Moms dan Dads! Berikut Jenis-Jenis Tantrum Pada Anak

- Ada gangguan tidur, atau mengompol pada anak yang sebelumnya sudah mampu tidak mengompol, atau anak tetap murung atau menunjukkan suasana hati negatif ketika sedang tidak tantrum

- Apabila ada pengalaman traumatik, seperti perpisahan atau kematian, yang mempengaruhi anak

- Apabila keluhan masalah tantrum berlangsung lebih dari 6 bulan.