Jangan Sampai Terlambat Tahu Moms, Inilah Penyebab Seringnya Si Kecil Lambat Berjalan

By Ruby Rachmadina, Jumat, 4 Juni 2021 | 15:11 WIB
Penyebab tersering anak terlambat berjalan (freepik.com/senivpetro)

Nakita.id - Langkah pertama Si Kecil tentu menjadi momen berharga yang dinantikan oleh Moms dan juga Dads.

Sebagian orangtua mengharapkan Si Kecil agar bisa cepat berjalan dengan benar.

Padahal, perkembangan motorik kemampuan Si Kecil dalam berjalan memiliki waktu yang berbeda-beda.

Namun Moms terkadang panik ketika mendapati anak seusianya yang lain sudah bisa berjalan dengan lancar.

Umumnya, Si Kecil mulai mencoba untuk berjalan dengan cara mencoba berdiri atau berpegangan dimulai pada usia 8-18 bulan.

Apabila di usia tersebut Si Kecil masih belum mampu berjalan dengan kokoh atau kerap kali berjinjit, Moms dan juga Dads perlu mewaspadai akan hal itu.

Ada baiknya Moms melakukan konsultasi dengan dokter anak atau para ahli.

Namun Moms bisa mengetahui terlebih dahulu penyebab seringnya Si Kecil terlambat untuk berjalan.

Baca Juga: Mitos atau Fakta Terlalu Sering Menggendong Si Kecil Bisa Membuat Anak Lambat Berjalan? Begini Penjelasannya Menurut Beberapa Ahli

Melansir laman Kompas.com, terdapat penjelasan penyebab tersering anak terlambat berjalan, seperti:

1. Ketidakmatangan persyarafan

Kemampuan Si Kecil dalam melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut.

Saat Si Kecil dilahirkan, syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syaraf belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol gerakan-gerakan motorik.

Pada usia 5 tahun, syaraf-syaraf ini sudah mencapai kematangan, dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik.

Otot-otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar, seperti berjalan, berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan otot-otot halus, seperti menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang pensil atau gunting membentuk dengan plastisin atau tanah liat, dan sebagainya.

Baca Juga: Perkembangan Janin Bulan 5 : Sistem Syaraf Berkembang sempurna

2. Gangguan vestibularis atau keseimbangan

Pada anak yang mengalami dysfunction of sensory integration (DSI) sering mengalami gangguan keseimbangan.

Gangguan keseimbangan yang terjadi ini seringkali dianggap anak kurang percaya diri.

Gangguan keseimbangan ini biasanya ditandai dengan anak takut saat berenang, menaiki mainan yang bergerak dan bergoyang seperti ayunan, main kuda-kudaan listrik dengan koin, naik lift atau eskalator.

Anak tidak suka naik umumnya di dalam mobil, anak mungkin tidak kooperatif sebagai upaya menghindari sensasi yang membuat anak terganggu.

Anak yang underreactive untuk input vestibular tampaknya tidak pusing bahkan setelah berputar untuk waktu yang lama, dan tampaknya menikmati gerakan cepat seperti berayun.

Bila berjalan terburu-buru, gerakannya canggung, mudah tersandung atau jatuh.

Dia mungkin tidak membuat upaya untuk menangkap dirinya sendiri ketika dia jatuh. 

Anak tampak kesulitan memegang kepalanya sambil duduk, anak tidak cenderung untuk melakukannya dengan baik dalam olahraga.

Si Kecil mungkin akan merasa canggung, atau gerakan yang tidak biasa ketika bergerak lengan atau kepala.

Biasanya juga disertai keterlambatan membaca, menulis, berbicara, dan persepsi visual-spasial yang khas.

Baca Juga: Simak Moms! Ternyata Begini Tahap-tahap Perkembangan Motorik Anak 1-3 Tahun yang Optimal

3. Keterlambatan ringan perkembangan motorik kasar

Seorang anak yang terlambat berjalan, kemungkinan juga terlambat dalam duduk dan merangkak.

Namun sayangnya, keterlambatan ini bukanlah hal pertama yang mungkin disadari oleh para orangtua.

Jika ini penyebabnya, maka dokter akan melihat jalan anak dalam konteks yang berbeda dan mencari tahu berada dimana ia dalam rangkaian perkembangan motoriknya.

Biasanya juga disertai keterlambatan membaca, menulis, berbicara, dan persepsi visual-spasial yang khas.

Baca Juga: Ternyata Bermain di Playground Tumbuhkan Motorik Kasar dan Halus Si Kecil, Ini Salah Satu Referensi Tempatnya

4. Gangguan sensoris

Pada kasus tertentu, anak sering mengalami sensitif pada telapak tangan dan kaki.

Sehingga hal ini mengakibatkan anak sering jinjit.

Selama ini, jalan jinjit atau Tip Toe masih belum diketahui penyebabnya, meskipun bukan karena kelainan anatomis.

Selama ini, Moms dan Dads menganggap hal itu adalah memang perilaku anak.

Pada anak dengan gangguan sensoris raba biasanya disertai gangguan sensoris suara dan cahaya.

Gangguan sensoris suara biasanya anak takut dan tidak nyaman ketika mendengar suara dengan frekuensi tertentu seperti suara blender, suara bayi menangis, suara gergaji listrik.

Gangguan sensoris cahaya biasanya Si Kecil sangat sensitif terhadap cahaya terang dan sinar matahari.