Sulit Tidur Jadi Efek Lanjutan Pasien Covid-19, Benarkah? Ini Kata Ahli

By Kirana Riyantika, Selasa, 6 Juli 2021 | 09:26 WIB
Benarkah sulit tidur jadi efek lanjutan Covid-19? (Freepik/karlyukav)

Nakita.id - Masyarakat Indonesia kini masih harus menghadapi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.

Pada Minggu (4/7/2021), terdapat penambahan 27.233 kasus baru dari seluruh penjuru Indonesia.

Pada hari yang sama, terdapat 13.127 pasien yang sembuh dari paparan virus Covid-19.

Baca Juga: Banyak yang Salah Kaprah, Ternyata Ini Beda Gejala Covid-19 dengan Flu Biasa

Sedangkan 555 pasien Covid-19 meninggal dunia di hari tersebut.

Seperti diketahui gejala Covid-19 bervariasi, mulai dari demam, batuk, flu, nyeri otot, sakit kepala, dan masih banyak lagi.

Tahukah Moms bahwa beberapa laporan menunjukkan adanya gejala Covid-19 yang bertahan lebih lama.

Melansir eatthis.com, sebanyak 3/4 pasien Covid-19 yang masih dirawat di rumah sakit masih mengalami gejala awal Covid-19 hingga enam bulan lamanya.

Fenomena ini sering disebut Long Covid.

Salah satu long covid yang banyak dialami adalah kesulitan tidur.

Menurut sebuah survey, sebanyak 26 persen pasien Covid-19 mengalami kesulitan tidur.

Padahal, tidur yang berkualitas sangat penting untuk kesehatan.

Seseorang yang kurang tidur bisa rentan terserang penyakit.

Baca Juga: Amankah Vaksin Covid-19 untuk Anak yang Mengonsumsi Obat Jangka Panjang? Begini Penjelasan dari Dokter Anak

Tidur yang cukup jadi salah satu faktor penting dalam memperkuat imun.

Melansir dari Kompas.com, pendapat berbeda mengenai virus Covid-19 menyebabkan insomnia diutarakan oleh dr. Andreas Prasadja selaku Praktisi Kesehatan Tidur.

Menurutnya, insomnia bukan dikarenakan virus corona, melainkan efek dari isolasi.

"Jadi bukan karena virusnya tapi karena isolasinya," ungkap dr Andreas.

Menurut Andreas, kesulitan tidur ditemukan pada orang-orang yang melakukan isolasi baik di rumah, maupun rumah sakit.

Andreas memaparkan bahwa otak manusia memiliki ritme sirkandian yang menentukan irama pagi, siang, dan malam.

Ritme sirkandian tersebut menyebabkan aktivitas manusia berkaitan dengan cahaya.

Baca Juga: Satu Indonesia Salah Kaprah, Mengonsumsi Minuman Panas dan Menghirup Uap Panas Ternyata Tak Bisa Bunuh Virus Covid-19, Ini Kata Ahli

Misalnya ketika bangun tidur dan bekerja dalam kondisi terang, kemudian pulang kerja dan tidur dalam kondisi gelap.

Namun, ketika melakukan isolasi irama ini akan hilang.

Hingga saat ini para peneliti masih mendalami lebih jauh mengenai benar tidaknya dampak panjang dari paparan virus Covid-19.

Penelitian tersebut memerlukan waktu yang panjang untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Diharapkan penelitian tersebut dapat meminimalisir risiko efek jangka panjang Covid-19 terhadap organ dan jaringan.