Mendunia, Batik Tulis Ternyata Memiliki Nilai Investasi Tak Terduga

By Radita Milati, Kamis, 22 Februari 2018 | 13:46 WIB
()

Nakita.id - Sekarang masyarakat Indonesia bahkan dunia telah gandrung dengan batik.

Buktinya sudah berapa banyak fashion show kelas nasional maupun internasional yang mengedepankan tema batik.

Karena maraknya penggunaan batik sebagai busana, batik sekarang semakin moderen

Walau industri pembuatan batik sudah moderen, sudah menggunakan mesin, dan pembuatannya sudah semakin singkat, tidak lagi berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun seperti tempo dulu.

Tapi sekarang batik tulis alias yang pengerjaannya dengan cara manual/ditulis, justru semakin banyak peminatnya.

Keindahan batik tulis ternyata tidak hanya untuk mempercantik penampilan saja Moms, melainkan juga dimanfaatkan sebagai ladang investasi.

BACA JUGA: Moms Sering Ngidam 2 Makanan Ini, Apakah Aman Dikonsumsi Saat Hamil?

Seperti owner dari Galeri Buana Alit, Dwita Herman, dirinya menjelaskan, batik tulis yang melegenda akan memiliki harga yang tinggi setelah disimpan. 

"Batik bisa untuk investasi. Kalau sekarang beli Rp 10 juta, 5-10 tahun lagi bisa lebih harga jualnya," ujar Dwita. 

Dwita pun menyebutkan, slaah satu kain yang dimilikinya, merek batik Oey Soe Tjoen, batik legendaris dari Pekalongan. 

Saat pertama membeli, Dwita hanya mengeluarkan budget sebesar Rp 6 juta. 

Tapi, beberapa tahun kemudian, saat batik tersebut booming atau tren, harganya mencapai Rp 35-40 juta. 

Untuk saat ini, Dwita memperkirakan harga batik Oey Soe Tjoen berada dikisaran Rp 20 juta dan untuk proses pemesanannya diperlukan waktu beberapa tahun. 

BACA JUGA: Bukan Alat Khusus, Ini 5 Manfaat Sendok untuk Kecantikkan. Yuk Coba! 

Dirinya mengakui, harga batik tulis amat beragam. 

Harga sebuah batik tulis ditentukan oleh motif dan kepadatan cecek alias titik-titik pada kainnya. 

Garis-garis tipis itulah yang sulit.

Sebab, untuk membuat satu garis pembatik harus menahan nafas. 

Jika nafasnya lepas, maka garisnya akan bengkok dan menjadi tidak sempurna. 

Sehingga pembatik tersebut harus memiliki nafas yang panjang. 

BACA JUGA: Akurat! Begini Cara Mudah Mengukur Sendiri Tekanan Darah di Rumah

Meskipun investasi terkesan menarik, namun Dwita tetap mengingatkan agar setiap orang berhati-hati dan teliti saat memutuskan pilihan batiknya. 

Terutama, untuk mengetahui mana yang betul-betul batik tulis dan mana yang batik cetak (print) sehingga tidak tertipu. 

Karena masih banyak orang yang salah membeli batik cetak bermotif dan mengira batik tersebut adalah batik tulis. 

Kebanyakan masyarakat saat ini juga belum banyak yang menyadari apalagi memandang batik sebagai barang seni dengan potensi investasi tinggi. 

Moms, bagaimana tertarik untuk mulai berinvestasi batik tulis?