Mitos vs Fakta Kehamilan, Benarkah KB Alami Tidak Ampuh Mencegah Kehamilan?

By Diah Puspita Ningrum, Minggu, 8 Agustus 2021 | 16:45 WIB
Mitos vs fakta kehamilan, KB alami tidak bisa mencegah kehamilan? (MICHAELA ZOLAKOVA)

Nakita.id - Moms pernah mendengar mitos vs fakta kehamilan mengenai KB alami tanpa obat dan suntikan?

Banyak sekali mitos tentang hubungan seks serta kehamilan yang beredar di masyarakat.

Tentunya hal ini terjadi seiring dengan perkembangan teknologi dan akses informasi.

Baca Juga: Mitos vs Fakta Kehamilan: Ibu Hamil Tidak Boleh Membersihkan Rumah Pakai Produk Pembersih karena Mengandung Zat Berbahaya, Benarkah?

Teknologi memang memudahkan orang mendapatkan informasi, tapi faktanya tidak semua informasi tersebut benar dan akurat.

Katakan saja, KB secara alami disebut tidak bisa mengontrol kehamilan.

Apakah hal tersebut termasuk mitos atau fakta?

Mengutip dari Tabliod Nakita, faktanya KB alami dapat mencegah kehamilan jika dilakukan dengan benar.

Demikian menurut Departement of Health and Human Services (HHS).

KB alami merupakan cara mencegah kehamilan dengan tidak menggunakan obat-obatan atau alat apa pun.

Baca Juga: Mitos vs Fakta Kehamilan, Mewarnai Rambut Saat Hamil Disebut Bisa Bahayakan Janin, Benarkah?

KB alami menggunakan indikator suhu tubuh, siklus menstruasi, dan lendir serviks sebelum berhubungan seks.

Bahkan para peneliti di tahun 2007 mengatakan, KB alami sama efektifnya dengan pil kontrasepsi.

Dari 100 responden yang menggunakan KB alami, hanya satu di antara 25 orang yang hamil.

Kendati demikian, metode ini tidak dapat diandalkan untuk mencegah transmisi IMS.

KB alami yang bisa Moms lakukan antara lain.

1. Metode symptom thermal, yakni meliputi pengukuran suhu tubuh, kalender, dan pengecekan lendir.

Baca Juga: Mitos vs Fakta Kehamilan Terjawab, Ternyata Ibu Hamil Boleh Menyusui dengan Syarat dan Tips Seperti Ini

2. Metode kalender, yakni menandai masa subur dan tidak berhubungan intim di masa itu.

3. Mengatur dengan deteksi ovulasi, yakni Moms bisa membeli alat deteksi ovulasi sehingga dapat menghindari hubungan seksual setelah sel telur dilepaskan.