Apa Solusi Bagi Moms yang Masih Takut untuk Divaksin? Ini Kata Ahli

By Amallia Putri, Sabtu, 4 September 2021 | 11:31 WIB
Solusi yang tepat untuk Moms yang masih takut divaksin (Freepik.com)

Nakita.id – Walaupun di beberapa daerah di Indonesia kasus Covid-19 sudah menurun, bukan berarti vaksin tidak diperlukan lagi.

Terutama, untuk para Moms yang sedang mengandung Si Kecil.

Sebagai kelompok yang rentan terhadap Covid-19, ibu hamil diharapkan bisa vaksinasi secepatnya.

Sayangnya, sampai saat ini capaian vaksinasi di kalangan ibu hamil masih jauh dari target.

Dikutip dari Kompas TV, per Agustus 2021 baru 0,01 persen ibu hamil yang sudah divaksin dari jumlah keseluruhan ibu hamil di Indonesia, yaitu 11 juta orang.

Padahal, setidaknya 50 persen dari jumlah ibu hamil sudah harus mengikuti vaksinasi.

Salah satu yang memengaruhi jumlah ibu hamil yang belum divaksin adalah efek samping yang ditimbulkan dari vaksinasi.

Baca Juga: Kisah Nyata, Calon Ayah Ini Tewas karena Virus Corona Usai Terus Menunda Vaksinasi hingga Ahli Ungkap Hal Tidak Terduga Soal Vaksin Covid-19

Pemerintah sudah mengimbau ibu hamil untuk melaksanakan vaksinasi dan menyatakan bahwa vaksinasi aman.

Namun, ternyata hal ini tak kunjung meningkatkan motivasi dan jumlah ibu hamil untuk mengikuti vaksinasi.

Tak hanya mengkhawatirkan dirinya sendiri, banyak Moms yang juga khawatir akan efek samping yang terjadi pada si Kecil.

Ini berarti sosialisasi kepada ibu hamil mengenai keamanan vaksinasi belum terjadi secara menyeluruh.

Menurut dr. William T Wahono, Sp. OG, dokter spesialis kebidanan, dalam wawancaranya dengan Sonora FM, 3 September 2021, ada hal yang bisa jadi mendorong motivasi Moms untuk mengikuti vaksinasi.

“Testimoni dari ibu-ibu yang sudah divaksin ini akan penting sekali untuk memotivasi ibu-ibu yang belum divaksin,” ujar dr. William.

Apabila ibu hamil saling mendukung satu sama lain dan berbagi cerita mengenai vaksinasi, tentu saja yang Moms yang belum divaksin akan merasa mendapat dukungan.

Inilah yang dinamakan dengan social support. Lantas, sepenting apa social support bagi Moms yang sedang hamil dan belum divaksin? 

Social support atau dukungan sosial biasanya ditunjukkan melalui sikap bahwa kita menghormati, menghargai, dan memerhatikan orang lain agar dapat termotivasi untuk berbuat sesuatu yang lebih baik.

Dalam hal ini, Moms yang sedang mengandung dan sudah mendapatkan vaksinasi wajib mendukung ibu-ibu lain yang belum mendapatkan vaksin karena takut akan efek sampingnya.

Moms bisa bercerita dan membagikan pengalaman saat menjalankan vaksinasi.

Media sosial yang ada di ponsel Moms sangat bisa dimanfaatkan untuk berbagi cerita seputar pengalaman vaksinasi.

Bisa dalam bentuk tulisan dan foto melalui fitur story atau dalam bentuk video agar lebih menarik.

Dilansir dari John Hopkins Medicine, sikap membagikan pengalaman di media sosial ini adalah bentuk dukungan sosial dalam bentuk resource and information sharing.

Artinya, Moms berusaha untuk mendukung dengan memberikan informasi sesuai dengan pengalamannya sendiri.

Tak hanya melalui menceritakan pengalaman saja. Ada berbagai bentuk dukungan lainnya yang Moms bisa lakukan.

Baca Juga: Penyandang Hipertensi Bisa Lega karena Sudah Boleh Dapatkan Vaksin, Ini 7 Cara Menurunkan Tekanan Darah Sebelum Vaksinasi Covid-19

1. Dukungan fisik/praktis

Misalnya, ada Moms yang sudah sadar akan pentingnya vaksin dan bersedia untuk divaksin, namun kesulitan untuk mendapatkan aksesnya.

Tak ada salahnya, Moms yang sudah mendapatkan vaksinasi turut bersimpati dan membantunya untuk mencarikan informasi mengenai akses pelaksanaan vaksinasi.

2. Dukungan psikologis/emosional

Apabila ada Moms yang curhat karena takut akan efek samping vaksinasi terhadap kesehatannya dan janinnya, bisa diberikan pengertian bahwa vaksinasi sudah aman.

Tunjukkan empati dan katakan bahwa itu hal yang sangat wajar dirasakan oleh Moms yang sedang hamil.

Berikan dukungan dan saran berkonsultasi dengan dokter kandungan mengenai keputusan untuk segera divaksinasi.

Menurut verywellmind.com, berbicara kepada orang yang sama-sama atau sudah pernah mengalami pengalaman yang sama seringkali akan membangkitkan motivasi.

3. Menularkan sikap

Berikan semangat bahwa vaksinasi adalah untuk keselamatan diri sendiri dan untuk janin yang ada di kandungan.

Pasalnya, ibu hamil sangat rentan terhadap Covid-19 karena bayi yang ada dalam kandungannya juga mengeluarkan reaksi.

Namun, apabila imunitas yang dimiliki oleh ibu hamil tidak cukup tinggi, inilah yang harus menjadi perhatian.

Jika terpapar Covid-19 tidak menutup kemungkinan janin untuk lahir secara prematur, bahkan berisiko kematian pada janin dan ibu.

Ketika ibu hamil menerima vaksin, tubuhnya akan membentuk antibodi melawan Covid-19.

Sama saja dengan orang yang tidak hamil, sehingga tak ada perbedaan vaksinasi terhadap ibu hamil dan yang tidak hamil dari segi pembentukan antibodi.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, vaksinasi saat masa kehamilan bisa melindungi janin dalam kandungan.

Dari laporan laman covid19.go.id, sejauh ini tercatat sebanyak 536 ibu hamil dinyatakan positif sejak setahun terakhir.

Sebanyak 9,5 persen masuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) dan 4,5 persen dari jumlah total membutuhkan perawatan di ICU.

Baca Juga: Kabar Baik untuk Kita Semua, Ahli Berani Beberkan Fakta Seperti Ini Soal Hubungan Vaksin Covid-19 dengan Gejala Long Covid

Maka dari itu, pemerintah mengimbau ibu hamil untuk segera melaksanakan vaksinasi apabila sudah mencapai persyaratan berikut:

1. Usia kehamilan sudah berada di 13 hingga 33 minggu

2. Tekanan darah normal

3. Tidak ada keluhan atau gejala pre-eklampsia

4. Tidak sedang dalam pengobatan

5. Jika memiliki komorbid harus dalam kondisi terkontrol

Moms bisa meminta surat rujukan dari dokter kandungan apabila merasa ragu untuk melaksanakan vaksinasi sehingga menjadi lebih tenang.

Khusus untuk Moms yang sedang hamil, ada tiga jenis vaksin yang dianjurkan diantaranya ada Moderna, Pfizer, dan Sinovac.

Ketiga vaksin tersebut relatif aman untuk para ibu yang sedang hamil karena tak menunjukkan efek samping hiperkoagulasi.

Namun ingat Moms, vaksinasi untuk ibu hamil baru diperbolehkan apabila kandungannya sudah mencapai lebih dari 13 minggu.

Sebab, dalam waktu 13 minggu janin yang ada di dalam kandungan masih dalam proses pembentukan organ.

Setelah 13 minggu organ-organ janin yang sudah terbentuk tinggal mengalami perkembangan dari segi ukuran.

Pasca vaksinasi berkemungkinan besar untuk menunjukkan gejala ringan, seperti nyeri di area bekas suntikan, pusing, dan demam.

Ada juga gejala berat seperti nyeri tenggorokan dan perut, mual, dan muntah.

Baca Juga: Tak Bisa Vaksin karena Tekanan Darah Tinggi, Langsung Minum Air Belimbing Wuluh Agar Tensi Normal Lagi

Efek samping inilah yang juga ditakutkan oleh Moms yang sampai sekarang masih khawatir untuk menjalani vaksinasi.

Menurut dr. William T Wahono, Sp. Og, Moms, akan sangat wajar bila Moms menunjukkan gejala seperti di atas.

“Itu pun (gejala yang ditunjukkan pasca vaksinasi) relatif aman. Kalau yang merasa pegal atau demam, bisa kita berikan obat penurun panas atau parasetamol,” jelas dr. William.

Menjadi perhatian bagi Moms apabila memiliki riwayat autoimun, sebaiknya jangan langsung melaksanakan vaksinasi.

Dianjurkan bagi Moms yang memiliki riwayat autoimun untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum divaksin.

Namun, tetap sebaiknya sebelum Moms melaksanakan vaksinasi harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, walaupun tidak memiliki riwayat autoimun.

Untuk mengembalikan imunitas, dr. William menyarankan mengonsumsi vitamin B pasca vaksinasi.

Selain itu, dianjurkan juga untuk mengonsumsi vitamin C, dan makanan yang mengandung zinc dan kalsium.