Tak Hanya Bahayakan Kesehatan Fisiknya Saja, Ternyata Ini Risiko Psikologis yang Mungkin Dialami Bayi 10 Bulan yang Dijadikan Manusia Silver

By Shinta Dwi Ayu, Kamis, 30 September 2021 | 15:00 WIB
Ahli ungkap bahaya yang bisa dialami bayi 10 bulan yang dijadikan sebagai manusia silver (instagram.com/ @tanggerangupdatecom)

Nakita.id - Beberapa waktu lalu, masyarakat digegerkan dengan beredarnya foto bayi 10 bulan yang dijadikan sebagai manusia silver di media sosial.

Banyak ahli yang kemudian ikut menyoroti peristiwa bayi 10 bulan yang dijadikan manusia silver tersebut.

Salah satunya soal bahaya kesehatan yang berisiko dialami bayi tersebut. 

Baca Juga: Bukan Dihujat, Begini Kata Psikolog Soal Ibu dari Bayi 10 Bulan yang Dijadikan sebagai Manusia Silver

Bagaimana tidak, kulit bayi yang masih sangat sensitif justru diwarnai dengan cat yang belum tentu aman untuk kulitnya. 

Belum lagi, bayi tersebut diajak mengemis di pinggir jalan, terkena paparan sinar matahari yang berbahaya. 

Akan tetapi, ternyata bukan hanya membahayakan kesehatan fisik saja, seorang psikolog pun mengatakan hal itu juga berdampak buruk untuk psikologis sang bayi. 

Sebab, pada satu tahun pertama kehidupannya, bayi sedang berusaha membentuk ikatan yang kuat dengan figur utama pengasuhnya.

"Kalau dari segi psikologis sendiri, di 1 tahun pertama bayi sedang membetuk attachment dengan figur pengasuh utamanya, yang biasanya adalah ibu. Jadi, ketika bayi membentuk secure attachment atau dasar kelekatan yang aman dengan ibunya, dia akan menjadi yakin bahwa dunia ini adalah mungkin menjadi tempat yang aman buat dirinya hidup, tinggali, dan explore," jelas Firesta Farizal, M.Psi., Psikolog Klinis Anak, Rabu (29/9/2021). 

Baca Juga: Miris, Bukan Cuma Alami Kerusakan Kulit, Inilah Sederet Risiko yang Bisa Dialami Bayi 10 Bulan yang Dijadikan Manusia Silver

Secure attachment seorang bayi bisa terbentuk ketika dirinya mendapatkan perlakuan yang aman dan nyaman dari figur utama pengasuhnya tersebut.

"Cara membentuk secure attachment itu ketika bayi merasa bahwa ibunya bisa memberikan rasa aman, dalam arti misalnya bayi belum bisa berbicara, ketika dia nangis dia butuh digendong ya Moms gendong," ujar Firesta dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id.

"Ketika haus ya Moms harus beri minum, ketika popoknya basah pun diganti, dari situ dia tahu bahwa ketika ia merasa tidak nyaman ada ibunya atau pengasuh utamanya yang bisa memberikan rasa aman itu," tambahnya.

Namun, pada bayi 10 bulan yang dijadikan manusia silver tersebut dikhawatirkan tidak mendapatkan rasa aman tersebut.

"Dikhawatirkan dari bayi 10 bulan yang dijadikan manusia silver itu berarti dia ada di kondisi yang tidak nyaman, dan tidak aman sekali, tapi belum bisa berbicara, maka ia hanya bisa nangis. Ketika nangis, apakah bayi tersebut mendapatkan respon yang tepat atau tidak dari pengasuh, ibunya, atau orang di sekitar yang peka terhadap ketidaknyamanan bayi lalu memberikan rasa nyaman dan aman kembali," jelas Firesta. 

"Jika itu tidak terjadi, dikhawatirkan bayi tidak akan merasa ada sosok yang bisa memberikan rasa nyaman dan aman tersebut," sambungnya. 

Baca Juga: Heboh di Dunia Maya Bayi 10 Bulan Dijadikan Manusia Silver, Begini Tanggapan Dokter Soal Bahayanya untuk Kesehatan

Dari kejadian tersebut, psikolog sekaligus Direktur Klinik Psikologi Mentari Anakku Firesta berharap agar masyarakat luas dan pemerintah bisa memberikan perhatian khusus pada anak-anak agar tidak berada dalam situasi yang seperti ini lagi. 

"Karena menurut saya, ya memang ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama, terutama pada pemerintah agar bisa memberikan perhatian pada anak-anak atau bayi yang memang seharusnya tidak ada dalam situasi seperti ini," pungkasnya.