BMKG Bunyikan Tanda Bahaya Minta Sejumlah Wilayah Ini Waspada, Buntut Mulai Terlihatnya Fenomena La Nina yang Bisa Sebabkan Bencana Alam

By Diah Puspita Ningrum, Kamis, 21 Oktober 2021 | 19:55 WIB
BMKG Beri peringatan dini soal fenomena La Nina (Pexels.com)

Nakita.id - Peringatan dini kembali datang dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG.

Ini berkaitan dengan fenomena alam La Nina yang diprediksi akan terjadi di akhir tahun 2021 sampai awal tahun 2022.

Itu sebabnya, BMKG meminta sejumlah wilayah untuk waspada jelang fenomena alam ini.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan, peringatan dini ini merupakan hasil monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur.

Baca Juga: Seolah Jadi Pertanda Alam Tidak Baik-baik Saja! BMKG Bunyikan Alarm Tanda Bahaya Kamis 21 Oktober 2021 Masyarakat di 29 Wilayah Ini Bakal Hadapi Cuaca Ekstrem, Mana Saja?

Data tersebut menunjukkan bahwa pada saat ini, nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0,61 pada Dasarian I atau 10 hari pertama bulan Oktober 2021.

"Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah-sedang, setidaknya hingga Februari 2022," kata Dwikorita dalam Konferensi Pers, Senin (18/10/2021).

Efek La Nina

Dwikorita menjelaskan, La Nina pada umumnya akan meningkatkan pembentukan awan-awan hujan.

Massa udara basah lantas akan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, dan membuat musim hujan terjadi lebih lama.

"Berdasarkan hasil monitoring, La Nina lemah, meskipun masih lemah, namun harus waspada. Bila nanti menjadi moderat, maka dampaknya akan lebih dari saat ini," kata dia.

Baca Juga: Bak Jadi Tanda Alam Tak Baik-baik Saja, BMKG Kembali Bunyikan Alarm Cuaca Ekstrem untuk 20 Oktober 2021 di Belasan Wilayah Indonesia Ini

Meskipun bukan badai tropis, La Nina umumnya akan berdampak pada curah hujan tinggi dan berisiko meningkatkan peluang terjadinya ancaman bencana hidrometeorologi, terutama di wilayah rawan.

Beberapa bentuk bencana hidrometeorologi akibat curah hujan tinggi adalah longsor, banjir, banjir bandang, jalan licin, pohon tumbang, puting beliung, angin kencang, badai tropis dan lain sebagainya.

Sebab, berdasarkan pembelajaran dari fenomena La Nina di tahun 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada bulan November, Desember hingga Januari akibat fenomena La Nina ini.

Daerah terdampak La Nina dan peringatan BMKG

Daerah terdampak La Nina khususnya di wilayah Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan bagian Selatan dan Sulawesi bagian Selatan.

Wilayah-wilayah ini berpotensi mengalami peningkatan curah hujan berkisar 20 hingga 70 persen di atas normalnya.

Dwikorita berkata, (fenomena) ini diprediksikan memiliki dampak yang relatif sama dengan tahun lalu yang diikuti dengan berbagai bencana hidrometeorologi secara sporadis di berbagai wilayah yang terdampak dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut.

Baca Juga: Ada Wilayah yang Suhunya Lebih dari 36 Derajat Celsius, Benarkah Indonesia Dilanda Gelombang Panas?

Oleh karena itu, dia pun mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana di daerah terdampak La-Nina, untuk segera melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana hidrometeorologi.

"Sekali lagi, kami meminta untuk seluruh pihak perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjut dari curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi," ujarnya.

(Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul: Waspada, BMKG Keluarkan Peringatan Dini La Nina)