Ingin Jadikan Menyusui Sebagai Gaya Hidup, Begini Awal Mula Terbentuknya Komunitas Ayah ASI Indonesia

By Shinta Dwi Ayu, Jumat, 12 November 2021 | 17:15 WIB
Komunitas Ayah ASI Indonesia ingin mengedukasi para ayah tentang pentingnya ASI (Pexels.com)

Nakita.id - Ayah ASI Indonesia merupakan suatu komunitas dimana anggotanya adalah bapak-bapak yang sudah memiliki buah hati.

Komunitas ini memiliki tujuan untuk mengedukasi para ayah terkait pentingnya peran ayah dalam proses pemberian ASI eksklusif untuk anak.

Sebagian besar orang mungkin menilai yang bertanggung jawab penuh terhadap pemberian ASI eksklusif pada anak adalah seorang Moms.

Baca Juga: Bukan Hanya Ibu, Ternyata Begini Peran Ayah dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Anak

Memang benar hanya para ibu yang mampu menyusui Si Kecil.

Namun, bukan berarti peran ayah dalam pemberian ASI eksklusif untuk anak menjadi tidak penting.

Pasalnya, kegiatan menyusui ini tidak mudah untuk dijalani Moms seorang diri.

Moms juga butuh dukungan dari para Dads agar suasana hatinya selalu baik dan semangat.

Apabila suasana hati Moms baik dan gembira, maka ASI yang akan dikeluarkan pun semakin deras.

Maka dari itu, untuk meningkatkan kesadaran para ayah terkait peran pentingnya dalam proses pemberian ASI eksklusif, Komunitas Ayah ASI pun dibentuk.

Komunitas ini berdiri sejak 2011 silam.

Rahmat Hidayat, Co-Founder Ayah ASI Indonesia, mengatakan pada awalnya tidak terpikirkan sama sekali untuk membuat komunitas tersebut.

Rahmat Hidayat, Co-Founder Ayah ASI Indonesia

"Di mulai dari tahun 2011, itu pertama kali sebenarnya ada dari teman-teman kita dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), waktu itu kita lagi ngobrol-ngobrol aja, tidak kepikiran bikin forum, bikin kelompok, ataupun bikin komunitas itu tidak kepikiran sama sekali. Saat itu, kita niatnya hanya sekadar diskusi saja terkait bagaimana peran laki-laki untuk mendukung para ibu menyusui," ungkap Rahmat dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id, Sabtu (6/11/2021).

Baca Juga: Bukan Hanya Buat Moms Sulit, Ternyata Hal Buruk Ini Berpotensi Terjadi Pada Anak Apabila Tidak Memiliki Peran Ayah dalam Keluarga

Ada sekitar 8-9 orang bapak-bapak dalam diskusi tersebut yang berhasil dipertemukan dari Twitter.

"Saat itu dikumpulkan saja via Twitter, kita kumpul di salah satu kafe di Jakarta, ya kita ngobrol aja, kira-kira ada 9 atau 8 bapak-bapak yang berkumpul dan dari situ kita ternyata punya pandangan yang sama. Karena, berdasarkan pengalaman dari anak pertama, para bapak ini merasa minim dukungan dari rumah sakit, dari keluarga, dan dari sekitar kita," tambah Rahmat.

Saat itu pula, Rahmat dan ayah lainnya memiliki pandangan yang sama bahwa menyusui merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa diurus oleh ibu saja.

Akhirnya, Rahmat dan anggota yang lain berniat untuk membuat buku terkait pengalaman para suami saat mendampingi istrinya menyusui.

"Awal mulanya kita justru pengin bikin buku dulu terkait catatan Ayah ASI ini, nah ketika ketemu sama penerbit kita ditantang, karena kan kita bukan konselor, bukan dokter, terus kita ditantang ini gimana cara jualnya, apalagi ini bahas menyusui dari sudut pandang bapak-bapak ini bakalan benaran laku apa tidak," ungkap Rahmat.

Rahmat juga menjelaskan awal mula komunitas Ayah ASI dikenal banyak orang sebenarnya lebih dulu di Twitter dibandingkan Instagram.

"Akhirnya kita bikin Twitter, kita nge-tweet beberapa kali ternyata sambutannya luar biasa, disambut juga oleh beberapa artis, sehingga nambah orang tahu bahwa ada akun Ayah ASI, akhirnya bergulir banyak orang tahu ada Ayah ASI. Dan, sebenarnya terbentuk tidak sengaja, sehingga tahun 2011 itu kita jadikan sebagai tahun terbentuknya Ayah ASI ini," tutur Rahmat.

Baca Juga: Tak Sesulit Apa yang Dibayangkan, Berikut Tips Agar Ayah Tetap Kompak Bersama Anak

Rahmat juga mengatakan, para bapak-bapak yang menjadi anggota dari Komunitas Ayah ASI ini memiliki impian yang sederhana.

Mereka ingin sekali menyusui menjadi suatu gaya hidup dimana semua orang bisa terlibat untuk mendukungnya, bukan hanya dibebankan pada ibu saja.

"Impian kita sebenarnya sederhana, kita ingin menyusui ini menjadi gaya hidup. Untuk menjadi gaya hidup, ini artinya setiap orang harus terlibat," pungkasnya.