Ternyata Ini Alasan Mengapa Korban KDRT Tetap Bertahan dalam Hubungan yang Penuh Tindak Kekerasan Menurut Psikolog

By Ruby Rachmadina, Rabu, 24 November 2021 | 16:42 WIB
Ini alasan yang menyebabkan korban KDRT bertahan dalam hubungan yang penuh kekerasan (Pixabay.com)

Ayoe Soetomo, M.Psi., Psikolog. Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga TigaGenerasi

Maraknya kasus KDRT mungkin membuat sebagian orang bertanya-tanya, mengapa kebanyakan korban KDRT lebih memilih menetap bersama dengan sang pelaku meski mendapatkan tindakan yang membahayakan nyawanya.

Orang-orang pasti berpikir jika seharusnya korban memulai kehidupan yang baru dan meninggalkan sang pelaku agar tidak terjadi lagi tindakan penganiayaan yang merugikan korban.

Dalam wawancara ekslusif bersama Nakita.id, Selasa (23/11/2021), Ayoe Soetomo, M.Psi., Psikolog, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga TigaGenerasi ini menuturkan sangat sulit bagi korban untuk memutuskan pergi.

Bahkan, tak sedikit korban yang lebih memilih bertahan dalam rumah tangga yang tak sehat ini.

Faktor yang pertama adalah mengenai masalah ekonomi, dimana korban merasa enggan untuk meninggalkan pasangan yang bertindak abusif karena masih ketergantungan secara ekonomi.

Baca Juga: Kasus KDRT Kian Marak Terjadi dan Bukan Lagi Ranah Privat, Ini Upaya yang Bisa Dilakukan untuk Menolong Korban Ketika Melihat Adanya KDRT di Lingkungan Sekitar

Apalagi, jika korban tidak memiliki sumber penghasilan yang tetap, sehingga sangat berisiko dan merasa takut jika kelak ke depannya tak bisa memenuhi kebutan sehari-hari.

"Beberapa diantaranya karena faktor ekonomi. Karena memang kondisi ekonomi dibuat bergantung pada pasangan, sehingga tidak tahu harus bagaimana," ujar Ayoe.

Faktor kedua adalah korban merasa malu untuk menceritakan kepada orang-orang terdekat jika dirinya menjadi korban penganiayaan.

Korban masih merasa jika KDRT adalah aib yang tak seharusnya orang lain ketahui.

Korban menganggap jika menceritakan permasalahannya ini hanya akan mendapatkan respon berupa sindiran serta cacian dari orang sekitar.

"Faktor sosial. Kalau pisah apa kata tetangga, itu menjadi pertimbangan yang sekaligus senantiasa menjadi hal yang dipertimbangkan," sambungnya.