Konsep-konsep Parenting dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak, Mitos atau Fakta Anak Laki-laki Tidak Boleh Menangis Karena Bisa Terlihat Lemah

By Kintan Nabila, Jumat, 24 Desember 2021 | 18:04 WIB
Fase-fase bonding orang tua dan anak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (Dok Nakita)

Nakita.id - 'Anak laki-laki enggak boleh nangis, ya!', sampai saat ini mungkin banyak Moms dan Dads yang mengatakan hal tersebut kepada Si Kecil.

Terutama saat mereka rewel dan menangis terus seharian.

Hal ini berawal dari anggapan, anak laki-laki yang sering menangis dipercaya akan tumbuh dengan kepribadian yang lemah.

Taukah Moms, itu adalah salah satu dari sekian banyak konsep-konsep parenting yang dialami Moms dalam fase 1000 Hari pertama kehidupan.

Baca Juga: Konsep-konsep Parenting dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak, Mitos atau Fakta Bayi Sering Digendong jadi Bau Tangan?

1000 hari pertama kehidupan terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan buah hati.

Biasanya konsep-konsep parenting ini bersumber dari tradisi keluarga namun belum ada dasar ilmiahnya.

Nah Moms, kira-kira kenapa ya anak laki-laki tidak boleh menangis?

Yuk, simak penjelasannya!

Alia Mufida psikolog anak dan remaja dari Klinik Mentari Anakku

Alia Mufida, M.Psi, Psikolog Anak dan Remaja dari Klinik Mentari Anakku mengatakan bahwa, anggapan tersebut sudah mengakar dalam kehidupan.

Anak laki-laki diaggap tak boleh menangis karena bisa terlihat cengeng dan lemah seperti anak perempuan.

"Eggak boleh nangis, diam dulu nangis nya ya! Perasaan-perasaan itu lebih sering kita larang untuk dirasakan," kata Alia dalam wawancara bersama Nakita, Kamis (16/12/2021).

Padahal anak laki-laki pun memiliki emosi di dalam dirinya dan tidak ada salahnya untuk menunjukkannya.

Baca Juga: Cara Membuat 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak Berjalan Optimal, Hal Penting Ini yang Harus Dilakukan Moms dan Dads

"Semakin kesini kita diajarkan untuk merasakan perasaan tersebut, emosi bukan sesuatu yang harus kita redam " lanjutnya.

Namun, Alia mengatakan ada saatnya orang tua juga harus membatasi sifat emosional Si Kecil.

"Mungkin yang harus kita batasi adalah bagaimana cara dia menunjukkan perasaannya," katanya.

"Kalau sudah berlebihan misalnya nangis terus pukul-pukul orang lain, dirinya sendiri, atau banting-banting barang, itu perilaku yang kita coba ajarkan untuk tidak dilakukan," lanjutnya.

Lebih lanjut Alia menyarankan, ada baiknya Moms bisa pelan-pelan saat menenangkan Si Kecil.

Sebelumnya, bimbing anak untuk mengenal berbagai emosi yang dia rasakan.

"Sambil kita ajarkan untuk tidak melakukan perilaku yang merusak tersebut, sambil kita ajarkan untuk menamai perasaannya," kata Alia.

Baca Juga: Tips Menanggapi Mitos-mitos Parenting dari Keluarga Saat Menjalani 1000 Hari Pertama Kehidupan, Mulai dari Hamil Sampai Melahirkan

"Semakin besar, dia jadi tahu kalau rasanya panas dan mau mukul itu artinya aku lagi marah," kata Alia.

"Atau kalau rasanya air mata mau keluar itu namanya aku lagi ke sedih," lanjutnya.

Dengan begitu anak jadi tahu, saat mengalami emosi-emosi tersebut dia harus tenang.

Serta tidak boleh melakukan perilaku-perilaku merusak yang dilarang Moms tadi.