Sanitasi yang Buruk dan Kurangnya Akses Air Bersih Bisa Tingkatkan Risiko Stunting pada Anak, Begini Penjelasannya

By Kintan Nabila, Sabtu, 15 Januari 2022 | 18:42 WIB
Air bersih dan sanitasi yang baik dapat mengurangi risiko stunting pada anak (Freepik.com/Dragana_Gordic)

Nakita.id - Disamping pemenuhan gizi yang buruk, ada juga faktor lain yang memengaruhi tingginya angka stunting di Indonesia.

Misalnya, faktor lingkungan seperti kurangnya ketersediaan air bersih dan sanitasi yang buruk.

Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak karena kurangnya asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi psikososial yang tak memadai.

Salah satu cirinya adalah, tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar anak-anak seusianya.

Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia adalah 24,4% per tahun 2021, jumlahnya menurun dari yang sebelumnya 27.7 persen tahun 2019.

Meski begitu, pemerintah punya target untuk menurunkan angka stunting menjadi 14% di tahun 2024.

Berdasarkan riset oleh Kemenkes (Kementerian Kesehatan) Republik Indonesia, penyebab stunting 40% berasal dari gizi buruk dan 60% karena tidak tersedianya air bersih serta sanitasi yang buruk.

Nah Moms, kira-kira apa kaitannya antara kondisi lingkungan yang buruk dan kelahiran stunting?

Yuk, simak penjelasannya!

Baca Juga: Peran Ayah dalam Mendampingi Ibu dan Memantau Tumbuh Kembang Anak untuk Cegah Risiko Stunting, Catat Ya!

dr. Juliawaty Salim, Sp.A, Dokter Spesialis Anak di RS Mitra Keluarga Kemayoran, mengatakan bahwa kondisi lingkungan yang buruk akan mempengaruhi kondisi ibu selama hamil.

Dijelaskan bahwa, kehamilan yang sehat berperan besar dalam menurunkan risiko terjadinya stunting pada anak.

"Sanitasi yang buruk dan penyediaan air bersih yang kurang, akan membuat seorang ibu yang hamil lebih rentan terjadi infeksi," katanya dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Jumat (14/1/2022).

dr. Juliawaty Salim, Sp.A, Dokter Spesialis Anak di RS Mitra Keluarga Kemayoran

Sanitasi dapat dikatakan baik apabila masyarakat mendapat akses air minum bersih, serta terdapat sistem pengolahan dan pembuangan kotoran manusia dan air limbah yang ideal.

Dengan begitu, manusia tidak akan bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya yang bisa menyebabkan penyakit.

"Jadi, kalau misalkan sanitasi sekitarnya tidak bersih akan menimbulkan sakit dan infeksi pada ibu," kata dr. Julia.

"Sehingga, membuat kondisi kehamilannya jadi tidak baik dan kesehatan ibunya pun menurun," lanjutnya.

Seperti yang kita tahu, ada sejumlah penyakit baik yang menular maupun tidak apabila kita tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.

Baca Juga: Pentingnya Memantau Tumbuh Kembang Anak untuk Cegah Stunting, Begini Tips Membujuk Anak Supaya Mau Diajak ke Posyandu

Sejumlah penyakit yang dikaitkan dengan sanitasi yang buruk diantaranya, diare, askariasis (cacingan), kolera, hepatitis, poliomielitis, schistosomiasis, dan trakoma.

Sebaliknya, kualitas air bersih dan sanitasi yang baik dapat mengurangi risiko malnutrisi dan hambatan pertumbuhan pada anak.

Apabila kebutuhan air bersih tercukupi, kita akan terhindar dari kuman dan bakteri penyebab penyakit yang menyebar lewat air.

Melansir dari laman Kemenkes, hygiene dan sanitasi yang buruk menyebabkan gangguan inflamasi usus kecil yang mengurangi penyerapan zat gizi dan meningkatkan permeabilitas usus yang disebut juga Environmental Enteropathy (EE).

Kemudian, akan terjadi pengalihan energi, dimana seharusnya energi tersebut digunakan untuk pertumbuhan tetapi akhirnya malah digunakan untuk melawan infeksi dalam tubuh.

Selain, air bersih dan sanitasi yang baik ada juga faktor lingkungan lainnya yang memengaruhi stunting.

"Individu yang tinggal di lingkungan yang tidak higienis, misalnya banyak polusi udara dari asap rokok dan kendaraan juga bisa menjadi faktor risiko," kata dr. Julia.

Nah Moms, itulah beberapa faktor lingkungan yang memengaruhi kondisi kesehatan ibu hamil.

Yuk, pastikan tempat tinggal kita bersih sehingga anak lahir dalam keadaan sehat dan terhindar dari risiko stunting.

Baca Juga: Upaya Mencegah Stunting Sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan, Psikolog Tekankan Pentingnya Edukasi untuk Calon Orang Tua