Berpengaruh Terhadap Kesehatan Mental, Komunikasi Menjadi Kunci Keluarga Harmonis dan Bahagia

By Debora Julianti, Kamis, 10 Februari 2022 | 15:31 WIB
Keluarga yang harmonis dan bahagia, dapat mempengaruhi kesehatan mental setiap keluarga (freepik)

Dan anak sendiri juga memiliki peran yang baik untuk membangun keluarga yang harmonis dan bahagia.

Anak yang berprestasi tentu dapat membuat ayah dan ibu bangga dengan apa yang dikerjakan anak.

Keluarga yang harmonis dan bahagia harus mau saling percaya, peduli dan mau mendengarkan satu sama lain, agar setiap anggota keluarga merasa dihargai.

Psikolog Emanuel Radityo, M.Psi juga menambahkan jika setiap anggota keluarga juga harus berkontribusi untuk membentuk keluarga yang harmonis dan bahagia.

“Setiap anggota keluarga itu harus berkontribusi, agar merasa bisa memenuhi satu sama lain, bisa merasa bagian dalam keluarga dan juga merasa kalo keluarga itu menjadi sumber kebagiaan. Ketika seseorang sudah merasa keluarga menjadi sumber kebahagiaan, itu juga menjadi ciri-ciri keluarga harmonis dan bahagia iya”ujar Radityo

Psikolog Radityo juga menambahkan jika keluarga harus mau mendengarkan dan mengutarakan apa yang mereka rasakan, agar komunikasi dalam keluarga dapat berjalan dengan lancar.

“Keluarga harus mencari tahu terlebih dahulu apa yang menjadi masalah pada setiap anggota keluarga. Mendengarkan apa yang menjadi keluh kesah mereka, biarkan mereka mengutarakan terlebih dahulu apa yang sedang dirasakan. Agar setiap keluarga dapat terbuka dan masalah yang ada dapat diselesaikan dengan baik.” tambah Radityo.

 Baca Juga: Ayah Berperan Sama dalam Menciptakan Keluarga Harmonis Demi Maksimalnya Tumbuh Kembang Anak

Keluarga harus menjadi sumber rasa aman dan nyaman paada setiap anggota keluarga yang ada.

Psikolog Radityo mengatakan jika rumah tangga menjadi tidak harmonis dan tidak bahagia karena anggota keluarga bergerak sendiri dan tujuan setiap anggota keluarganya terputus.

“Keluarga menjadi tidak harmonis dan bahagia karena setiap anggota bergerak sendiri dan tujuan anggota keluarga terputus, sehingga peran komunikasi dan peran setiap keterhubungan satu sama lainnya tuh enggak ada.”ujar Radityo.

Psikolog Radityo juga menambahkan jika peran setiap anggota keluarga sudah tidak ada lagi, maka rasa membutuhkan dan pedulinya sudah tidak ada lagi.