Benarkah Anak Pendek Jadi Tanda-tanda Kekurangan Nutrisi? Ahli Gizi Ini Sudah Menjelaskan

By Shannon Leonette, Kamis, 19 Mei 2022 | 12:45 WIB
Apakah benar anak pendek jadi tanda-tanda kekurangan nutrisi? Begini penjelasannya menurut ahli gizi. (Nakita.id/Kirana Riyantika)

Nakita.id - Benarkah anak pendek jadi tanda-tanda kekurangan nutrisi?

Moms harus ingat bahwa kebutuhan nutrisi anak harus selalu dipenuhi setiap harinya sejak dini.

Persisnya itu sejak 1000 hari pertama kehidupan anak, yaitu dari masa kehamilan (270 hari) sampai anak berusia 2 tahun (730 hari).

Mengapa demikian? Pasalnya, jika kebutuhan nutrisi anak tercukupi, maka anak bisa bertumbuh dan berkembang secara optimal, Moms.

Bahkan, kebutuhan nutrisi anak yang tercukupi juga dapat mencegah terjadinya masalah tumbuh kembang kedepannya.

Maka dari itu, Moms sangat diharapkan untuk bisa memastikan agar anak tetap mendapat asupan nutrisi yang baik, sehat, dan beragam setiap harinya.

Mungkin Moms merasa sudah memberikan yang cukup dan bernutrisi untuk Si Kecil, tapi tetap saja tumbuh kembangnya tidak bertambah-tambah atau pendek.

Sampai akhirnya Moms sering berpikir apakah ada yang kurang dari kebutuhan nutrisinya.

Lantas, benarkah anggapan tersebut? Yuk, kita simak jawaban dari ahlinya!

Baca Juga: Dokter Anak Sudah Beri Peringatan, Ini Dampak Buruk Jika Anak Sampai Stunting karena Kekurangan Nutrisi untuk Tumbuh Kembang

Ahli gizi Leona Victoria, MND menjawab anggapan terkait benar atau tidaknya anak pendek jadi tanda-tanda kekurangan nutrisi.

“Pendek atau kurus itu memang kondisi gizi anak, ya,” ucap Ria saat diwawancarai Nakita pada Kamis lalu (12/5/2022).

“Ya, jadi kalau dari kurva pertumbuhan itu kan ada 4 jenis kurva pertumbuhan yang ada di buku KIA. Berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, berat badan menurut tinggi, dan juga lingkar kepala menurut umur,” terangnya.

Menurut Ria, jika anak kurus, itu biasanya masuk dalam berat badan menurut umur, sehingga menjadi underweight atau kekurangan berat badan.

Leona Victoria, MND

“Kalau berat badan itu short-term reflection intake-nya anak. Jadi, kalau dia dua hari enggak makan bagus, ya pasti besoknya akan turun berat badannya,” terangnya.

Sementara, stunting atau pendek itu masuk dalam tinggi badan menurut umur, juga termasuk dalam long-term karena bisa terjadi dalam 2-3 bulan kedepan.

“Jadi, kalau dia kurus atau pendek, itu bisa menunjukkan gejala dia malnutrisi. Antara short-term atau long-term,” ucap Ria.

Lalu, bagaimana cara mengoptimalkannya?

Baca Juga: Pengen Tahu Contoh Menu PMT Posyandu Balita yang Kaya Gizi Untuk Mencegah Stunting? Simak Ulasannya, Moms

Pertama, Ria mengingatkan banyak orangtua untuk selalu meminta dokter atau susternya untuk menandai buku KIA-nya.

Baik saat ke puskesmas atau ke dokter vaksinasi anak.

“Biasanya, ada beberapa dokter yang suka lupa untuk dititikin di buku kalian. Mereka cuma catat di buku mereka sendiri, yang untuk di medical record-nya di rumah sakitnya,” kata Ria.

Ria menyebut bahwa hal ini sangat penting, agar orangtua bisa mengetahui jejak tumbuh kembang anaknya seperti apa.

“Kalau di bawah (usia) 2 tahun sudah ketahuan stunting, ini saat yang paling bagus untuk dikejar,” ucapnya.

“Kalau sudah di atas (usia) 2 tahun itu enggak akan maksimal sih pengejarannya. Karena, sampai usia 2 tahun kan pertumbuhan otak yang paling cepat-cepatnya. (Usia) 2-5 tahun, baru setelahnya agak turun,” terangnya.

Menurut Ria, jika stunting sudah ketahuan sebelum menginjak usia 2 tahun, orangtua harus segera mengikuti panduan rekomendasi dari IDAI yang lengkap.

“Jadi, stunting maupun obesitas biasanya itu tidak mengikuti panduan dari IDAI,” kata Ria.

“Kalau sudah mengikuti, biasanya akan meng-adjust sendiri, karena memang itu yang kebutuhan anak kira-kira segitu,” lanjutnya menerangkan.

Baca Juga: Cara Merawat Bayi Prematur Agar Cepat Gemuk, Pastikan Si Kecil Mendapatkan Cukup Nutrisi Ya Moms!