Love Letters for Mr. T Jadi Cara Sandila Ekaputri Membagikan Kisahnya saat Berdampingan dengan Tumor Otak

By Geralda Talitha, Minggu, 28 Agustus 2022 | 14:14 WIB
Love Letters for Mr. T adalah buku yang mengisahkan perjuangan Sandila Ekaputri saat didagnosis tumor otak (Nakita.id/Geralda Talitha)

Nakita.id - Love Letters for Mr. T menjadi buku pertama yang ditulis oleh Sandila Ekaputri.

Berbeda dari penulis yang biasa menuliskan tentang kisah fiksi, lewat Love Letters for Mr. T, Sandila Ekaputri menuangkan perjuangannya untuk hidup.

Dalam peluncuran buku Love Letters for Mr. T di Bartisseries Ashta @District 8, Jakarta Selatan, Sabtu (27/8/2022), buku ini memiliki arti yang sangat mendalam bagi perempuan yang akrab disapa Dila ini. 

Ada alasan khusus mengapa Sandila Ekaputri menuliskan kata Mr. T dalam judul buku pertamanya ini.

Rupanya, Mr. T bukanlah subyek atau orang yang penting dalam kehidupan Dila.

Dikatakan Sandila Ekaputri, Mr. T adalah tumor langka yang bersarang di dalam kepalanya. 

Ia juga sempat menceritakan perjuannya saat harus menjalani pengobatan untuk tumor otak yang dimilikinya. 

Mendapat diagnosis memiliki tumor otak langka pada 2019, membuat emosi Sandila bergejolak bagai menaiki roller coaster

Untuk bisa menuangkan emosinya saat menjalani pengobatan tumor otaknya, Sandila memutuskan untuk menjadikan kisahnya dalam bentuk buku. 

Perjalanan Sandila tidak berhenti begitu saja setelah ia melewati rangkaian operasi dan terapi penyembuhan. 

Setelah melalui pemulihan fisik, ia pun harus memasuki pemilihan mental.

Baca Juga: Selama Ini Diabaikan! Sering Sakit Kepala dan Mudah Lupa Ternyata Bisa jadi Gejala Awal Tumor Otak, Kenali Bahayanya

"Saat recovery tumor, sempat berbicara sama keluarga soal gimana caranya lived together dengan penyakitnya," papar Sandila. 

Meskipun proses penyembuhan yang ia jalani sudah mencapai 90 persen, diakui Sandila ada kalanya ia tak bisa membendung rasa sedihnya hingga membuat ia sering menangis sendiri. 

Dikala kalut akan perasaan dan pikirannya soal tumor otak yang dimilikinya, tiba-tiba saja seseorang mengatakan hal yang membuat pikiran Sandila terbuka.

"Terus ada yang bilang, coba diajak ngomong tumornya. Nah, setelah itu, malamnya dinamainnya lah menjadi Mr. T," ceritanya. 

Sandila juga menceritakan kisah unik saat dirinya mulai 'menyapa' Mr. T yang bersarang di otaknya ini. 

Diakuinya, saat itu, ia tidak menganggap Mr. T sebagai teman. 

"Waktu itu nganggapnya Mr. T ini adalah parasite," katanya lagi. 

Berbeda dengan buku pada umumnya, dalam Love Letters for Mr. T ini, Sandila menuliskan kisahnya dalam format seperti email.

Hal itu tentunya dilakukannya bukan tanpa alasan. 

Dikatakan Sandila, format itu dipilih agar bisa memudahkan dirinya untuk menulis. 

"Kenapa formatnya e-mail, karena lebih gampang ditulis di smartphone atau laptop," tuturnya. 

Baca Juga: Hati-hati, Mudah Lupa Tak hanya Tanda Penuaan Tapi Ternyata Bisa Menjadi Tanda Penyakit Mengerikan Ini

"Alalsan kedua karena saat itu belum tahu ingin bertindak seperti apa ke Mr. T," lanjut Sandila lagi. 

Sandila juga sempat menceritakan bagaimana perasaan saat pertama kali ia didagnosis memiliki tumor pada otaknya.

Ia mengatakan tak ada emosi yang bisa mendefinisikan perasaanya saat itu.

"Pada saat didiagnosis dan menjalani operasi, enggak ada perasaan yang terproses saat itu. Enggak marah, sedih atau happy," ujar dia. 

Emosi itu memang tidak sempat dirasakan Sandila, karena ia berada di dalam posisi harus menerima diagnosa dan kondisinya saat  itu. 

Sampai akhirnya, ia melakukan journal writing untuk kembali menata emosinya. 

Didiagnosis menderita tumor otak, menjadi salah satu kedukaan yang tak pernah dibayangkan Sandila akan terjadi pada hidupnya. 

Meski demikian, ia memiliki caranya sendiri untuk mendefenisikan kedukaannya tersebut. 

"Kedukaan itu adalah bagian dari hidup. Cuma caraku melihatnya, terkadang perasaan duka hadir saat kehilangan seseorang," jelas Sandila.

"Tapi, yang bikin unik adalah gimana kedukaan ini dibikin untuk diri sendiri," sambungnya lagi.

Love Letter Mr. T ditulis Sandila Ekaputri dalam kurun waktu 6 bulan sampai akhirnya ia memutuskan untuk menerbitkannya pada September 2020. 

Baca Juga: Ngeri! Selain Memicu Tumor Otak, Ini 6 Dampak Lain dari Kecanduan Gadget