Dialami Lesti Kejora, Mengapa Perempuan Rentan Menjadi Korban KDRT? Berikut Penjelasannya Menurut Psikolog

By Shannon Leonette, Kamis, 6 Oktober 2022 | 12:45 WIB
Moms dan Dads wajib tahu apa alasan perempuan rentan menjadi korban KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) menurut psikolog ini. (Nakita.id/Alvioni)

Nakita.id - Kenapa perempuan rentan menjadi korban KDRT (kekerasan dalam rumah tangga)?

Setiap tahunnya di Indonesia, perempuan rentan menjadi korban KDRT.

Ternyata, ini alasan dibalik perempuan rentan menjadi korban KDRT menurut ahli.

Mengutip situs resmi Polri, berdasarkan data Kementerian PPPA, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan periode 1 Januari 2022 hingga 21 Februari 2022 tercatat sebanyak 1.411 kasus.

Sementara itu, sepanjang tahun 2021, terdapat 10.247 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dengan jumlah korban 10.368 orang.

Angka di atas sudah termasuk angka kasus KDRT pada pasutri, Moms dan Dads.

Tentunya juga Moms dan Dads wajib ingat bahwa KDRT merupakan perilaku yang tidak benar tanpa alasan apapun.

Hal ini bahkan sudah ditegaskan oleh psikolog yang saat ini berpraktik di Personal Growth, Ni Made Diah Ayu Anggreni, M.Psi, Psikolog Klinis.

"Apapun alasannya, KDRT bukan perilaku yang dibenarkan untuk menyelesaikan masalah atau untuk yang lainnya. Ini adalah tindakan yang tidak benar," ucap Ayu saat diwawancarai Nakita pada Rabu (5/10/2022).

"Untuk kita tahu bahwa tindakan ini tidak benar, tentunya kita harus paham apa arti KDRT itu sendiri," lanjut Ayu mengucapkan.

Lantas, kenapa perempuan rentan menjadi korban KDRT? Simak penjelasannya berikut ini!

Baca Juga: Tabiatnya Sudah Mendarah Daging, Rizky Billar Ternyata Sudah Sering Bersikap Kasar pada Lesti Kejora, Polisi: ‘Emosi lalu Lempar Bola Biliar’

Alasan Kenapa Perempuan Rentan Menjadi Korban KDRT

Ayu menyebut ada dua alasan dimana perempuan rentan menjadi korban KDRT.

Ni Made Diah Ayu Anggreni, M.Psi, Psikolog Klinis, psikolog di Personal Growth.

“Pertama, di Indonesia itu menganut patriarki dimana laki-laki itu dipercaya sebagai sosok pemimpin, memiliki power (kekuatan) yang lebih dominan dibandingkan perempuan,” jelas Ayu.

“Hal itu akhirnya membuat laki-laki merasa lebih tinggi, lebih besar dibandingkan perempuan,” ucapnya.

Lalu, alasan kedua adalah dilihat dari fisik dan tenaga pada laki-laki.

“Tentunya (laki-laki) lebih punya power dibandingkan perempuan,” kata Ayu.

“Meski ada perempuan yang bisa melawan, tapi itu tidak semuanya,” lanjutnya mengatakan.

Nah, itulah beberapa alasan kenapa perempuan rentan menjadi korban KDRT ya, Moms dan Dads.

Akan tetapi, Ayu dengan tegas mengingatkan untuk tidak beranggapan bahwa laki-laki tidak akan menjadi korban KDRT.

“Ada kok (laki-laki jadi korban KDRT),” ucapnya dengan tegas.

“Jadi, seperti yang sudah disampaikan di awal, kekerasan ini terjadi pada laki-laki dan perempuan, siapa pun.

Tapi, memang untuk prevalensinya lebih tinggi di perempuan,” katanya.

Baca Juga: Bakal Melarat hingga Karier Hancur? Rizky Billar Kehilangan Job Jadi Host Dangdut Academy 5 Usai Lakukan KDRT Pada Lesti Kejora, 'Didapat dengan Mudah, Pergi dengan Mudah'

Tanda-tanda Laki-laki Menjadi Korban KDRT

Pada dasarnya, menurut Ayu, baik laki-laki maupun perempuan, tanda-tanda yang ditunjukkan sama.

“Sama saja. Tidak ada perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan,” ungkap Ayu.

Ayu pun mengungkap apa saja tahapan KDRT pada pasutri mulai muncul.

Tahapan KDRT pada Pasutri

1. Masalah

Ayu menyampaikan bahwa KDRT biasanya dimulai dengan adanya masalah terlebih dahulu.

"Nah, adanya masalah itu biasanya (membuat) pasangan jadi ada ketegangan secara emosi," terangnya.

"Ini mungkin sifatnya masih belum ke fisik. Biasanya masih secara verbal," lanjutnya menerangkan.

2. Kekerasan

Untuk tahapan ini, lanjut Ayu, bentuknya sudah kekerasan fisik.

3. Honeymoon

Pada tahap ini, Ayu menjelaskan bahwa pelaku biasanya merasa bersalah, kemudian meminta maaf dan mulai melakukan hal-hal yang menyenangkan untuk pasangan.

Menurut Ayu, tahapan di atas biasanya merupakan siklus yang berulang.

"Biasanya ini siklusnya berulang. Tidak banyak yang berhenti," ucap Ayu.

Semoga bermanfaat, Moms.

Baca Juga: Masih Marak Terjadi di Indonesia Sampai Sekarang, Pahami 3 Faktor Penyebab KDRT pada Pasutri