Pengertian Pemanasan Global, Fakta-Fakta Perubahan Lingkungan

By Syifa Amalia, Rabu, 7 Desember 2022 | 13:47 WIB
Mengetahui fakta-fakta perubahan lingkungan akibat pemanasan global. (Pexels/Marcin Jozwiak)

Nakita.idPemanasan global barangkali sudah sering didengar sebagai dampak dari perubahan lingkungan yang nyata.

Pemanasan global merupakan gejala peningkatan rata-rata suhu permukaan Bumi.

Akibat pemanasan global yang terjadi, kondisi ini dapat berimbas pada banyak hal yang ada di bumi.

Misalnya suhu yang semakin meningkat, perubahan iklim, gangguan ekologis dan masih banyak lagi.

Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Simak fakta-fakta perubahan lingkungan berikut ini.

Fakta-fakta Perubahan Lingkungan

1. Peningkatan Suhu Permukaan Air Laut

Ekosistem laut merupakan eksosistem yang paling sensitif terhadap peningkatan suhu.

Pemanasan ini terjadi hingga kedalaman 700 meter dari permukaan laut di mana wilayah kedalaman tersebut merupakan wilayah yang paling tinggi keanekaragaman hayatinya.

Peningkatan suhu dapat memengaruhi populasi organisme laut dan bahkan dapat pula menyebabkan kepunahan.

Selain itu pula, peningkatan suhu berpengaruh pada penyebaran spesies dan juga penyakit laut.

Serta dapat meningkatkan jumlah bakteri dan mengurangi kadar oksigen pada wilayah tersebut yang mengakibatkan organisme lainnya bermigrasi ke tempat lainnya bahkan berujung pada kematian.

Baca Juga: Mengetahui Dampak Eksplorasi dan Penggunaan Energi

Contoh biota laut yang terdampak adalah karang yang pemutihan (bleaching). Juga pada beberapa spesies seperti udang Krill yang siklus hidup dan proses reproduksi yang dipengaruhi oleh suhu.

2. Menghilangnya Salju Abadi di Pegunungan Puncak Jaya, Papua

Peristiwa berkurangnya salju abadi dari Pegunungan Jaya Wijaya ini menjadi salah satu gejala bahwa peningkatan suhu global benar-benar terjadi, sebab gletser tropis sangat rentan atau sensitif terhadap perubahan suhu.

Pegunungan Jaya Wijaya, Papua merupakan satu-satunya wilayah di Indonesia yang diseliputi salju.

Peristiwa mencairnya es gletser Pegunungan Jaya Wijaya ini akan berdampak pada kuantitas dan kualitas air pada daerah tersebut.

Seperti perubahan debit air, suhu air, dan lain-lain. Perubahan kuantitas dan kualitas air tersebut dapat mengganggu ekosistem air tawar.

3. Mencairnya Es di Kutub

Bukti perubahan lingkungan juga dapat dilihat dari mencairkan es di kutub.

Sekitar 90% bagian hamparan daratan es berada di Antartika, sedangkan 10% bagian sisanya berada di lapisan es Greenland. Keduanya berperan peran sebagai penutup pelindung Bumi dan lautan.

Apabila dicitrakan dari luar angkasa, es Antartika dan Greenland nampak seperti hamparan atau bintik berwarna putih cerah.

Putih merupakan warna yang dapat memantulkan gelombang atau panas dengan baik, sehingga fungsi hamparan putih es tersebut adalah untuk memantulkan kembali panas berlebih menuju ke luar angkasa agar suhu bumi terjaga.

Hal tersebut juga menyebabkan kutub utara lebih dingin dibandingkan bagian bumi lainnya, sehingga hilangnya es di kutub dapat memperburuk kondisi peningkatan suhu permukaan Bumi.

Perubahan kondisi gletser es di kutub dapat memengaruhi keberlangsungan hidup mahkluk hidup yang hidup di daerah tersebut.

Baca Juga: Ketahui Prinsip Kimia Hijau dalam Mendukung Upaya Melestarikan Lingkungan

Salah satu hewan yang tinggal di daerah kutub dan terdampak perubahan kondisi gletser es di kutub adalah beruang es yang kehilangan wilayah berburu. Jika hal ini terus terjadi secara terus menerus, maka beruang es bisa mengalami kepunahan

4. Kenaikan Permukaan Air Laut

Salah satu dampak mencairnya es di kutub adalah kenaikan permukaan air laut, sebab air limpasan pencairan es tentu akan bermuara di laut, dan meningkatkan ketinggian permukaan air laut.

Dampak peningkatan ketinggian permukaan air laut ini akan sangat dirasakan bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di pesisir laut seperti bencana banjir rob dan kenaikan permukaan air saat terjadi pasang.

5. El Niño dan La Niña: Cuaca Ekstrem

El Niño Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena iklim dimana sirkulasi atmosfer global berubah akibat suhu perubahan suhu permukaan air laut.

ENSO memiliki dua fase yang berlawanan dan satu fase tambahan, yaitu El Niño, La Niña, dan Netral

- El Niño

Peristiwa El Niño merupakan peristiwa meningkatnya suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian timur dan tengah di atas rata-rata normal suhu permukaan laut.

Pengaruh peristiwa El Niño di wilayah Indonesia adalah curah hujan cenderung berkurang. Sementara di Samudera Pasifik tropis, curah hujan meningkat.

- La Niña

Peristiwa La Niña merupakan peristiwa menurunkan suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian timur dan tengah di bawah rata-rata normal suhu permukaan laut.

Pengaruh peristiwa La Niña di wilayah Indonesia adalah curah hujan cenderung meningkat. Sementara di Samudera Pasifik tropis, curah hujan menurun. Angin timur laut yang normal di sepanjang ekuator menjadi lebih kuat.

- Netral

Kondisi ini merupakan kondisi ketika suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis umumnya mendekati rata-rata.

Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan musim kemarau yang panjang sehingga mengakibatkan intensitas kebakaran hutan meningkat dan banyak tumbuhan kekurangan air sehingga mengurai populasi tumbuhan.

Baca Juga: Solusi Mengatasi Pemanasan Global, Materi IPA Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka