Ingin Kepribadian dan Karakter Anak Terbentuk dengan Baik? Coba Terapkan Pola Asuh Ini

By Shinta Dwi Ayu, Selasa, 20 Desember 2022 | 07:42 WIB
Pola asuh yang tepat untuk mendukung pembentukan kepribadian dan karakter anak menjadi baik. (Nakita.id)

Nakita.id - Simaks Moms! ternyata ini pola asuh yang bisa Moms terapkan supaya anak memiliki kepribadian dan karakter yang baik.

Kepribadian dan karakter anak tentu saja sangat dipengaruhi dari cara bagaimana Ia dibesarkan.

Moms dan Dads seringkali tidak sadar, orangtua lah yang memegang peran penting dalam pembentukan kepribadian dan karakter anak.

Orangtua bisa mengarahkan sang buah hati untuk memiliki kepribadian dan karakter yang baik.

Memiliki kepribadian dan karakter yang baik merupakan hal yang sangat penting.

Karena dengan kepribadian dan karakter yang baik tentu saja bisa mempermudah anak menjalani kehidupan ke depannya.

Mereka akan mudah diterima di mana pun ketika bersosialisasi nantinya.

Ada banyak faktor yang memengaruhi pembentukan kepribadian dan karakter anak Moms.

Salah satu faktor tersebut adalah pola asuh Moms.

Setiap orangtua tentu saja memiliki pola asuh andalannya masing-masing.

Pola asuh yang diterapkan orangtua tentu saja tidak bisa disalahkan.

Baca Juga: Orangtua yang Menerapkan Pola Asuh Seperti Ini Bakal Punya Anak Cerdas

Karena orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya.

Tapi yang kerap jadi permasalah, jenis pola asuh saat ini sangat banyak.

Penasaran tidak sih, pola asuh apa yang tepat untuk membentuk kepribadian dan karakter anak?

Pola Asuh yang Tepat Untuk Membentuk Kepribadian dan Karakter Anak

Menurut Vivian Chandra, S.Psi., M.Psi., Psikolog, pola asuh yang paling tepat untuk membentuk kepribadian dan karakter anak yang baik adalah otoritatif parenting.

Pasalnya, pola asuh ini mewajibkan kedua orangtua untuk bersikap terbuka.

Sehingga anak-anak mudah melakukan diskusi, dan komunikasi dengan orangtuanya.

"Paling ideal itu ada yang Namanya otoritatif parenting. Jadi, ini tuh pola asuh dimana kedua orangtuanya bersikap terbuka terkait diskusi, dan komunikasi untuk anaknya," ucap Vivian pada Nakita, Senin (5/12/2022). 

Orangtua harus mampu mengayomi dan menerapkan pola komunikasi dua arah.

Artinya, bukan hanya orangtua yang menyampaikan tuntutannya pada anak.

Anak juga berhak menyampaikan apa yang Ia inginkan, dan rasakan.

"Jadi di satu sisi mereka mengayomi, responsif, komunikasinya dua arah. Tidak hanya dari orangtua ke anak tapi sebaliknya juga," sambung Vivian.

Baca Juga: Pantas Saja Anaknya Baik dan Nurut, Coba Terapkan Pola Asuh yang Dilakukan Dude Harlino dan Alyssa Soebandono

Tetapi Vivian juga mengigatkan, meski menerapkan pola asuh otoritatif bukan berarti orangtua lepas tanggung jawab begitu saja.

Orangtua juga tidak harus selalu menuruti permintaan anak Moms.

Komunikasi dua arah yang dibangun tentu saja harus sehat.

Ketika Moms melakukan penerapan disiplin maka tak ada salahnya untuk tetap tegas.

Dengan begitu, orangtua tetap mengetahui apa yang anak inginkan.

Begitu pula dengan sebaliknya, anak juga tahu terkait peraturan disiplin yang diterapkan orangtua dan wajib dia taati.

Pola Asuh Tidak Bisa Dibadingkan

Sementara, menurut Rohika Kurniadi Sari, SH., MSi, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak Atas Pengasuhan dan Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pola asuh sendiri tidak bisa dibandingkan.

Kebanyakan orangtua kerap kali lupa dan menyamai pola asuh anaknya dengan semasa Ia kecil.

Rohika mengingatkan, anak memiliki zamannya sendiri Moms.

"Pola asuh tentu kita tidak bisa bandingkan. Kenapa? Karena orangtua suka lupa bahwa anak memiliki zamannya sendiri sehingga kita harus beradaptasi," ucap Rohika pada Nakita, Minggu (4/12/2022).

Sama seperti Vivian, Rohika mengatakan pola asuh yang dibangun harus bersifat setara.

Baca Juga: Pantas Saja Anaknya Baik dan Nurut, Coba Terapkan Pola Asuh yang Dilakukan Dude Harlino dan Alyssa Soebandono

Orangtua juga wajib menghargai keinginan, pendapat dari anak.

"Pola asuh yang baik adalah yang mampu membangun egaliter artinya setara, kita harus mampu menghargai anak itu," sambungnya.

Rohika juga mengingatkan, untuk menerapkan kedisiplinan tidak perlu memakai kekerasan.

Karena jika menggunakan kekerasan anak berpotensi mengalami trauma dan luka batin.

Tantangan Membentuk Kepribadian dan Karakter Anak

Tantangan membentuk kepribadian dan karakter anak di tengah kemajuan teknologi memang bukan perkara yang mudah.

Menurut Rohika, banyak anak-anak yang justru dibesarkan oleh sosial media.

Mereka selalu asik dengan gadget mereka sehingga membuat orangtua menilai sang buah hatinya baik-baik saja dan selalu bahagia.

Padahal banyak anak yang justru mengalami masalah kesehatan mental.

Karena orangtua tidak mampu menjadi teman bicara yang baik untuk anak Moms.

Rohika mengingatkan, pola asuh yang baik adalah dimana orangtua mampu menjadi teman bicara anak.

"Padahal para orangtua lupa dalam membangun pola pengasuhan yang mengedepankan prinsip-prinsip konfensi hak anak. Orangtua harus mampu menjadi teman bicara yang baik untuk anak, teman curhat yang enak, menjadi orangtua yang membanggakan bagi anak," tutupnya.

Baca Juga: Jenis-Jenis Pola Asuh dan Dampak yang Ditimbulkan pada Anak