Jadi Orangtua Kedua, Ini Pentingnya Peran Guru dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak di Sekolah

By Shannon Leonette, Selasa, 18 Juli 2023 | 14:44 WIB
Peran guru dalam menjaga kesehatan mental anak maupun remaja di sekolah sangatlah penting (Nakita.id)

Nakita.id - Hari Anak Nasional jatuh pada tanggal 23 Juli setiap tahunnya.

Dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional, kita kembali diingatkan akan harapan bangsa terhadap anak di masa depan, yakni generasi yang sehat, hebat, dan cerdas.

Maka, tak heran kalau Hari Anak Nasional diperingati sebagai bentuk kepedulian seluruh masyarakat Indonesia atas keamanan, kesejahteraan, serta kebahagiaan kehidupan anak.

Dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional, tahun ini Nakita mengangkat topik tentang menjaga kesehatan mental anak dan remaja.

Selain orangtua, pihak sekolah termasuk guru pun penting mengetahui kesehatan mental pada anak maupun remaja.

Namun, apa saja peran yang bisa guru lakukan untuk menjaga kesehatan mental anak dan remaja?

Peran Guru dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak dan Remaja

Anindya Dewi Paramita, M.Psi menekankan bahwa guru juga perlu memiliki pemahaman tentang kesehatan mental anak selain dari tahap tumbuh kembangnya.

"Sehingga, para guru ini juga bisa aware kalau misalnya melihat ada suatu masalah atau kendala di anak ketika jam sekolah. Guru juga bisa menangkap sinyal-sinyal itu. Paling enggak itu," jelas psikolog yang akrab disapa Mita dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Jumat (14/7/2023).

"Terus kemudian bisa dikomunikasikan, bisa didiskusikan entah dengan guru BK (bimbingan konseling) misalnya kalau ada atau dengan orangtua, supaya kita bisa mencari solusi sama-sama," lanjutnya menjelaskan.

Selain itu, psikolog anak ini juga mendorong para guru sekolah untuk mengetahui literasi kesehatan mental yang mulai masuk ke sekolah.

"Dari lingkungan sekolah, guru, tenaga pendidik, staf tata usaha, sampai ke security itu semuanya kan berinteraksi sama anak-anaknya di sekolah. Jadi, semua sistem sekolah nih perlu tahu yang namanya literasi kesehatan mental supaya bisa menangkap sinyal-sinyal tadi," harapnya.

Baca Juga: Cara Efektif Mencegah Kekerasan dalam Keluarga yang Berakibat Fatal pada Kesehatan Mental Anak

Demikian pula jika anak atau remaja tersebut memiliki gangguan mental, sehingga membutuhkan kolaborasi.

Anindya Dewi Paramita, M.Psi selaku psikolog anak di Lenting Indonesia

"Maksudnya, ketika sekolah dan guru punya pemahaman yang baik mengenai isu kesehatan mental, lalu juga komunikasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk orangtua terjalin dengan baik, rasanya semua pihak ini bisa saling bekerja sama untuk bisa men-support anak yang punya isu atau masalah gangguan mental ini untuk tumbuh kembang. Termasuk, ketika dia menjalani pendidikan di sekolah biasa," kata Mita menjelaskan.

Namun, apabila gangguan mental yang dialami anak atau remaja sangat berat dan disadari oleh teman-teman di sekitarnya, psikolog di Lenting Indonesia ini menyarankan sekolah untuk mulai melakukan diskusi dengan teman-teman dekatnya terlebih dahulu.

Tujuannya adalah untuk bisa memberikan frame yang sama dalam memberikan dukungan kepada anak atau remaja dengan gangguan mental tersebut, demikian kata Mita.

Sehingga perlahan, semua teman-temannya bisa kembali kepadanya dan ikut mendukungnya dalam berbagai bentuk.

"Jadi, yang perlu punya literasi kesehatan mental tuh sebenarnya semua pihak. Mau siswanya, siswanya ini punya awareness baik terhadap dirinya sendiri, atau misalnya buat teman-temannya. Terus dari guru dan semua lingkungan sekolah. Terus orangtua," ujar Mita.

"Semua itu bisa bersinergi untuk bekerja sama dan saling support," ungkapnya dengan tegas.

Ini Alasan Guru Perlu Menjaga Kesehatan Mental Anak dan Remaja di Sekolah

Mita menyampaikan, peran guru dalam menjaga kesehatan mental anak dan remaja di sekolah itu penting.

"Nah, guru ini selain punya peran untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, sebenarnya cukup banyak perannya untuk membangun karakter anak di sekolahnya," ungkapnya.

Mulai dari value (nilai) yang dimiliki sekolah, karakter seperti apa yang mau dibangun sekolah, dan lain-lain.

Baca Juga: Kenapa Menjaga Kesehatan Mental Anak dan Remaja Sangat Penting? Ternyata Ini Dampaknya Terhadap Pertumbuhan

"Jadi, guru ini kita bisa bilang sebagai agen perubahan juga bisa, sebagai pengajar juga bisa, dan dari dulu kan juga dikatakan bahwa guru ini semacam orangtua kedua ya buat anak," sebut Mita.

"Jadi, memang bagaimana guru-guru ini memperlakukan para peserta didik di sekolah itu juga pasti akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anaknya ini," katanya menyampaikan.

Tanda-tanda Anak dan Remaja Memiliki Gangguan Mental

Mita selalu mengajak orangtua untuk melihat kondisi anak sesuai usianya.

"Misalnya, anak umur 9 tahun. Anak 9 tahun itu semestinya sudah bisa apa, belum bisa apa, secara teori dia lagi di tahap apa," sebut psikolog anak ini.

"Nah, dibandingin saja kalau misalnya saya ada diskusi sama orangtua. Biasanya kita akan melihat ke sana (perkembangan sesuai usia anak)," lanjutnya.

Mita bahkan menambahkan, ada beberapa hal yang orangtua juga bisa evaluasi secara mandiri secara sederhana.

"Misalnya, apakah anak ini menunjukkan perilaku yang cukup berbeda dibandingkan teman-teman seusianya," sebutnya.

Moms dan Dads harus tahu dan ingat bahwa setiap anak itu unik juga berbeda-beda.

"Cuma kan ada satu kesamaan di dalam kelompok usia yang sama atau yang kurang lebih sama," ungkap Mita.

"Ketika misalnya sudah ada hambatan di kesehatan mentalnya, hambatan emosinya misalkan, atau perilakunya, biasanya ada 1-2 clue yang berbeda dari anak-anak seusia pada umumnya. Itu jadi suatu pertanda," ungkapnya lagi.

Selain itu, Mita juga menambahkan tanda lainnya, yang mana anak menunjukkan sesuatu yang sangat ekstrem. Salah satunya saat anak sedang sedih.

Baca Juga: Para Orangtua Wajib Tahu Ciri-ciri Anak Alami Masalah Kesehatan Mental, Salah Satunya Alami Gangguan Tidur

Meski wajar, apabila anak sedih terus-terusan dan tidak berhenti, itu bisa menandakan suatu gangguan mental.

"Biasanya anaknya oke oke saja, tapi tiba-tiba dia enggak mau sekolah. Nah, sudah beberapa hari enggak mau sekolah," ucap Mita.

"Nah, kita bisa lihat tanda-tanda baik dari perilaku, emosi, atau misalnya pola interaksi dengan orang lain," katanya menyarankan.

Lalu, bagaimana dengan yang remaja? Bagaimana cara mengenalnya?

Pada dasarnya, menurut Mita, tanda-tanda yang terlihat kurang lebih akan mirip.

"Sebenarnya kan bentuk gangguannya itu bisa macam-macam, bisa berbagai jenis dan enggak cuma satu," kata Mita.

"Cuma, untuk kita bisa melihatnya, lihatlah apakah ada perbedaan pola perilaku," sarannya.

Misalnya, remaja yang biasanya supel tiba-tiba murung, senang mengurung diri, dan enggak mau bermain bersama teman-temannya.

Kalau sudah ketahuan tanda-tandanya, lanjut Mita, orangtua bisa gali lebih dalam dengan cara mencoba mengajak remaja tersebut mengobrol.

"Kalau misalnya memang butuh bantuan dari luar, misalnya sama guru BK atau sama guru kelas, atau bahkan mungkin sama profesional, baru nanti diidentifikasi, dibantu, apakah memang ada masalah yang lebih serius.

Apakah ada faktor tertentu atau tidak. Itu kan yang menentukan hanya profesional ya," saran Mita lagi.

Baca Juga: Waspada Bila Anak Susah Bergaul, Simak Dampak yang Ditimbulkan dan Cara Mengatasinya