Sedang Gencar Dilakukan, Ini Sederet Inovasi Pencegahan Stunting di Puskesmas

By Diah Puspita Ningrum, Sabtu, 22 Juli 2023 | 11:30 WIB
Inovasi Puskesmas untuk mencegah stunting (Freepik)

Nakita.id - Apa saja inovasi stunting di Puskesmas dalam upaya mencegah anak kurang gizi? Yuk simak!

Stunting menjadi momok sekaligus masalah yang masih dialami oleh sebagian anak di Indonesia.

Stunting sendiri merupakan kondisi anak gagal tumbuh karena mengalami kekurangan gizi atau gizi buruk di awal pertumbuhan.

Kondisi ini bisa memicu anak pendek, anak kurang berat badan serta pertumbuhan menyeluruh yang terganggu.

Penyebab terjadinya stunting pun sangat beragam.

Mulai dari kekurangan gizi, infeksi berulang, sanitasi tidak memadai hingga tidak mendapatkan vaksinasi.

Bicara soal stunting, Posyandu menjadi garda terdepan untuk mengatasi masalah gagal tumbuh anak tersebut.

Pencegahan Stunting di Puskesmas dan Posyandu

Melansir dari laman Kemenkes, Posyandu dan Puskesmas memantau pertumbuhan balita secara rutin.

Kegiatan yang dilakukan Puskesmas dan Posyandu antara lain:

- Melakukan penimbangan dan pengukuran

- Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)

Baca Juga: Orangtua Wajib Tahu Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Stunting

- Pemberian kapsul vitamin A

- Pemberian makanan bayi dan anak

- Pendidikan gizi ibu balita

- Pemberian tablet penambah darah pada remaja putri

- Penyuluhan kelas ibu hamil

Balita perlu dipantau pertumbuhannya setiap bulan melalui Posyandu.

Jika anak dirasa mengalami masalah tumbuh kembang, maka Posyandu akan merujuk ke Puskesmas.

Selain itu, kader Posyandu akan mengingatkan para ibu balita untuk memberikan ASI ekslusif setidaknya sampai anak usia 6 bulan.

Selanjutnya diteruskan dengan pemberian MPASI atau Makanan Pendamping Air Susu Ibu.

Masih melansir dari laman Kemenkes, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyebutkan ada 11 program intervensi spesifik untuk menurunkan program stunting.

Program tersebut diarahkan ke dalam 2 fase pertumbuhan.

Baca Juga: Penanganan Stunting pada Anak Usia 2 Tahun: Mendukung Pertumbuhan Optimal

Pertama, fase ibu hamil atau sebelum melahirkan.

Kedua, fase sesudah melahirkan yang utamanya pada bayi usia 0-24 bulan.

Salah satu dari program intervensi tersebut adalah program pendidikan, edukasi dan promosi.

Sementara 10 poin lain difokuskan pada masing-masing fase kehidupan rawan stunting.

Pada kelompok fase sebelum bayi lahir, intervensi dilakukan dengan beberapa langkah.

Yakni memberikan tablet tambah darah pada remaja putri kelas 7 dan kelas 10.

Selain itu, ada intervensi pengukuran hemoglobin untuk mencegah remaja putri mengalami anemia.

Selanjutnya pada ibu hamil, gizi yang diberikan harus cukup.

Ibu hamil harus mendapatkan pelayanan ANC atau anenatal care untuk memeriksa kondisi kehamilan.

Terakhir pada kelompok ketiga atau setelah bayi lahir, targetnya adalah anak usia 0-124 bulan.

Program yang dilakukan adalah imunisasi, ASI ekslusif dan pemberian protein hewani.

Baca Juga: Lewat Posyandu Pemerintah Bagikan TTD untuk Mencegah Stunting, Buat Siapa Saja?