Jika Angka Stunting Terus Meningkat, Ini yang Akan Dikhawatirkan

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Senin, 10 Juni 2024 | 14:30 WIB
Bahaya stunting menurut Kemenkes (Nakita.id/Nita)

Nakita.id - Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya akibat kekurangan gizi kronis.

Masalah ini menjadi perhatian serius di Indonesia karena dampak jangka panjangnya yang signifikan terhadap kualitas hidup individu dan kemajuan bangsa.

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, jika angka stunting terus meningkat, berbagai bahaya besar dapat mengancam, baik dari sisi kesehatan, ekonomi, maupun sosial.

Berikut ini adalah beberapa bahaya utama yang diidentifikasi oleh Kemenkes.

Bahaya Stunting Menurut Kemenkes

1. Dampak Kesehatan Fisik

Anak yang mengalami stunting berisiko menghadapi berbagai masalah kesehatan.

Tubuh mereka yang tidak mendapatkan nutrisi cukup berpotensi mengalami perkembangan fisik yang terganggu, termasuk penurunan massa otot, sistem imun yang lemah, dan peningkatan kerentanan terhadap penyakit infeksi.

Kondisi ini dapat memperpanjang siklus kemiskinan karena anak-anak yang sakit lebih sering akan kurang produktif di masa dewasa.

2. Gangguan Perkembangan Kognitif

Stunting juga berdampak pada perkembangan otak anak. Kekurangan nutrisi pada masa awal kehidupan dapat menghambat perkembangan kognitif, yang berakibat pada kemampuan belajar yang rendah, prestasi akademik yang buruk, dan keterbatasan dalam keterampilan berpikir kritis.

Kemenkes mengkhawatirkan bahwa generasi yang tumbuh dengan kemampuan kognitif yang rendah akan sulit bersaing di dunia kerja, yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas nasional.

3. Masalah Sosial dan Ekonomi

Tingkat stunting yang tinggi dapat membebani sistem kesehatan dan ekonomi negara.

Anak-anak yang stunting cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih rendah, yang dapat mengurangi kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan pekerjaan yang layak.

Baca Juga: Vitamin Mencegah Stunting yang Dianjurkan Oleh Kementerian Kesehatan

Akibatnya, mereka mungkin terperangkap dalam siklus kemiskinan.

Dari sisi ekonomi, ini berarti penurunan produktivitas tenaga kerja dan peningkatan beban biaya kesehatan jangka panjang.

4. Dampak Psikososial

Anak yang stunting juga mungkin menghadapi masalah psikososial.

Keterbatasan fisik dan kognitif dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dan stigma sosial, yang pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan mental mereka.

Isolasi sosial dan rendahnya peluang berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat juga bisa menjadi masalah serius yang dihadapi oleh anak-anak stunting.

5. Ancaman terhadap Generasi Mendatang

Stunting bukan hanya masalah bagi individu yang mengalaminya, tetapi juga berdampak pada generasi berikutnya.

Anak-anak yang stunting berpotensi melahirkan anak yang juga stunting, sehingga menciptakan siklus berulang yang sulit diputus. Ini menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas di Indonesia.

Langkah-langkah Pencegahan

Kemenkes menekankan pentingnya intervensi dini dan komprehensif untuk mencegah stunting.

Program-program yang diusulkan meliputi perbaikan gizi ibu hamil dan menyusui, pemberian makanan tambahan yang bergizi untuk bayi dan balita, serta peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dasar. Edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya gizi seimbang dan pola asuh yang baik juga menjadi fokus utama dalam upaya menekan angka stunting.

Kesimpulan

Kemenkes terus berupaya mengatasi masalah ini melalui berbagai program dan kebijakan strategis.

Semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, perlu bersinergi untuk memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan berkembang optimal, demi masa depan bangsa yang lebih cerah.

Baca Juga: Rekomendasi Makanan Mencegah Stunting yang Diberikan Oleh Posyandu