Nakita.id - Stunting, atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka stunting, masalah ini tetap sulit untuk diatasi sepenuhnya.
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, terdapat beberapa faktor utama yang membuat stunting sulit turun.
Penyebab Stunting Sulit Turun
1. Faktor Gizi dan Kesehatan Ibu
Kesehatan Ibu Sebelum dan Selama Kehamilan: Gizi buruk pada Moms sebelum dan selama kehamilan merupakan faktor utama penyebab stunting. Banyak ibu hamil yang tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup, sehingga janin yang dikandung juga tidak mendapatkan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal.
Anemia pada Ibu Hamil: Anemia merupakan masalah kesehatan umum di kalangan ibu hamil di Indonesia. Kekurangan zat besi dapat mengganggu perkembangan janin dan meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, yang merupakan faktor risiko stunting.
2. Praktik Pemberian Makan Bayi dan Anak
Kurangnya ASI Eksklusif: Banyak Moms yang tidak memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi, padahal ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal.
Pemberian Makanan Pendamping ASI yang Tidak Tepat: Ketika bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, seringkali makanan yang diberikan tidak cukup bergizi atau tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, sehingga bayi tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup.
3. Akses terhadap Layanan Kesehatan dan Sanitasi
Akses Terbatas ke Layanan Kesehatan: Di beberapa daerah, akses ke layanan kesehatan masih terbatas. Ini mencakup layanan pemeriksaan kehamilan, imunisasi, serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sanitasi dan Kebersihan yang Buruk: Kondisi sanitasi dan kebersihan yang buruk dapat meningkatkan risiko infeksi pada anak-anak. Infeksi berulang, seperti diare dan infeksi saluran pernapasan, dapat menghambat penyerapan nutrisi dan memperburuk kondisi stunting.
4. Faktor Sosial dan Ekonomi
Kemiskinan: Keluarga yang hidup dalam kemiskinan cenderung memiliki akses terbatas ke makanan bergizi dan layanan kesehatan. Mereka mungkin tidak mampu membeli makanan yang kaya akan nutrisi atau membayar biaya layanan kesehatan yang diperlukan untuk ibu hamil dan anak-anak.
Pendidikan Moms: Moms dengan tingkat pendidikan rendah mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi dan kesehatan anak, termasuk pentingnya ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI yang tepat.
5. Perilaku dan Kebiasaan Masyarakat
Praktik Budaya dan Tradisi: Di beberapa komunitas, terdapat praktik budaya dan tradisi yang dapat menghambat upaya pemberian nutrisi yang tepat kepada ibu hamil dan anak-anak. Misalnya, beberapa makanan bergizi mungkin dianggap tabu atau tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau anak-anak.