Malnutrisi Masih Menjadi Tantangan Serius untuk Kesehatan Ibu dan Anak

By David Togatorop, Rabu, 19 Juni 2024 | 07:41 WIB
Tantangan malnutrisi pada ibu hamil dan kesehatan bayi harus menjadi perhatian negara. (Pixabay)

Nakita.id - Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki visi besar dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak di seluruh dunia.

Salah satu target penting yang ingin dicapai adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.

Untuk mencapai target SDGs dalam menurunkan angka kematian ibu dan balita, diperlukan upaya terpadu dari berbagai pihak.

Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan berkualitas, edukasi kesehatan bagi ibu hamil, serta penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai adalah beberapa langkah penting yang harus diambil.

Melalui pemenuhan target SDGs ini, kita berharap dapat mewujudkan dunia yang lebih sehat dan sejahtera bagi ibu dan anak, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Kesehatan ibu mencakup kondisi kesehatan perempuan selama masa kehamilan, persalinan, dan periode nifas.

Sedangkan kesehatan neonatus mencakup kesehatan bayi baru lahir dari usia 0-28 hari.

Baik kesehatan ibu maupun neonatus, haruslah menjadi pengalaman positif untuk memastikan keduanya mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang optimal.

Meskipun kesehatan ibu dan neonatus menjadi fokus utama SDGs, realitas di lapangan menunjukkan masih banyak tantangan yang harus diatasi.

Data dari WHO tahun 2020 mengungkapkan angka kematian ibu secara global mencapai 223 per 100.000 kelahiran hidup.

Terdapat kesenjangan antara negara berpenghasilan rendah (430 per 100.000) dan negara berpenghasilan tinggi (12 per 100.000).

Baca Juga: Menurunkan Angka Kematian Ibu Jadi Salah Satu Target SDGs, Ini Penyebab Kenapa Angka Masih Tinggi

Penyebab utama kematian ibu sebagian besar adalah kondisi yang sebenarnya dapat dicegah.

Bayi yang lahir di negara berpenghasilan rendah memiliki risiko sepuluh kali lebih tinggi mengalami kematian pada periode neonatal (27 per 1.000) dibandingkan bayi di negara berpenghasilan tinggi.

Pada tahun 2021, sekitar 2,3 juta bayi di seluruh dunia meninggal dalam bulan pertama kehidupannya, yang dikenal sebagai kematian neonatus.

Kematian neonatus ini menyumbang 46% dari total kematian balita, dan mayoritas terjadi pada minggu pertama. Seperti halnya kematian maternal, sebagian besar kematian neonatus juga dapat dicegah.

Malnutrisi pada Ibu Hamil Masih Menjadi Tantangan Serius

Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa malnutrisi pada ibu hamil masih menjadi tantangan serius.

Hampir 3 dari 10 ibu hamil mengalami anemia, dan 17% memiliki risiko Kurang Energi Kronik (KEK). Malnutrisi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko anemia, hipertensi, keguguran, hingga kematian janin.

Ibu dengan kekurangan gizi kronis berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan retardasi pertumbuhan janin, yang berujung pada konsekuensi jangka panjang, termasuk gangguan kualitas hidup dan peningkatan biaya kesehatan.

Sejak 2021, Kementerian Kesehatan telah mengimplementasikan kebijakan yang menargetkan setiap ibu hamil untuk mendapatkan minimal 6 kali pelayanan masa kehamilan (K6).

Pelayanan ini mencakup pemeriksaan kehamilan minimal sekali pada trimester pertama (K1), dua kali pada trimester kedua, dan tiga kali pada trimester ketiga.

Setidaknya dua dari pemeriksaan ini harus melibatkan dokter, satu kali pada trimester pertama dan satu kali pada trimester ketiga, termasuk pemeriksaan USG. Sebelumnya, standar pemeriksaan kehamilan minimal hanya empat kali.

Baca Juga: Konsumsi Ikan di 1000 Hari Pertama Dalam Kehidupan Dapat Mencegah Stunting, Sesuai Tujuan SDGs Menuju 2030