"Kalau kita selalu dapat update dari video Instagram mereka, jadi setiap hari ada video kegiatan mereka. Jadi, kita tenang. Mereka pakai kurikulum Montessori untuk pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya, jadi dia belajar sensorik, motorik, dan lain sebagainya," jelas Arif.
Kepercayaan Arif terhadap daycare WSI runtuh ketika ia menerima video yang menunjukkan tindakan kekerasan terhadap anaknya.
Video tersebut ia dapatkan melalui WhatsApp dan menunjukkan perlakuan kasar yang dilakukan oleh salah satu pengasuh di daycare tersebut.
"Jujur, kalau untuk yang diberikan, saya jadi agak sanksi sekarang mengingat video yang beredar," ungkap Arif.
Selama ini, Arif tidak pernah diberi akses untuk melihat rekaman CCTV di daycare tersebut.
Hal ini menambah kecurigaannya terhadap keamanan dan transparansi yang diterapkan oleh pihak WSI.
"Tidak, nggak dikasih," ujarnya ketika ditanya apakah pernah melihat rekaman CCTV.
Pasca penganiayaan tersebut, banyak orang tua yang menuntut pengembalian uang SPP karena merasa dirugikan.
Banyak dari mereka baru saja menyekolahkan dan menitipkan anaknya di daycare ini kurang dari sebulan.
Namun, daycare WSI mendadak tutup tanpa pemberitahuan dan tanpa memberikan penjelasan kepada orang tua.
Sekolah tersebut bahkan dipasang garis polisi, menandakan bahwa tidak diperbolehkan ada kegiatan apapun di sana.
Baca Juga: Gegara Wensen School Meita Irianty, Titip Anak di Daycare Aman?