Menurut BMKG, fenomena cuaca ekstrem yang terjadi pada 12 September 2024 ini dipengaruhi oleh adanya sistem tekanan rendah di sekitar Samudra Hindia yang berdekatan dengan wilayah Indonesia.
Tekanan rendah ini menarik massa udara basah dari lautan ke daratan, sehingga memicu aktivitas awan hujan yang lebih intens.
Selain itu, adanya pengaruh dari Madden-Julian Oscillation (MJO), yaitu pola cuaca yang bergerak ke arah timur melewati wilayah tropis, juga berkontribusi pada peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.
MJO biasanya berdampak pada peningkatan curah hujan di wilayah tropis selama beberapa hari hingga minggu, sebelum akhirnya bergerak menjauh.
Kondisi ini juga diperparah dengan suhu permukaan laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia, yang memicu lebih banyak penguapan dan pembentukan awan hujan.
Akibatnya, banyak wilayah Indonesia yang saat ini mengalami cuaca basah dengan intensitas hujan yang lebih tinggi dari biasanya.
BMKG telah mengeluarkan peringatan dini kepada masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah dengan potensi cuaca buruk.
Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah rawan banjir dan longsor diimbau untuk lebih berhati-hati.
Daerah dengan drainase yang buruk atau yang sering mengalami banjir saat hujan lebat harus bersiap menghadapi potensi genangan air.
Wilayah perbukitan dan pegunungan, khususnya di Jawa Barat, Sumatra Barat, dan Sulawesi, juga perlu waspada terhadap ancaman longsor.
Angin kencang yang sering menyertai hujan lebat dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan, pohon tumbang, dan gangguan pada jaringan listrik.
Baca Juga: Cuaca Senin 9 September 2024, Hujan Lebat Terjadi di Mana Lagi?