Ini Bahaya Mi Instan Menurut YLKI

By Ipoel , Senin, 1 Februari 2016 | 02:42 WIB
Ini Bahaya Mi Instan Menurut YLKI (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com - Mi instan siapa yang tak gemar mengonsumsinya. Baik anak maupun dewasa menggemarinya. Di saat hujan dan cuaca dingin, mengonsumsi mi panas ditambah irisan rawit, duh sedapnya. Sayangnya, menurut YLKI, mi instan termasuk makanan yang tidak aman dikonsumsi.

Pendapat ini tertuang di Fanpage resmi Facebook milik Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengunggah postingan yang 'menggugah' penggemar mi instan. Dalam postingan berjudul 'Dibohongi Mi Instan' yang diunggah Minggu (31/1/2016) ini, terdapat sejumlah fakta mencengangkan mi instan yang selama ini dikonsumsi masyarakat.

Lihat di sini : https://www.facebook.com/Yayasan-Lembaga-Konsumen-Indonesia-YLKI-80498288356/?fref=ts

Fakta pertama dalam postingan berbentuk gambar itu, tertulis bahwa mi instan tidak mengandung nutrisi apapun.

"Namun, makanan ini mengandung hampir 2.700 miligram sodium dalam satu kemasannya," demikian tertulis dalam gambar mi instann tersebut.

Baca juga : Waspada jajanan anak berisi kondom

Lalu fakta kedua, mi instan mengandung bahan pengawet beracun TBHQ yang umum ditemui di semua jenis makanan yang telah diproses, dimana bahan ini diproduksi juga di industri minyak tanah.

 "Hanya 1 gram saja dari TBHQ dapat memberi efek muntah dan mual, tinnitus (dengungan pada telinga) delirium atau perasaan tercekik," tulis dalam postingan tersebut.

Baca juga: Hati-hati ada nugget ayam dalam kemasan berisi belatung, padahal expire-nya masih lama.

Fakta ketiga yakni makanan populer ini juga mengandung monosodium glutamat (MSG) yang bisa memacu kerja sel saraf Anda secara berlebihan dan bisa mengakibatkan kerusakan atau kematian.

"Alhasil, disfungsi dan kerusakan otak dapat terjadi dalam berbagai stadium, hal ini bahkan memicu terjadinya penurunan kemampuan belajar, penyakit Alzheimer, Parkinson dan lainnya," tulis dalam postingan itu.

Kemudian, fakta terakhir yakni, wanita yang mengonsumsi mi instan lebih dari dua kali dalam seminggu, 68 persen lebih rentan terhadap penyakit metabolisme tubuh.