8 Mitos Kehamilan

By Heni, Rabu, 25 Juni 2014 | 13:00 WIB
8 Mitos Kehamilan (Heni)

TabloidNakita.com - Delapan poin ini adalah mitos-mitos seputar kehamilan yang banyak beredar dan pastinya tak ingin Anda jadikan pedoman.

Bagi yang sudah tak sabar ingin menimang bayi, berbagai cara menuju kehamilan pasti dilakukan (selama tak berbahaya). Dari saran dokter yang ilmiah, saran simpang siur yang cuma “katanya”, sampai resep hamil warisan turun-temurun. Beberapa ada yang benar, tapi banyak juga yang ternyata hanya mitos!

Mitos 1: Supaya hamil harus orgasme!

Orgasme adalah momen paling menyenangkan dan paling diharapkan dalam bercinta. Tapi, jika konteksnya pembuahan, orgasme bukan syarat utama, lo! Orgasme memang berfungsi mengontraksi rahim. Ini membuat perjalanan sperma menuju tuba falopi, tempat dilepaskannya sel telur matang, lebih cepat. Akan tetapi, jika orgasme tidak terjadi, bukan berarti sperma gagal menemui sel telur.

Mitos 2: Menelan sperma bikin makin subur.

Sudah sering mendengar mitos kehamilan ini? Kesannya memang berhasil ya, padahal tak ada penelitian yang bisa membuktikan kebenarannya. Bahwa sperma merupakan salah satu krim perawatan wajah yang baik, beberapa orang mengaku pernah merasakannya.  Wajah jadi halus dan kenyal, kata mereka. Tetapi, bahwa menelan sperma bisa membuat perempuan jadi lebih subur, tak pernah ada yang bisa membuktikannya. Sperma memang mengandung protein yang kaya, mungkin ini sebabnya banyak orang berpikir sperma bisa meningkatkan kesuburan perempuan. Padahal, nihil.

Mitos 3: Mengangkat kaki selama 20 menit sehabis bercinta, sukses bikin hamil!

“Sikap lilin sehabis berhubungan seks, bikin sperma lebih cepat bertemu sel telur. Jadi, kamu bisa hamil.” Itukah  saran yang sering Anda dengar dari orang lain? Teorinya terdengar masuk akal. Padahal, hasilnya tak lain hanya bikin kaki Anda pegal dan mati rasa karena darah mengalir deras meninggalkan kaki. Faktanya, saat ejakulasi, sperma telah dirancang secara kimia untuk melakukan perjalanan langsung ke tuba falopi, terlepas dari posisi bercinta Anda. Saat pria berejakulasi, dia akan mengeluarkan 2 sampai 3 sentimeter kubik cairan ejakulasi, atau sekitar 20 sampai 80 juta sel sperma di tiap cc-nya. Dengan kata lain, kalaupun ada sedikit cairan sperma yang keluar dari vagina sehabis bercinta, jutaan sperma lainnya sudah berhasil masuk ke rahim. Bagaimana dengan meletakkan bantal di bawah panggul sehabis bercinta? Tentu tidak ada salahnya untuk membantu sperma meluncur lebih cepat, tapi tak perlu sampai harus mengangkat kaki tinggi-tinggi.

Mitos 4: Gaya bercinta misionaris satu-satunya cara untuk hamil.

Pada masa subur dan menjelang ovulasi, Anda dianjurkan sering berintim-intim dengan pasangan. Jika melakukannya hanya dengan satu posisi, tentu seks jadi terasa membosankan, bahkan terbebani. Perlu diketahui, posisi tidak menentukan sperma berhasil mencapai tuba falopi (saluran telur) atau tidak. Asalkan pasangan terus melakukan penetrasi yang dalam dan mencapai ejakulasi, posisi apa pun memberi kemungkinan terjadinya pembuahan. Jadi, siapkan berbagai posisi menarik dan menyenangkan selama Anda melakukan hubungan seks. Tapi ingat, jangan gunakan pelumas buatan saat bercinta. Banyak ahli percaya, pelumas buatan bisa membunuh atau melemahkan sperma. Saran kami, lakukan pemanasan (foreplay) yang cukup agar vagina terangsang mengeluarkan pelumas alaminya.

Mitos 5: Supaya hamil bayi kembar, makan singkong.

Mitos kehamilan ini merebak saat para peneliti berkunjung ke sebuah desa di Afrika bernama Igbo-Ora, salah satu daerah yang memiliki tingkat kelahiran kembar tertinggi di dunia. Hasil pengamatan menunjukkan, kesukaan masyarakat Igbo-Ora mengonsumsi singkong bisa jadi pendorong tingginya kemungkinan lahir kembar. Memang pernah ada satu penelitian yang mengaitkan singkong dengan kesuburan. Akan tetapi, karena ini hanya hasil penelitian seorang mahasiswa dari Yale University yang belum dibuktikan secara resmi, maka untuk sementara singkong harus masuk kategori mitos kehamilan.

Mitos 6: Menenggak sirop obat batuk bantu Anda hamil.

Mitos kehamilan ini sudah beredar luas sejak era ’80-an dan harus diakhiri sekarang. Teori di balik mitos ini ada hubungannya dengan salah satu bahan yang umum ditemukan dalam sirup obat batuk: guaifenesin. Dalam sebuah penelitian tahun 1982, obat batuk dianggap mendorong kesuburan yang potensial karena kemampuannya menipiskan lendir serviks, sehingga memudahkan perjalanan sperma bertemu sel telur. Namun, mengingat tak pernah ada penelitian yang bisa membuktikan teori di atas, sebaiknya Anda tidak mengikuti saran aneh tersebut. Faktanya, zat antihistamin dalam obat batuk memberi dampak buruk bagi kesuburan bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan.

Mitos 7: Adopsi bayi, “pemancing” kehamilan.

Saran ini, walaupun tak pernah ada bukti ilmiahnya, terus menyebar dari waktu ke waktu. Banyak calon mama menjadikannya pedoman karena melihat mitos kehamilan ini berhasil pada beberapa orang. Mengadopsi anak tentu adalah hal yang baik. Akan tetapi, anggapan adopsi sebagai “pemancing” sebaiknya dianggap sebagai sebuah kebetulan saja dan jangan dijadikan ekspektasi untuk bisa hamil.

Mitos 8: Pil KB bikin susah hamil

Faktanya, pil KB tidak pernah memengaruhi kesuburan Anda. Penelitian menunjukkan, saat Anda berhenti mengonsumsi pil KB, ovulasi akan segera terjadi selang waktu tiga bulan, atau mungkin lebih cepat lagi. Malahan, pil KB bisa berperan sebagai pelindung rahim. Pil mampu memperlambat atau bahkan mencegah timbulnya kista rahim dan endometriosis. Endometriosis adalah sebuah kondisi ketika jaringan rahim tumbuh di luar rahim, misalnya pada organ-organ lain seperti tuba falopi (saluran telur) dan ovarium (indung telur). Kista dan endometriosis ini dapat mengganggu ovulasi.

Deasy Siallagan