Bukan Mitos, Usia 3 Bulan Umumnya Bayi Mulai Sakit-sakitan

By Gazali Solahuddin, Jumat, 11 Mei 2018 | 08:09 WIB
Bayi yang lucu dan sehat di usia 3 bulan bisa tiba-tiba sakit-sakitan. Penyebabnya ibu bekerja (iStock)

Nakita.id – 3 bulan masa cuti melahirkan adalah masa membahagiakan bagi ibu Dan bayinya.

BACA JUGA: Meski Tak Sempurna, Foto Kehamilan Perempuan Ini Mengagumkan, Lihat!

Sepanjang waktu selalu diisi dengan berinteraksi dan bermesraan. Tapi apa mau dikata, setelah masa cuti berakhir, ibu bekerja harus kembali masuk ke rutinitas semula.

Berangkat pagi pulang sore untuk bekerja selama kurang lebih 8 jam setiap Hari. 

BACA JUGA: Sering Kelelahan Setelah Melahirkan, Apakah Ini Gejala Baby Blues?

Saat ini terjadi, percaya atau tidak Si Kecil yang tadinya sehat walafiat, mulai sakit-sakitan.

Meski sakitnya ringan, seperti flu dan pilek, kenyataan ini tak ayal mengusik keingintahuan orangtua, “Apa iya bayiku stres karena ditinggal bekerja dan jadi gampang sakit?”

Bahkan Ada yang sampai berasumsi lebih jauh, ”Wah, jangan-jangan ini tanda anakku kolokan?” atau “Apa mungkin ia tidak diurusi dengan baik oleh pengasuhnya?”

Rutinitas Berubah 

Bisa jadi apa yang dipikirkan ibu benar adanya.

Bayi yang tadinya happy bersama ibu,  karena kini diasuh oleh babysitter-nya harus melalui proses perubahan dan penyesuaian yang bisa saja membuatnya rewel, gelisah, menolak minum ASI perahan, dan saat tidur sering terbangun.

BACA JUGA: Belum Genap 1 Tahun Salma Sudah Pintar Sikat Gigi, Apakah Sudah Tepat?

Gejala-gejala yang diawali dari masalah psikologis, bisa berdampak gangguan kesehatan fisik. Sebab itu, tak heran bila di hari-hari pertama ibu bekerja, bayi terlihat sering menangis.

Hal ini wajar saja karena besar dugaan, inilah cara komunikasi bayi yang ingin menyampaikan pesan kepada ibu bahwa dirinya tidak mau ditinggal, dan ingin terus berada di sisi ibu setiap waktu.

Ketika Si Kecil terbiasa dengan rutinitas barunya, lambat laun tangisannya pun akan berkurang.

Namun, durasi berkurangnya tangisan tidak bisa sama persis pada semua anak.

Hal itu dipengaruhi juga oleh faktor temperamen anak.

Bagi yang bertemperamen easy child akan lebih cepat ditenangkan ketika menangis, dibandingkan anak yang bertemperamen slow to warm up bisa jadi menangisnya lebih lama.

BACA JUGA: Tekanan Darah Tinggi Sebelum Hamil Berisiko Alami Keguguran, Benarkah?

Ragam Penyebab dan Solusi

Meski setelah masa adapastinya lewat kerewelan anak berangsur reda, tak ada salahnya Moms mengetahui lebih detail apa penyebab kerewelan anak dan mengapa kesehatannya bisa terganggu ketika ditinggal ibu. Di antaranya;

-Pola pemberian ASI berubah. Misalnya saja, ASI perahan langsung diberikan lewat botol, bukannya dengan menggunakan sendok.

Padahal pemberian dengan sendok paling tepat untuk menghindari bingung puting.

Agar bayi tak kaget, mulailah mengenalkan ASI perah kepada anak minimal dua minggu sebelum ibu bekerja.

Selain itu, jika ibu mempunyai kesempatan menyusui langsung, lakukanlah.

BACA JUGA: Libur Wamil, Aktor Korea Ini Justru Pilih Jadi Pelayan Restoran

Proses menyusui terbukti meningkatkan kedekatan emosional ibu dengan anak.

Lagi pula, gerakan mengisap puting mampu merangsang perkembangan area rahang mulut anak, termasuk perkembangan saraf-sarafnya.

- Masa penyesuaian bayi dari ibu ke pengasuh terlalu singkat. 

Jika pengasuhan anak tiba-tiba diberikan pada pengasuh saat ibu sudah harus aktif bekerja, yang terjadi adalah anak akan merasa tak aman dan nyaman.

Inilah yang biasanya membuat anak tidak tenang, kerap rewel.

Jadi sebaiknya kenalkan bayi kepada pengasuh beberapa minggu sebelum ibu aktif bekerja kembali.

- Pengasuh tidak diinformasikan mengenai kebiasaan atau cara yang telah ibu terapkan pada bayi.

BACA JUGA: Ingin Cepat Hamil? Ini Makanan yang Harus Moms Sediakan di Rumah!

Contohnya ritual menjelang tidur Dan posisi tidur anak, memandikan, memberikan ASI, dan membersihkan BAB/BAK.

Pengasuh pun mungkin belum tahu apa yang dibutuhkan bayi, kapan ia lapar, kapan ingin bermain, kapan bosan, dan kapan BAB/BAK.

Sering terjadi, bayi menolak minum ASI selain dari ibunya secara langsung.

Nah, kalau hal ini tidak disiasati, boleh jadi asupan zat kekebalan tubuh dari ASI dan nutrisinya kurang. Bayi pun jadi rentan terinfeksi.

Kondisi ini akan diperparah mana kala pengasuh tidak mampu menangani, tidak mampu membujuk, tidak mampu mengalihkan perhatikan, dan tidak mampu memberikan ketenangan, kenyamanan, dan keamanan bagi bayi.

Cara yang paling tepat tentu saja mengenalkan kebiasaan-kebiasaan bayi dan mengajak pengasuh terlibat dalam pengasuhan pada saat ibu masih menjalani masa cuti.

Semakin lama waktunya, tentu semakin baik, karena pengasuh semakin terbiasa dengan kebiasaan-kebiasan bayi.

Bisa juga ibu membuat catatan tentang hal-hal yang biasa dilakukan untuk diberikan kepada pengasuh sebagai panduan selama ibu bekerja.

BACA JUGA: Tekanan Darah Tinggi Sebelum Hamil Berisiko Alami Keguguran, Benarkah?

- Tidak Ada ”aturan main” yang jelas kepada pengasuh sejak awal.

Tanpa peraturan yang jelas, bisa jadi bayi tak tertangani dengan tepat. Misalnya saja, pengasuh keasyikan nonton televisi atau ber-handphone ria sementara  bayi sudah berkeringat, tetapi bajunya tidak segera diganti sehingga is bayi rewel.

Tak Ada salahnya, ketika memutuskan menerima seorang pengasuh, beri batasan/aturan yang jelas, bila perlu dalam bentuk tulisan terperinci, apa yang menjadi perhatian ketika pengasuh sedang bersama is bayi. Termasuk larangan atau kewajiban melakukan ini dan itu.

- Ibu melibatkan beberapa pihak sekaligus dalam mengasuh anak, atau anak diasuh oleh orang yang berbeda-beda.

Sebagian bayi akan bingung dan tak nyaman dengan perubahan orang yang menanganinya.

Jadi sebaiknya tetapkan seorang pengasuh yang dipercaya menjadi perawat bayi, sementara nenek menjadi pengawas saja.

- Ibu tidak melatih pengasuh memberikan stimulasi yang tepat. Bayi pun lekas merasa bosan kalau kegiatannya itu-itu saja. Akibatnya ia gampang rewel.

Selagi berada di rumah, ibu harus melibatkan pengasuh bayi saat memberikan stimulasi. Atau paling tidak memperlihatkan contoh stimulasi yang dapat ditiru oleh pengasuh.

BACA JUGA: Pernikahan Siswi SD Akhirnya Batal, Ini Kronologi dan Solusinya

- Ibu tidak yakin bahwa bayinya akan baik-baik saja bersama pengasuh.

Waspada memang perlu, tetapi apa gunanya melimpahkan tanggung jawab perawatan dan pengawasan Si Kecil kepada pengasuh kalau ibu sulit menaruh rasa percaya.

Alangkah baiknya jika ibu jauh-jauh hari sebelum kembali aktif bekerja, mengondisikan diri untuk percaya pada pengasuh.

Tentu saja, sebelumnya lakukan seleksi untuk mendapatkan pengasuh yang bertanggung jawab, penuh rasa sayang, dan enak diajak bekerja sama.

Dengan begitu, diharapkan si kecil pun akan jauh lebih siap dan merasa aman dengan pengasuhnya. 

BACA JUGASerupa Tapi Tak Sama, Kenali Perbedaan Bronkitis dan Bronchiolitis: