Ragam Pertanyaan Batita

By Ipoel , Jumat, 22 Februari 2013 | 04:00 WIB
Ragam Pertanyaan Batita (Ipoel )

Anak usia 1-2 tahun masih dalam proses menyerap kata-kata, ia belum bisa memformulasikan pertanyaan dengan cukup baik. Jadi, yang diajukan hanya seputar minta sesuatu atau mengorfimasi sesuatu. Menjelang usia 3 tahunan, barulah anak bisa memformulasikan kata-kata dengan cukup baik dan  mengajukan pertanyaannya yang berhubungan dengan kejadian sebab dan akibat. Berikut cakupan pertanyaan yang sering diajukan anak usia batita:

* Berkaitan dengan konsep ego si anak.

 “Punyaku, mana?”atau “Kok, kuenya dikasihkan ke Mbak?”

* Berkaitan dengan masalah persaingan.

“Aku, kok, dikasihnya sedikit? Kenapa Kak  Ari lebih banyak?”

* Berkaitan dengan rasa ingin tahu.

“Apa ini? Apa itu?” Sementara di akhir 3 tahun, batita sudah mampu melihat adanya hubungan sebab-akibat. “Kok Kakak dimarahi Ayah?”  “Kok aku enggak boleh makan permen?” dan sebagainya. 

*Berkaitan dengan teman imajiner.

Di usia batita, sebagian anak mempunyai teman maya atau teman imajiner. Teman imajiner ini mendorong anak untuk lebih banyak berbicara yang merupakan sarana latihan berkomunikasi. Contohnya, “Ke mana ya si Hatchiko?”

* Berkaitan dengan kebiasaan keluarga.

Umpama, anak tahu ayahnya selalu pulang kerja sebelum hari benar-benar gelap. Ketika sang ayah suatu hari pulang terlambat, si batita bertanya, ”Bunda, Ayah mana, kok, belum pulang?”

* Berkaitan dengan peniruan (criptalk)

Di usia ini anak mampu menyerap banyak kata dan memiliki kemampuan pemetaan kilat (fastmapping). Kalimat yang pernah ia dengar suatu waktu ia tirukan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya ke pengasuhnya ia bertanya. “Mbak, kamu punya benda apa?”  (kalimat ini dipinjamnya dari film seri anak). Biasanya meniru kalimat dilakukan di usia 2 tahun akhir.

* Berkaitan dengan aturan.

Anak batita sudah dapat dikenalkan pada aturan. Namun,  sifat egosentris yang kuat membuat anak batita tidak menyukai aturan yang menghambat kesenangannya. Anak akan bertanya mengapa ia dilarang oleh ibu sedangkan orang lain membolehkan atau anak lain boleh melakukan sesuatu yang terlarang baginya. Contohnya, ibu menerapkan aturan tidak boleh makan permen. Nah,  ketika melihat temannya boleh makan permen, ia bisa bertanya, “Kok, dia boleh?”