Penyebab Kenapa Anak Jadi Penakut dan Mudah Khawatir

By Ipoel , Senin, 12 November 2012 | 22:00 WIB
Ketahui penyebab kenapa anak jadi penakut. (Pixabay/Shlomaster)

Nakita.id - Perubahan anak dari seorang pemberani menjadi penakut bukannya tanpa alasan.

Sebenarnya rasa takut adalah hal wajar dan perlu dimiliki oleh semua manusia di setiap golongan umur.

Rasa takut adalah bagian dari sistem pertahanan diri alami yang dimiliki manusia. 

Di usia batita, rasa takut yang kemudian muncul menandakan perkembangan kognitif, emosi, serta sosial anak.

Dilihat dari sisi kognitif, rasa takut disebabkan oleh pola pikir anak yang telah dapat mengimajinasikan sesuatu.

Batita telah memiliki kemajuan dalam pemikiran simbolis diiringi dengan tumbuhnya pemahaman mengenai hubungan sebab akibat.

Kalau dulu si kecil tampak tidak takut melakukan apa pun, sikap itu menunjukkan dorongan insting bereksplorasinya yang kuat.

Namun sekarang, karena mulai paham hubungan sebab-akibat, si batita jadi berpikir, “Jika aku melakukan ini, akibatnya begitu. Jika aku naik ke atas meja, aku bisa jatuh.”

Pemahaman akan hubungan sebab-akibat diperoleh anak dari pengalaman langsung, melihat orang lain, atau mendengar penjelasan tentang risiko suatu perilaku yang diulang-ulang dari orang yang lebih tua.

Baca Juga: Anak Tersiksa karena Batuk Terus-terusan, Pertolongan Pertamanya Ada Pada Air Rebusan Daun Saga

Ditambah lagi, menurut Heidy Murkoff dalam bukunya What to Expect the Toddler Years (Workman Publishing Company; London,1996), rasa takut pada anak batita terlihat karena ia sudah dapat berekspresi lewat kata disertai bahasa tubuh.

Menurut teori pakar psikologi Erik Erikson, di usia batita, anak memperkuat apa yang dibawanya sejak bayi, yakni  membangun rasa percaya atau tidak percaya pada lingkungan.

Di usia batita, jika anak tidak merasa punya kelekatan (ikatan) dengan apa atau siapa yang dihadapinya, ia akan mudah merasa ‘khawatir’.

Murkoff juga menguatkan hal yang senada dalam bukunya, bahwa ketakutan ini dapat menjadi indikator pemahaman si kecil akan konsep dirinya dan orang lain berjalan dengan baik.

Di usia ini anak sudah tahu akan keberadaan dirinya di dalam lingkungannya (self awareness).

Si batita mulai mengeksplorasi lingkungannya lebih jauh hingga ketika bertemu dengan sesuatu yang dirasa mengancam, muncullah rasa takut.

Sedangkan dalam aspek perkembangan emosinya, batita sudah mampu mengindentifikasi perasaan-perasaan yang ia alami apakah itu marah, senang, atau takut.

Namun di lain pihak, kemampuan berpikir logisnya belum berkembang dengan baik sehingga apa yang sebenarnya tak perlu dikhawatirkan, dalam benaknya bisa saja menjadi ancaman sehingga rasa takut akan muncul.