Nakita.id - Di rentang usia anak antara 1 hingga 3 tahun, orangtua memang sudah sepatutnya memperkenalkan aneka keterampilan sosial, termasuk di antaranya sopan santun, pengetahuan boleh dan tidak boleh, juga benar dan salah. Tapi perlu diingat, untuk memperkenalkan aturan-aturan seperti itu tak mesti dengan membatasi eksplorasi anak.
Baca juga: 10 Alasan Mengejutkan Mengapa Anak Jadi Nakal
Eksplorasi anak sangat dibutuhkan untuk perkembangan otaknya. Ibu yang membiarkan anak bereksplorasi artinya membuat ia jadi anak yang aktif dan cerdas. Untuk itu, Ibu perlu cara yang tepat untuk embuat ia jadi disiplin. Hindari larangan yang membuat anak jadi takut atau tidak bereksplorasi. Contohnya ketika anak bermain gunting, orangtua sebaiknya tidak langsung melarang, “Tidak boleh!” Alasannya, cara seperti ini dijamin tidak efektif karena anak akan tetap bermain gunting. Sebaiknya, dalam melarang sertakan pula alasannya.
Saat kita menemui anak melakukan sesuatu dengan benda berbahaya, jelaskan di mana bahayanya sambil mengamankan benda yang dipegangnya. Jika anak sudah bisa diajak berkomunikasi dan keterampilan jari-jemarinya sudah cukup mantap, beri contoh serta bimbing cara penggunaannya yang aman. Hal itu dimaksudkan supaya anak tidak merasa keingintahuannya dihambat sambil belajar mempergunakan benda tajam tersebut dengan benar.
Baca juga: Makin Dilarang, Batita Makin Gencar Melakukan yang Dilarang
Sekalipun sudah diberi penjelasan dan contoh seperti itu, tidak selalu si anak akan langsung menurut. Dibutuhkan proses pembiasaan dan berkelanjutan, karena tidak ada perilaku yang dapat dibentuk dengan hanya satu kali contoh. Orangtua jangan menyerah, berikan terus contoh yang baik dan larangan dengan cara yang tepat hingga perilaku yang benar terbentuk pada anak.
Baca juga: Alasan Anak Dilarang Bermain Menggunakan Pistol-pistolan Air
Ingat, kuncinya adalah konsistensi sikap orangtua dalam mengingatkan anak saat salah, misalnya, “Lo, bukannya kemarin sudah Ayah kasih tahu, kalau memanjat rak buku itu berbahaya,” jadi bukan misalnya menghardik, “Jangan, dong, stop. Kok, enggak ngerti-ngerti sih.” Jika contoh yang baik secara konsisten didapat dari ayah dan ibu, niscaya anak akan punya kesempatan memahami konsekuensi logis dari perilaku-perilakunya. Jadi, melarang itu ada seninya agar jangan sampai anak kehilangan pengalaman bereksplorasi untuk mengembangkan proses pembelajarannya.