Waspadai Diare Pada Anak (1)

By Santi Hartono, Jumat, 26 Juni 2015 | 09:35 WIB
Waspadai Diare Pada Anak (1) (Santi Hartono)

Tabloid-Nakita.com – Daya tahan  tubuh anak umumnya belum berkembang sempurna. Tak heran, kondisi ini menyebabkannya rentan terserang penyakit diare. Yang dimaksud diare adalah anak mengalami buang air besar (BAB) lebih dari 4 kali dalam kurun waktu 24 jam atau satu kali dengan BAB encer dan menyembur (mencret). Warna BAB tidak menjadi patokan, bisa kuning, hijau, putih, atau hitam. Berdasarkan data Unicef pada 2009, diare merupakan penyakit penyebab kematian kedua untuk balita di dunia dan  kelima untuk kelompok semua umur. Itulah mengapa, diare harus ditangani dengan cepat dan tepat. Waspadai diare pada anak.     

PENYEBAB DIARE PADA ANAK

 Ada dua penyebab diare, infeksi dan non-infeksi. Infeksi bisa menyerang saluran pencernaan dengan penyebab virus seperti rotavirus; bakteri seperti Shigella, E. Sakazakii, E. Coli, Salmonella, dan lainnya. Diare juga dapat disebabkan parasit, protozoa, dan kuman lainnya. Sedangkan penyebab diare non-infeksi, antara lain alergi makanan, intoleransi makanan, obat-obatan tertentu, gangguan absorpsi makanan dan jenis makanan tertentu.

Diare pada anak kebanyakan disebabkan infeksi kuman (virus, bakteri, amuba, parasit). Lingkungan dan pola hidup yang kurang bersih menjadi biang keladi, sehingga kuman itu dapat berkembang biak atau mengontaminasi makanan, minuman, maupun mainan. Bila anak bersentuhan, menghirup, mengonsumsi makanan dan minuman tersebut, ia berisiko mengalami diare. 

Kuman yang masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan berbagai gejala diare. Rotavirus, misal, bila masuk ke dalam tubuh dapat menyerang dan merusak jonjot—bulu-bulu halus yang terdapat di dalam usus—hingga gundul. Akibatnya, enzim yang ada di ujung jonjot gugur dan membuat makanan/laktosa tidak bisa dipecah oleh usus dengan baik. Alhasil, perut si kecil menjadi kembung dan bokongnya merah. Si penderita pun jadi tak nafsu makan/minum.

Selain itu, waspadai diare yang menyebabkan  bakteri biasanya pada feses anak akan terdapat lendir atau darah dan mencretnya keluar secara sedikit-sedikit. Bakteri juga merusak dan menggunduli jonjot, sehingga mengakibatkan gejala perut kembung dan mencret.

Sementara jika amuba yang menyerang, tidak saja jonjot yang dirusak, akar jonjot dan dinding usus pun dirusak, bahkan bisa membuat usus terkelupas hingga bolong. Gejala diare lainnya adalah sakit perut, mual muntah, demam, sakit kepala, penurunan nafsu makan, dan lain-lain.

TANGANI SEGERA DIARE PADA ANAK

Salah satu dampak diare pada anak yang perlu diwaspadai adalah dehidrasi, yaitu kondisi tubuh kekurangan cairan akibat mencret terus-menerus. Tanda-tanda dehidrasi, antara lain penurunan frekuensi berkemih, warna air kemih menjadi lebih gelap dan lebih pekat, denyut nadi cepat, rasa haus, serta menangis tanpa air mata.

Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput. Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok, bahkan dampak yang paling ekstrem adalah hilangnya nyawa. Itulah mengapa, langkah yang paling penting dalam mengatasi diare adalah menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang, sehingga dehidrasi pada anak dapat dihindari.