Bila Orangtua Punya Anak Emas

By Ipoel , Senin, 30 Juni 2014 | 00:00 WIB
Bila Orangtua Punya Anak Emas (Ipoel )

TabloidNakita.com- Bagaimana bila orangtua punya anak emas. Anak emas?  Itu tuh anak dengan sederet kelebihan yang membuatnya terlihat bersinar/menonjol, sementara anak lainnya biasa-biasa saja. Misal, si anak paling cantik/ganteng, paling pintar, gampang menyesuaikan diri dengan siapa pun, dan lainnya. Berkat kelebihan-kelebihannya itu pula, biasanya si primadona selalu dijadikan contoh/panutan, semisal "Lihat, tuh, kakak/adikmu!"

Jikapun kriteria tadi tak terpenuhi, paling tidak, ada kesamaan antara si anak emas dengan orangtuanya yang menjadikannya primadona, seperti kesamaan hobi, hingga aktivitas bersama di antara mereka dilakukan secara lebih intensif. Bisa pula karena kemiripan fisik/wajah. Dengan begitu, sangat mungkin terjadi, anak yang menjadi primadona di mata ayah, berbeda dengan yang menjadi primadona buat si ibu. Orangtua punya anak emas yang memiliki kelebihan dibanding lainnya.

BILA ORANGTUA PUNYA ANAK EMAS, BISA POSITIF ATAU NEGATIF

Sebetulnya, wajar bila orangtua punya anak emas. Sayangnya, memprimadonakan salah seorang anak juga bisa berdampak negatif, baik bagi si anak emas maupun yang takdiprimadonakan. Namun biasanya, dampak buruk ini lebih dirasakan oleh kakak/adik yang tak dijadikan primadona.

Dampak negatif bagi si anak emas/primadona:

v  Ia bisa tumbuh menjadi sosok yang arogan, hingga tak jarang terkesan kurang ajar/melecehkan saudara-saudaranya yang tak diprimadonakan.

v  Ia bisa merasa terbebani karena harus selalu tampil prima dan terus-menerus jadi contoh. Ingat, bila orangtua punya anak emas, cenderung memberi beban pada si anak emas untuk jadi panutan.

v  Ia bisa bersikap ogah-oagah hingga kemampuannya jadi tak berkembang, apabila orang tua mem-push-nya sedemikian rupa hingga ia merasa tak nyaman lagi.

  Dampak Negatif bagi anak yang tak diprimadonakan:

v  Merasa tersisih, cenderung inferior, sekaligus menarik diri. Orangtua punya anak emas, tapi bukan dirinya.

Memang tak selalu demikian. Bisa saja ia tak merasa tersisih dan tetap percaya diri. Segalanya terpulang pada bagaimana yang bersangkutan menerima kenyataan dan mengatasi masalah. Artinya, kalau kehidupan emosionalnya cukup matang dan ia mampu menerima kenyataan, umumnya yang bersangkutan lebih mampu bersikap tegar meski dirinya tak diprimadonakan.

v  Merasa dibeda-bedakan.