Anak Ceroboh? Latih Motorik Halusnya

By Ipoel , Selasa, 24 Juni 2014 | 11:15 WIB
Anak Ceroboh? Latih Motorik Halusnya (Ipoel )

TabloidNakita.com - Kenapa anak ceroboh, Sering menjatuhkan benda yang dipegang, menyenggol barang saat berjalan, kerap terjatuh, dan lainnya? JAwabannya, sikap ceroboh anak ada kemungkinan berkaitan erat dengan kemampuan motorik halusnya. Motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi otot-otot halus/kecil. Bila motorik halusnya baik, kemungkinan anak ceroboh juga dapat diminimalkan. Sebaliknya, bila kemampuan motorik halus kurang terlatih, maka sosok anak ceroboh didapat.

 

MOTORIK HALUS BUKAN CUMA GERAK TANGAN

Motorik halus bukan hanya terkait dengan perkembangan fleksibilitas tangan dan jari-jemari untuk melakukan aktivitas seperti menyuapkan makanan ke mulut, menulis, menggambar, berpakaian maupun bermain dengan permainan yang membutuhkan koordinasi tangan. Tetapi motorik halus juga termasuk koordinasi otot-otot kecil di daerah oral, seperti lidah, bibir, dan otot-otot pipi.

 

FUNGSI MOTORIK HALUS ADA SEJAK LAHIR

Fungsi dasar motorik halus sudah ada sejak anak lahir dan berkembang secara bertahap. Misal, bayi yang sudah bisa mengepal, meraih benda, dan lainnya. Begitu pun gerak motorik halus yang berkaitan dengan otot-otot oral/mulut juga dimulai sejak bayi lahir yaitu dengan kemampuannya mengisap ASI. Di usia-usia selanjutnya, motorik halus berkaitan dengan otot-otot oral yang berkembang dapat diamati dalam bentuk respons bayi berupa senyum, tawa, dan ocehan.

 

MOTORIK HALUS DIPENGARUHI GENETIK & STIMULASI

Faktor bawaan/genetik dapat memengaruhi perkembangan motorik halus, akan tetapi stimulasi motorik halus jauh lebih berperan. Itu sebab, meski anak sejak lahir memiliki gangguan pada otak maupun ototnya—sehingga memengaruhi keterampilan motorik halusnya—tetap perlu distimulasi koordinasi otot-otot kecilnya agar dapat mengejar ketertinggalan kemampuan motorik halusnya. Sementara anak yang dilahirkan normal alias tak ada masalah dalam perkembangannya, meski keterampilan motorik halusnya akan berkembang dengan sendirinya, namun stimulasi tetap diperlukan untuk lebih mengasah keterampilan motorik halus tersebut sehingga dapat berkembang optimal.

JADIKAN ANAK CEROBOH

Jika di usia yang seharusnya anak sudah dapat mengembangkan keterampilan baru ternyata ia tak menunjukkan kemajuan, bisa dikatakan ia mengalami keterlambatan perkembangan. Orangtua harus mewaspadainya agar jangan sampai berlanjut. Pasalnya, keterlambatan perkembangan motorik halus menyebabkan anak mengalami kesulitan untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan jari-jemarinya secara fleksibel. Misal, anak jadi ceroboh. Tulisannya tidak terbaca, sering menjatuh barang yang dipegang, dan lainnya. Ini berdampak pada kepercayaan diri anak. Bukan tidak mungkin label ceroboh akan tersemat dalam dirinya.

KURANG STIMULASI SEBABKAN ANAK CEROBOH

Umumnya keterlambatan disebabkan kurangnya kesempatan untuk melakukan eksplorasi, juga karena orangtua tidak konsisten dalam memberikan rangsangan belajar atau yang berkaitan dengan motorik halus, selain karena anak tak dibiasakan melakukan aktivitas sendiri alias selalu dibantu untuk memenuhi kebutuhannya, semisal selalu disuapi makan dan dipakaikan baju, sehingga fleksibilitas tangan dan jemarinya kurang terasah. Karena itu, kemampuan motorik halus anak tidak terlatih.

 

INTROSPEKSI DIRI SAAT KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KURANG

Nah, agar perkembangan motorik halu anak normal, juga menghindarkan anak dari perilaku ceroboh, jangan bersikap overprotektif, berusahalah untuk konsisten dalam memberikan stimulasi motorik halus, dan biasakan anak melakukan segala sesuatunya sendiri selama hal itu tak membahayakan dirinya. Bila orangtua sudah berupaya dan stimulasi tepat pun sudah diberikan namun tak ada perubahan yang berarti pada anak, dianjurkan untuk meminta bantuan ahli—dokter/psikolog anak—guna mengevaluasi perkembangan anak dan memberikan penanganan yang tepat.

 

CATATAN:

ANAK PEREMPUAN LEBIH BAGUS MOTORIK HALUSNYA

Jika anak lelaki lebih terampil motorik kasarnya, maka anak perempuan lebih terampil motorik halusnya. Pendapat ini muncul dikarenakan ada kecenderungan anak perempuan lebih detail dan teliti, sehingga lebih menyukai aktivitas yang sifatnya tenang dengan menggunakan motorik halusnya. Boleh jadi lantaran tidak sedikit orangtua yang masih menganut pola asuh berdasarkan gender, anak perempuan sudah sepantasnya melakukan aktivitas yang “halus” alias bersifat tenang, yang banyak melibatkan motorik halus. Yang jelas, pada dasarnya setiap anak, tanpa dibedakan gender, memiliki keterampilan yang berbeda-beda, dan banyak-sedikitnya stimulasi akan memengaruhi perkembangan anak, termasuk kemampuan motorik halusnya.